Senin, 21 Januari 2013

JANTUNG

Cara Kerja Jantung
Sistm sirkulasi memiliki 3 komponen:
  1. Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh
  2. Pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung
  3. Darah yang berfungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi
Darah berjalan melalui sistim sirkulasi ke dan dari jantung melalui 2 lengkung vaskuler (pembuluh darah) yang terpisah. Sirkulasi paru terdiri atas lengkung tertutup pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik terdiri atas pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan sistim organ.
       Walaupun secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi atas separuh kanan dan kiri serta memiliki empat ruang, bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik bagian atas disebut dengan atrium yang menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke bilik bawah, yaitu ventrikel yang berfungsi memompa darah dari jantung.
      Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinu yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung janan menerima dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri memompa darah beroksigen tinggi.
Perjalanan Darah dalam Sistim Sirkulasi.
       Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
       Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
       Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.
       Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung kanan memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh sisi kiri jantung.
       Sirkulasi paru adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi yang tinggi.  Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistim dengan resistensi tinggi. Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
       Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa sehingga mereke membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien tekanan. Gradien tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan gradien tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup.
       Dua katup jantung yaitu katup atrioventrikel (AV) terletak di antara atrim dan ventrikel kanan dan kiri. Katup AV kanan disebut dengan katup trikuspid karena memiliki tiga daun katup sedangkan katup AV kiri sering disebut dengan katup bikuspid atau katup mitral karena terdiri atas dua daun katup. Katup-katup ini mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel selama pengisian ventrikel (ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan ventrikel), namun secara alami mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium ketika pengosongan ventrikel atau ventrikel sedang memompa.
       Dua katup jantung lainnya yaitu katup aorta dan katup pulmonalis terletak pada sambungan dimana tempat arteri besar keluar dari ventrikel. Keduanya disebut dengan katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan-separuh. Katup ini akan terbuka setiap kali tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya. Katup ini akan tertutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran balik dari arteri ke ventrikel.
Walaupun tidak terdapat katup antara atrium dan vena namun hal ini tidak menjadi masalah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu karena tekanan atrium biasanya tidak jauh lebih besar dari tekanan vena serta tempat vena kava memasuki atrium biasanya tertekan selama atrium berkontraksi.

Proses Mekanis Siklus Jantung.
       Jantung secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan berelaksasi untuk mengisi darah. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi otot jantung.
       Kontraksi sel otot jantung untuk memompa darah dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui membran-membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri. Hal ini disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran listrik yang dicetuskannya sendiri guna berkontraksi atau memompa dan berelaksasi.
Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang terdapat di jantung dan dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++. Gangguan terhadap kadar elektrolit tersebut di dalam tubuh dapat mengganggu mekanisme aliran listrik jantung.
       Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung menyebar ke jaringan di sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan tubuh. Sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh dan dapat dideteksi menggunakan alat khusus. Rekaman aliran listrik jantung disebut dengan elektrokardiogram atau EKG. EKG adalah rekaman mengenai aktivitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang mencapai permukaan tubuh. Jadi EKG bukanlah rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal, gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Hal ini disebabkan karena aktivitas listrik akan memicu aktivitas mekanis sehingga kelainan pola listrik biasanya akan disertai dengan kelainan mekanis atau otot jantung sendiri.



Sumber : Sherwood L. fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC. Jakarta. 2001




ALIRAN LISTRIK JANTUNG

            Sumber daya gerak jantung sangat bergantung pada kemampuan kerja dari sekelompok sel yang mampu menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang cukup untuk membuatnya terus bergerak. Sel-sel ini menghasilkan impuls listrik yang kemudian diteruskan oleh sel-sel penggerak yang tersebar dipermukaan jantung dan hingga membuatnya berdenyut. Sel-sel ini disebut Sinoatrial node (SA node) yang terdapat di Atrium sebelah kanan. Selain memiliki SA node, jantung juga memiliki serabut - serabut khusus yang mendistribusikan tenaga listrik pada jantung dilakukan
Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut :
Impuls listrik meninggalkan SA node menuju Atrium kanan dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat Atrium kanan dan kiri berkontraksi, ventrikel akan terisi darah Impuls lstrik kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular Node (AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada disebalah kanan dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di Ventrikel kanan dan kiri jantung hingga membuat kedua Ventrikel berkontraksi bersamaan. Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu menghasilkan impuls listrik. Namun SA node memiliki kemamapuan yang paling besar. Apabila SA node gagal untuk menghasilkan impuls, maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan lainnya, meskipun impllsnya cenderung lebih rendah. Pencetus listrik pada jantung memang mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk mampu berkontraksi terus dalma rentang waktu yang panjang. Terdapat serabut syaraf yang mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta membuat perbuahan pada kekuatan kontraksi jantung. Syaraf yang dimaksud adalah bagian dari susunan syaraf otonom. Susunan syaraf otonom sendiri terdiri dari 2 bagian : Sistim Syaraf Simpatik dan Sistim Syaraf Parasimpatik.

