Sabtu, 18 Oktober 2014

KONDOM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kontrasepsi merupakan menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes RI, 1999). Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) merupakan penggunaan alat-alat atau cara-cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana adalah salah satu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Kusmarjadi, 2008).
Salah satu cara kontrasepsi yang cukup efektif apabila dilakukan dengan benar yaitu dengan pemakaian kondom. Kondom merupakan cara kontrasepsi metode tradisional dan cara kerjanya yaitu dengan menggunakan barrier atau pelindung (Kusmarjadi, 2008)
Ilustrasi yang tertua mengenai kondom ditemukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun yang lalu. Tetapi sangat sulit untuk mendapat gambaran bagaimana bentuk kondom pada masa Mesir kuno tersebut. Kemungkinan mereka menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual atapun alasan upacara keagamaan. Beberapa waktu kemudian orang Romawi membuat kondom dari jaringan otot tentara korban peperangan (Lubis, 2008).
Kondom yang tertua ditemukan istana Dudley dekat Birmingham, England. Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan telah dijumpai sejak tahun 1640. Kemungkinan digunakan untuk mencegah penularan penyakit seksual selama terjadi perang antara Oliver Cromwell dan King Charles I (Lubis, 2008).
Kondom dari karet diproduksi secara besar-besaran setelah tahun 1844. Ketika Charles           Goodyear mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet. Kondom tersebut hanya digunakan untuk satu kali pemakaian dan kondom yang terbuat dari usus domba masih dapat dijumpai (Lubis, 2008).
Pada tahun 1930-an kondom Latex digunakan untuk mencegah kehamilan dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual tetapi penggunaannya belum secara luas, disebabkan sebagain masyarakat tidak mengetahui resiko dari penyakit menular seksual/ HIV dan tidak menyukai efek/ perasaan ketika menggunakan kondom ataupun merasa khawatir terhadap reaksi pasangan seksualnya (Lubis, 2008).
Pada tahun 1980-an, dimana dunia dilanda epidemik penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, dinajurkan untuk meningkatkan minat menggunakan kondom latex, yang merupakan metode efektif untuk mencegah penularan penyakit melalui hubungan seksual (Lubis, 2008).
Pemakaian kondom sangat efektif apabila dipakai dengan benar pada saat bersenggama. Angka kegagalan teoritis 3% dan praktisnya 5-20%. Tetapi akhir-akhir ini, angka kegagalan pemakaian kondom menurun menjadi 14-15%, ini artinya 14-15 dari 100 pasangan wanita pemakai kondom akan hamil selama pemakaian kondom di tahun pertama. Bahan spermicidal meningkatkan efektifitas menjadi lebih dari 95% jika dipakai dengan benar dan konsisten (Afriani, 2009).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kondom.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kondom.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi.
4. Untuk mengetahui efek samping pemakaian kondom.
5. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemakaian kondom.
6. Untuk mengetahui cara penggunaan dan pemasangan kondom.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggam. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex dan dipakai pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan erksi sebelum bersenggama (bersetubuh) atau berhubungan suami istri.
Kondom tidak hanya dipakai oleh lelaki, terdapat pula kondom wanita yang dirancang khusus untuk wanita. Kondom ini berbentuk silinder yang dimasukan kedalam alat kelamin atau kemaluan wanita.
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kodnom terbuat dari bahan sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempounyai bentuk seperti puting susu., berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya penambahan spermasida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual.

2.2 Tipe kondom
            Macam-macam kondom yang terdiri dari :
1.      Kondom biasa
2.      Kondom berkontur (bergerigi)
3.      Kondom beraroma
4.      Kondom tidak beraroma
5.      Kondom pria dan wanita


2.3 Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

2.4 Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipake secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara kondisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan pertahun.

2.5 Manfaat
2.5.1 Kontrasepsi
1. efektif bila digunakan dengan benar.
2. tidak mengganggu produksi asi.
3. tidak mengganggu kesehatan klien.
4. tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. murah dan dapat dibeli secara umum.
6. tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7. metode kontrasepsi sementara bila metode kontra sepsi lainnya harus ditunda.


2.5.2 Non kontrasepsi
1. memberi dorongan kepada suami untuk ikut berkb
2. dapat mencegah penularan ims
3. mencegah ejakulasi dini
4. membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks).
5. saling berinteraksi sesama pasangan.
6. mencegah imuno infertilitas

2.6 Keterbatasan menggunakan kondom
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi
2. Cara penggunan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3. Agak menggangu hubungan seksual (menggurang sentuhan masuk)
4. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

2.7 Keuntungan kondom
1. Mencegah kehamilan
2. Memberi perlindungan terhadap PHS (penyakit akibat hubungan seksual)
3. Dapat diandalkan
4. Tidak ada efek samping
5. Relatif murah
6. Sederhana, ringan
7. Tidak memerlukan pemeriksaaan medis

2.8 Kerugian kondom
1. Angka kegagalan relatif tinggi
2. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna         memasang kondom
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus setiap senggama           (kurang praktis).

