BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kontrasepsi
merupakan menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes RI, 1999). Upaya
tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi
atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat
atau obat-obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) merupakan penggunaan
alat-alat atau cara-cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran.
Keluarga berencana adalah salah satu usaha menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Kusmarjadi, 2008).
Salah satu cara kontrasepsi yang
cukup efektif apabila dilakukan dengan benar yaitu dengan pemakaian kondom.
Kondom merupakan cara kontrasepsi metode tradisional dan cara kerjanya yaitu
dengan menggunakan barrier atau pelindung (Kusmarjadi, 2008)
Ilustrasi yang tertua mengenai
kondom ditemukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun yang lalu. Tetapi sangat
sulit untuk mendapat gambaran bagaimana bentuk kondom pada masa Mesir kuno
tersebut. Kemungkinan mereka menggunakan kondom ketika melakukan hubungan
seksual atapun alasan upacara keagamaan. Beberapa waktu kemudian orang Romawi
membuat kondom dari jaringan otot tentara korban peperangan (Lubis, 2008).
Kondom yang tertua ditemukan istana
Dudley dekat Birmingham, England. Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan
telah dijumpai sejak tahun 1640. Kemungkinan digunakan untuk mencegah penularan
penyakit seksual selama terjadi perang antara Oliver Cromwell dan King Charles
I (Lubis, 2008).
Kondom dari karet diproduksi secara
besar-besaran setelah tahun 1844. Ketika Charles Goodyear mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet.
Kondom tersebut hanya digunakan untuk satu kali pemakaian dan kondom yang
terbuat dari usus domba masih dapat dijumpai (Lubis, 2008).
Pada
tahun 1930-an kondom Latex digunakan untuk mencegah kehamilan dan penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual tetapi penggunaannya belum secara luas,
disebabkan sebagain masyarakat tidak mengetahui resiko dari penyakit menular
seksual/ HIV dan tidak menyukai efek/ perasaan ketika menggunakan kondom
ataupun merasa khawatir terhadap reaksi pasangan seksualnya (Lubis, 2008).
Pada
tahun 1980-an, dimana dunia dilanda epidemik penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS, dinajurkan untuk meningkatkan minat menggunakan kondom latex, yang
merupakan metode efektif untuk mencegah penularan penyakit melalui hubungan
seksual (Lubis, 2008).
Pemakaian
kondom sangat efektif apabila dipakai dengan benar pada saat bersenggama. Angka
kegagalan teoritis 3% dan praktisnya 5-20%. Tetapi akhir-akhir ini, angka
kegagalan pemakaian kondom menurun menjadi 14-15%, ini artinya 14-15 dari 100
pasangan wanita pemakai kondom akan hamil selama pemakaian kondom di tahun
pertama. Bahan spermicidal meningkatkan efektifitas menjadi lebih dari 95% jika
dipakai dengan benar dan konsisten (Afriani, 2009).
1.2
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari
kondom.
2. Untuk mengetahui klasifikasi
dari kondom.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi.
4. Untuk mengetahui efek samping
pemakaian kondom.
5. Untuk mengetahui indikasi dan
kontra indikasi pemakaian kondom.
6. Untuk mengetahui cara penggunaan
dan pemasangan kondom.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Kondom adalah alat kontrasepsi atau
alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat
bersenggam. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex dan dipakai pada alat
kelamin pria atau wanita pada keadaan erksi sebelum bersenggama (bersetubuh)
atau berhubungan suami istri.
Kondom tidak hanya dipakai oleh
lelaki, terdapat pula kondom wanita yang dirancang khusus untuk wanita. Kondom
ini berbentuk silinder yang dimasukan kedalam alat kelamin atau kemaluan
wanita.
Kondom merupakan selubung atau
sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet),
plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis
saat berhubungan seksual. Kodnom terbuat dari bahan sintetis yang tipis,
berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempounyai bentuk seperti puting susu., berbagai bahan
telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya
penambahan spermasida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual.
2.2
Tipe kondom
Macam-macam kondom yang terdiri dari
:
1. Kondom
biasa
2. Kondom
berkontur (bergerigi)
3. Kondom
beraroma
4. Kondom
tidak beraroma
5. Kondom
pria dan wanita
2.3
Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya
pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam
saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme
(IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
2.4
Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipake
secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan,
pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara kondisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan
pertahun.
2.5
Manfaat
2.5.1
Kontrasepsi
1.
efektif bila digunakan dengan benar.
2.
tidak mengganggu produksi asi.
3.
tidak mengganggu kesehatan klien.
4.
tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5.
murah dan dapat dibeli secara umum.
6.
tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7.
metode kontrasepsi sementara bila metode kontra sepsi lainnya harus ditunda.
2.5.2
Non kontrasepsi
1. memberi dorongan kepada suami
untuk ikut berkb
2. dapat mencegah penularan ims
3. mencegah ejakulasi dini
4. membantu mencegah terjadinya
kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks).
5. saling berinteraksi sesama
pasangan.
6. mencegah imuno infertilitas
2.6
Keterbatasan menggunakan kondom
1.
Efektifitas tidak terlalu tinggi
2.