Rabu, 09 Januari 2013

MANAJEMEN KEBIDANAN

MANAJEMEN KEBIDANAN
 
Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney (1997)
Varney (1997) menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an.
LANGKAH 1. PENGUMPULAN DATA DASAR
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien lengkap, yaitu
1.            Riwayat kesehatan
2.            Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhannya
3.            Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4.            Meninjau data laboratorium
LANGKAH 2. INTERPERETASI DATA DASAR
Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis, kebutuhan dan masalah klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan
1.            Diagnosis Kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.
Syarat Standar nomenklatur kebidanan:
a.       Diakui dan dsyahkan oleh profesi
b.      Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c.       Memiliki ciri khas kebidanan
d.      Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
e.       Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
.
    2.  Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis




3.     Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnose dan maslah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.




LANGKAH III . IDENTIFIKASI DIAGNOSIS ATAU MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Bila diagnosa potensial tidak muncul maka tindakan antisipasi tidak kaan muncul
Contoh :
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
· Besar dari masa kehamilan
· Ibu dengan diabetes kehamilan, atau
· Kehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Bidan dituntut mampu mengantisipasi masalah potensial. Tidak hanya merumuskan maslah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah potensial tidak terjadi.
LANGKAH IV. PENETAPAN KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
LANGKAH V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
 keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

LANGKAH VI : MELAKSANAKAN PERENCANAAN

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
LANGKAH VII : EVALUASI

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Tanda-Tanda Vital


 
 KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK (KDPK)
PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA – TANDA VITAL


 










Disusun oleh : Laily Choyriati
Tingkat : 1 A

 
AKADEMI KEBIDANAN MITRA PERSAHABATAN
JAKARTA, 2012






KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prosedur Pemeriksaan tanda-tanda vital”
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan (KDPK), dalam penyusunan makalah penulis mendapatkan bantuan dan sumbang saran dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Drg. H. Roem Wahab selaku Direktur Akademi Kebidanan Mitra Persahabatan.
2.      Endah Nur AMK selaku dosen materi mata kuliah keterampilan dasar praktek klinik kebidanan.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan sumbang saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Mitra Persahabatan.


Jakarta, Oktober 2012


                                                                Laily Choyriati





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR  ISI ............................................................................................................... ii
BAB SATU 
PENDAHULUAN 
1.1    LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
1.2    RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 1
1.3    TUJUAN ......................................................................................................... 2
1.4    MANFAAT ..................................................................................................... 2
BAB DUA 
PENJELASAN
2.1      MENGUKUR SUHU BADAN .......................................................................... 3
2.1.1 Pengertian .................................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan .......................................................................................................... 3
2.1.3 Peralatan dan perlengkapan ......................................................................... 3
2.1.4 Pelaksanaan ................................................................................................. 4
2.1.5 Suhu tubuh normal ...................................................................................... 4
2.2      MENGHITUNG DENYUT NADI ..................................................................... 5 
2.2.1 Pengertian .................................................................................................... 5
2.2.2 Tujuan .......................................................................................................... 5
2.2.3 Peralatan dan perlengkapan ......................................................................... 5
2.2.4 Pelaksanaan ................................................................................................. 5
2.2.5 Denyut nadi normal ..................................................................................... 6
2.3      MENGHITUNG PERNAFASAN ...................................................................... 7
2.3.1 Pengertian .................................................................................................... 7
2.3.2 Tujuan .......................................................................................................... 7
2.3.3 Peralatan dan perlengkapan ......................................................................... 7
2.3.4 Pelaksanaan ................................................................................................. 7
2.3.5 Pernafasan Normal ...................................................................................... 7
2.4      MENGUKUR TEKANAN DARAH .................................................................. 8
2.4.1 Pengertian .................................................................................................... 8
2.4.2 Tujuan .......................................................................................................... 8
2.4.3 Peralatan dan perlengkapan ......................................................................... 8
2.4.4 Pelaksanaan ................................................................................................. 8
2.4.5 Tekanan darah normal ................................................................................. 9
BAB TIGA 
KESIMPULAN ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 11
