2.9 Penilaian klien
Kondom
Sesuai untuk pria yang:
Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan
Ingin berpartisipasi dalam progam KB.
Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin segera mendaptakan alat kontrasepsi
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi sementara
Tidak mau terganggu berbagai persiapan untuk melakukan hubungan seksual
Ingin kontrasepsi tambahan
Tidak peduli berbagai persyaratyan kontrasepsi
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi jika akan berhubungan

Beresiko tinggi terular atau menularkan IMS



2.10 Cara penggunakan atau instruksi bagi klien
1. gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2. agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spremasida kedalam kondom.
3.  jangan menggunakan gigi, benda tajam  seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
4.  pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan  ujungnya pada gland penis dan tempatkan bagian  penampung sperrma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
5.  bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sprema  pada bagian  ujungnya, maka saat  memakai, longgarkan  sedikit ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6.  kondom dilepas sebelum penis melembek
7.  pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina
8.  gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai
9.  buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
10.  sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan pada tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom  menjadi rusak dan robek saat digunakan.
11. jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.
12.  jangan menggunakan minyak goreng, minyak mineral atau pelumas dari bahan petrolatum karena agar segera merusak kondom.



2.11 penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya
Efek samping atau masalah
Penangganan
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan).
Buang dan pakai kondom atau pakai spermasida digabung kondom
Kondom bocor atau dicurigai ada curahaan di vagina saat berhubungan
Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After Pill
Dicurigai adanya reaksi alergi (spermasida)
Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat sangat menggangu dan bisa berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami (produk hewan: lamb skin atau guf)atau bantu klien memilih metode lain.
Menggurangi kenikmatan seksual
Jika penurun kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis,anjurkan pemakaian metode lain.


2.12 Pengertian Diagfragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
2.12.1    Jenis-Jenis Diagfragma
1.      Flat spring (flat metal band)
2.      Coil spring (coiled wire)
3.      Arching spring(kombinasi metal spring)


             2.12.2 Cara kerja  Diagfragma :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermasida.
2.12.3 Manfaat Diagfragma :
1. Kontrasepsi
a.         Efektif bila digunakan dengan benar
b.         Tidak mengganggu produksi asi
c.         Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 6 jam sebelumnya.
d.        Tidak mengganggu kesehatan klien
e.         Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
2. Nonkontrasepsi
a. Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida.
b.    Bila digunakan pada saat haid,menampung darah menstruasi.

2.12.4    Keterbatasan
a.       Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-16     kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama )
b.      Keberhasilan sebagai kotrasepsi bergantungpada kepatuhan mengikuti cara penggunaan .
c.       Motivasi diperlakukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual.
d.      Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
e.       Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.
f.       Pada 6 jam pasca hubungan seksual,alat masih harus berada di posisinya.


2.12.5 seleksi klien pengguna diagfragma
                                                       Diafragma
          Sesuai untuk klien yang :
       tidak sesuai untuk klien yang:
·         Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal,seperti rokok,atau diatas usia 35 tahun.
·         Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi resiko tinggi.
·         Tidak menyukai pengguna AKDR
·         Terinfeksi saluran uretra.
·         Menyusui dan perlu kontrasepsi
·         Tidak stabil secara psikis tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina)
·         Memerlukan proteksi terhadap IMS
·         Mempunyai riwayat sindromsyok karena keracunan.
·         Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
·         Ingin metode kb yg efektif




            2.12.6 penanganan efek samping
Efek samping
Penanganan
Infeksi saluran uretra.
Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma menmjadi pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai metode lain.
Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi vagina spermasida.
Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan mungkin berbahaya.jika ada gejala iritasi vagina, khususnya pascasenggama, dan tidak mengidap IMS, berikan spermasida yang lain atau bantu untuk memilih metode lain.
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum.
Pastikan ketetapan letak diafragma apabilaalat terlalu besar, cobalah dengan ukuran yang lebih kecil. Tindak lanjuti untuk meyakinkan masalah telah ditangani.
Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebi dari 24 jam.
Periksa adanya IMS atau benda asing dalam vagina (tampon dll), jika ada, sarankan klien untuk  melepas diafragma untuk melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas terakhir. Setelah diangkat (diafragma  harus dicuci dengan hati-hati menggunakan sabun cair  dan air, jangan menggunakan bedak atau talk jika akan disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi.