BAB SATU
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Dalam lingkungan masyarakat, kesehatan itu penting untuk dipelihara. Peran tenaga medis juga penting untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan. Agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan medis yang semakin canggih dan maju. Untuk itu di perlukan beberapa peran penting bagi masyarakat mengenai kesehatan.
Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut  nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.  Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator  adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada pasien tentu berbeda dengan pasien yang lainnya. Tingkat kegawattan dan penanganan pasien juga berbeda beda, mulai dari yang keadaan kritisi hingga dalam keadaan pasien yang sakit ringan. Prosedur pameriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan darah. Hal inilah yang membuat penulis membuat makalah yang berjudul “PROSEDUR PEMERIKSAAN  TANDA VITAL” yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan makalah ini maka rumusan masalahnya adalah membahas pengertian dari masing masing tanda  vital, tujuan, peralatan dan perlengkapan, pelaksanaan, dan keadaan normal yang seharusnya.



1.3  TUJUAN
Untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien dalam tubuh pada. Yang penulis anggap masalah ini sangat kompleks dan sangat menarik untuk menambah pengetahuan pembaca khusunya pada tenaga medis .

1.4  MANFAAT
1.      Agar  masyarakat mengetahui tentang pengertian, dan prosedur pelaksanaan tanda-tanda vital.
2.      Agar  masyarakat mengetahui tentang tujuan dalam pemeriksaan pada tanda-tanda vital.
3.      Agar  masyarakat mendapatkan informasi tentang tanda-tanda vital.



















BAB DUA
PENJELASAN

2.1 MENGUKUR SUHU BADAN
2.1.1 PENGERTIAN
Mengukur suhu badan pasien dengan thermometer, dilakukan pada ketiak (axila), mulut (loal), atau pelepasan (anus).
2.1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui suhu badan pasien, apakah suhu badannya normal atau tidak.
2.1.3 PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Baki yang berisi :
·         Termometer
·         Botol larutan sabun
·         Botol larutn klorin 0.5%
·         Botol air bersih
·         Kassa atau tissue
·         Bengkok
·         Sarung tangan
·         Waskom larutan klorin 0,5%
·         Buku catatan suhu
2.1.4 PELAKSANAAN
a)      Pengukuran suhu pada ketiak :
1)      Bila perlu lengan pasien dibuka, dan ketiaknya harus dikeringkan terlebih dahulu
2)      Periksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka nool, lalu jepitkan tepat ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipat ditengah dada.
3)      Setelah 10 menit, thermometer diangkat dan langsung dibaca dengan teliti, kemudian catat hasilya.
4)      Thermometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, lalu dilap dengan kassa atau tissue, kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan
5)      Thermometer diletakkan pada tempatnya dan dapat dipakai untuk pasien berikutnya.
b)      Pengukuran suhu tubuh pada mulut:
1)      Untuk tiap pasien harus digunakan satu thermometer
2)      Letakan ujungnya sampai batas reservoair dibawah lidah pasien
3)      Mulut dikatupkan selama tiga sampai lima menit, kemudian thermometer diangkat, dilap dengan kassa atau tissue, lalu baca dengan teliti dan catat hasilnya,
4)      Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
2.1.5 SUHU BADAN NORMAL
NORMAL
36,5˚C – 37,5˚C
HIPOTERMIA
< 36˚C
FEBRIS/PANAS
>37,5 ˚C
           













2.2 MENGHITUNG DENYUT NADI
2.2.1 PENGERTIAN
                        Menghitung denyut nadi dengan cara meraba :
1)      Arteri radialis pada pergelangan tangan
2)      Arteri brachialis pada siku bagian dalam
3)      Arteri carotis pada leher
4)      Arteri temporalis pada pelipis
5)      Arteri femoralis pada lipatan pada (selangkangan)
6)      Arteri dorsalis padis pada kaki
7)      Arteri frontalis pada ubunn-ubunn (bayi)
2.2.2 TUJUAN
                        Untuk mengetahui jumlah denyut nadi atau kardiovaskuler selama satu menit.
2.2.3 PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
1)      Arloji tangan dengan penunjuk detik atau dengan polsteller
2)      Buku catatan suhu dan nadi
2.2.4 PELAKSANAAN
1)      Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu
2)      Pada waktu menghitung denyut nadi, pasien harus benar – benar istirahat dalam posisi berbaring atau duduk
3)      Penghitungan dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari tengah di atas arteri selama setengah menit, dan hasilnya dikalikan dua
4)      Khusus pada anak-anak penghitungan dilakukan selama satu menit
5)      Hasil penghitungan dicatat pada buku catatan suhu dan nadi