2.12.7    Cara penggunan/ instruksi bagi klien
1.      Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
2.      Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tanggan.
3.      Pastikan diafrgma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau melihat menembus cahaya).
4.      Oleskan sedikit spermisida krim atau jely pada cup diagfragma (untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jely, remas bersamaan dengan pinggirannya).
5.      Posisi saat pemasangan diagfragma :
a.       Satu kaki diangkat ke kursi atau dudukan toilet.
b.      Sambil berbaring
c.       Sambil jongkok
d.      Lebarkan kedua bibir vagina
6.      Masukan diagfragma kedalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran keatas dibalik tulang pubi.
7.      Masukan jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
8.      Diagfragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida kedalam vagina. Diagfragma berada didalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diagfragma didalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual).
9.      Mengangkat dan mencabut diagfragma dengan menggunkan jari telunjuk dan tengah.
10.  Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali ditempatnya.


2.13 SPERMISIDA
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk :
1.      Areosol (busa).
2.      Tablet vagina, suppositoria, atau dissolvable film
3.      Krim

2.13.1 Cara kerja
Menyebabkan sel mebran sperma  terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

2.13.2    Pilihan
a.       Busa(aerosol) efektif setelah segera insersi.
b.      Busa spermasida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi.
c.       Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah dimasukan sebelum hubungan seksual.
d.      Jenis spermasida jely biasanya hanya digunakan dengan diagrfargama.

2.13.3    Manfaat
1.      Kontrasepsi
a.      Efektif seketika (busa dan krim)
b.     Tidak mengganggu produksi asi
c.      Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
d.     Tidak mengganggu kesehatan klien
e.      Tidak mempunyai pengaruh sistemik
f.      Mudah digunakan
g.     Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
h.     Tidak perlu resep dokter atau pemeriskaan kesehatan khusus.

2.      Nonkontrasepsi
a.       Merupakan salah satu perlindungan terhadap ims termasuk HBV dan HIV/AIDS.

2.13.4    Keterbatasan
1.        Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan pertahun pertama).
2.        Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
3.        Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.
4.        Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan film).
5.        Efektivitasnya aplikasi hanya 1-2 jam.

2.13.5 Seleksi klien pengguna spermisida
SPERMISIDA
Sesuai untuk klien yang:
Tidak sesuai untuk klien yang:
Tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau diatas usia 35TH
Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi
Tidak menyukai penggunan AKDR
Terinfeksi saluran uretra
Menyusui dan perlu kontrasepsi
Tidak stabil secara pisikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminya (vulva dan vagina).
Memerlukan proteksi terhadap IMS
Mempunyai riwayat syndrom syok karena keracunan.



2.13.6 Penanganan efek samping dan masalah lain
Efek samping dan masalah
Penanganan


                    Iritasi vagina
Periksa adanya vaginitis dan IMS, jika penyebabnya spermasida, alihkan ke spermasida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.


Iritasi penis dan tidak nyaman
Periksa IMS, jika penyebabnya spermasida, alihkan ke spermassida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.


Gangguan rasa panas di vagina
Periksa reaksi alergi atau terbakar, yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan,  alihkan ke spermassida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
Kegagalan tablet tidak larut
Pilih spermasida lain dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.

2.13.7 Cara penggunan/ intruksi bagi klien
1.         Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum menggisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermasida.
2.         Penting untuk menggunakan spermasida setiap melakukan aktivitas hubungan seksual.
3.         Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina adalah 10-15 menit.
4.         Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
5.         Penting untukmengikuti anjuran dari pabrik tentang cara penggunan dan penyimpanan dari setiapa produk
6.         Spermasida  ditempatkan jauh didalam vagina sehingga serviksterlindunggi dengan baik.

2.13.8 AEROSOL (Bussa)
1.             Kocok tempat aerossol 20-30 menit sebelum digunakan.
2.             Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakka aplikator pada mulut kontainner, dan tekan aplikator untuk menggisi bussa
3.             Sambil berbaring lakukan insersi apalikator kedalam vagina mendekati serviks, dorong sampai bussa keluar.
4.             Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan keringkan, jangan berbagai aplikator dengan orang lain.

2.13.9    Tablet vaagina/ suposutoria atau film/tissue
1.             Cuci tanggan sebelum membuka paket.
2.             Lepaskan tablet atau supossutoria dari paket.
3.             Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau supossutoria jauh kedalam vagina.
4.             Tunggu 10-15 menit sebelum mulai berhubungan seksual.
5.             Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina di tempat.

2.13.10 Krim
1.             Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas kedalam aplikator sampai penuh, masukkan kedalam vagina sampai mendekati serviks.
2.             Tekan alat pendorong sampai krim keluar.
3.             Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan PI untuk ala-alat, tiriskan dan keringkan.
4.             Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bgaiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain.
5.             Sediakan ektra pengadaan krim terutama apabila ternyata kontaiiner kosong.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CARA MENGATASI DEMAM PANAS PADA ANAK

CARA MENGATASI DEMAM/PANAS ANAK  Demam pada anak bisa terjadi karena reaksi tubuh melawan penyakit dan membentuk sistem kekebalan tubuh...