2.2.5 DENYUT NADI NORMAL

Bayi baru lahir
140 kali per menit
Dibawah umur 1 bulan
110 kali per menit
Umur 1 – 6 bulan
130 kali per menit
Umur 6 – 12 bulan
115 kali per menit
Umur 1 – 2 tahun
110 kali per menit
Umur 2 - 6 tahun
105 kali per menit
Umur 6 – 10 tahun
95 kali per menit
Umur 10 – 14 tahun
85 kali per menit
Umur 14 – 18 tahun
82 kali per menit
Umur diatas 18 tahun
60 – 100 kali per menit
Usia lanjut
60 – 70 kali per menit



















2.3 MENGHITUNG PERNAFASAN
2.3.1 PENGERTIAN
                        Mengitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.
2.3.2 TUJUAN
Mengetahui sistem fungsi pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
2.3.3 PERLENGKAPAN  DAN PERALATAN
1)      Arloji tangan dengan penunjuk detik
2)      Buku catatan
2.3.4 PELAKSANAAN
1)      Penghitungan pernapasan dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu dan denyut nadi
2)      Penghitungan dilakukan dalam satu menit dan hasilnya dicatat
3)      Bila ada kelainan segera laporkan kepada penanggung jawab ruangan atau yang bersangkutan.
2.3.5 PERNAFASAN NORMAL
                        Kecepatan/frekuensi pernapasan normal (eupnea) adalah :
BAYI
30 – 60 kali/menit
ANAK
20 – 30 kali/menit
REMAJA
15 - 24 kali/menit
DEWASA
16 – 20 kali/menit








2.4 MENGUKUR TEKANAN DARAH
2.4.1 PENGERTIAN
                        Mengkuru tekanan darah melalui permukaan dinding arteri.
2.4.2 TUJUAN
                        Menilai sistem kardiovaskuler atau menghitung tekanan darah pasien.
2.4.3 PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
1)      Tensimeter
2)      Stetoskop
3)      Buku catatan
2.4.4 PELAKSANAAN
1)      Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan
2)      Siapkan peralatan
3)      Lengan baju pasien dibuka atau digulung ke atas
4)      Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada disisi luar lengan.
5)      Pompa tensimeter
6)      Denyut arteri brachialis diraba, lalu di stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.
7)      Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka, selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa didalam pipa gelas naik
8)      Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, sehingga air raksa turun, dengarkan bunyi denyutan pertama
9)      Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut tekanan sistolik (misalnya 120 mmHg)
10)   Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir. Skala permukaan air raksa pada waktu denyutan terakhir disebut tekanan distolik (misalnya 80 mmHg)
11)   Pencatatan hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut : sistolik diatas, dan distolik di bawah, misalnya 120/80 dengan satuan mmHg.

2.4.5 TEKANAN DARAH NORMAL
a.       Nilai normal tekanan darah
UMUR
SISTOLIK (mmHg)
DISTOLIK (mmHg)
Neonate
75 – 105
45 – 75
2 – 6 tahun
80 – 110
50 – 80
7 tahun
85 – 120
50 – 80
8 – 9 tahun
90 – 120
55 – 85
10 tahun
95 – 130
60 – 85
11 – 12 tahun
95 – 135
60 – 85
13 tahun
100 – 140
60 – 90
14 tahun
105 – 140
65 – 90


b.      Klasifikasi hipertensi didasarkan pada nilai diastolik :
Hipertensi ringan
92 – 104 mmHg
Hipertensi sedang
105 – 114 mmHg
Hipertensi berat
115 mmHg
Hipertensi ganas
130 mmHg










BAB TIGA
PENUTUP

KESIMPULAN

            Setelah menelaah dan memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya adalah kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan. Seperti pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan darah akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
            Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.











DAFTAR PUSTAKA

Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya
Depkes RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta















CARA MENGATASI DEMAM PANAS PADA ANAK

CARA MENGATASI DEMAM/PANAS ANAK  Demam pada anak bisa terjadi karena reaksi tubuh melawan penyakit dan membentuk sistem kekebalan tubuh...