Cara penggunan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3.
Agak menggangu hubungan seksual (menggurang sentuhan masuk)
4.
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
5.
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6.
Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
7.
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah
2.7
Keuntungan kondom
1.
Mencegah kehamilan
2.
Memberi perlindungan terhadap PHS (penyakit akibat hubungan seksual)
3.
Dapat diandalkan
4.
Tidak ada efek samping
5.
Relatif murah
6.
Sederhana, ringan
7.
Tidak memerlukan pemeriksaaan medis
2.8
Kerugian kondom
1. Angka kegagalan relatif tinggi
2. Perlu menghentikan sementara
aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
3. Perlu dipakai secara konsisten,
hati-hati dan terus menerus setiap senggama (kurang praktis).
2.9
Penilaian klien
Kondom
Sesuai untuk pria yang:
|
Mempunyai pasangan yang beresiko
tinggi apabila terjadi kehamilan
|
Ingin berpartisipasi dalam progam
KB.
|
Alergi terhadap bahan dasar
kondom
|
Ingin segera mendaptakan alat
kontrasepsi
|
Menginginkan kontrasepsi jangka
panjang
|
Ingin kontrasepsi sementara
|
Tidak mau terganggu berbagai
persiapan untuk melakukan hubungan seksual
|
Ingin kontrasepsi tambahan
|
Tidak peduli berbagai
persyaratyan kontrasepsi
|
Hanya ingin menggunakan alat
kontrasepsi jika akan berhubungan
|
|
Beresiko tinggi terular atau
menularkan IMS
|
|
2.10
Cara penggunakan atau instruksi bagi klien
1. gunakan kondom setiap akan
melakukan hubungan seksual.
2. agar efek kontrasepsinya lebih
baik, tambahkan spremasida kedalam kondom.
3.
jangan menggunakan gigi, benda tajam
seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka
kemasan.
4.
pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada gland penis dan tempatkan
bagian penampung sperrma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke
vagina.
5.
bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sprema pada bagian
ujungnya, maka saat memakai,
longgarkan sedikit ujungnya agar tidak
terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6.
kondom dilepas sebelum penis melembek
7.
pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom
tidak terlepas saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak
terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina
8.
gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai
9.
buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
10.
sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan pada
tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak dan robek saat digunakan.
11. jangan gunakan kondom apabila
kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.
12.
jangan menggunakan minyak goreng, minyak mineral atau pelumas dari bahan
petrolatum karena agar segera merusak kondom.
2.11
penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya
Efek samping atau masalah
|
Penangganan
|
Kondom rusak atau diperkirakan
bocor (sebelum berhubungan).
|
Buang dan pakai kondom atau pakai
spermasida digabung kondom
|
Kondom bocor atau dicurigai ada
curahaan di vagina saat berhubungan
|
Jika dicurigai ada kebocoran,
pertimbangkan pemberian Morning After Pill
|
Dicurigai adanya reaksi alergi
(spermasida)
|
Reaksi alergi, meskipun jarang,
dapat sangat menggangu dan bisa berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah
berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami (produk hewan:
lamb skin atau guf)atau bantu klien memilih metode lain.
|
Menggurangi kenikmatan seksual
|
Jika penurun kepekaan tidak bisa
ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis,anjurkan pemakaian metode
lain.
|
2.12
Pengertian Diagfragma
Diafragma adalah kap berbentuk
bulat cembung,terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
2.12.1 Jenis-Jenis
Diagfragma
1. Flat spring (flat metal
band)
2. Coil spring (coiled
wire)
3. Arching
spring(kombinasi metal spring)
2.12.2 Cara
kerja Diagfragma :
Menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopi) dan sebagai alat tempat spermasida.
2.12.3
Manfaat Diagfragma :
1. Kontrasepsi
a.
Efektif bila digunakan
dengan benar
b.
Tidak mengganggu
produksi asi
c.
Tidak mengganggu
hubungan seksual karena telah terpasang 6 jam sebelumnya.
d.
Tidak mengganggu
kesehatan klien
e.
Tidak mempunyai
pengaruh sistemik.
2. Nonkontrasepsi
a. Salah satu perlindungan terhadap
IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida.
b. Bila
digunakan pada saat haid,menampung darah menstruasi.
2.12.4 Keterbatasan
a. Efektifitas
sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama )
b. Keberhasilan
sebagai kotrasepsi bergantungpada kepatuhan mengikuti cara penggunaan .
c. Motivasi
diperlakukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual.
d. Pemeriksaan
pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan
pemasangan.
e. Pada
beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.
f. Pada
6 jam pasca hubungan seksual,alat masih harus berada di posisinya.
2.12.5
seleksi klien pengguna diagfragma
Diafragma
Sesuai untuk klien yang :
|
tidak sesuai untuk klien yang:
|
·
Tidak menyukai metode
kontrasepsi hormonal,seperti rokok,atau diatas usia 35 tahun.
|
·
Berdasarkan umur dan
paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi resiko tinggi.
|
·
Tidak menyukai
pengguna AKDR
|
·
Terinfeksi saluran
uretra.
|
·
Menyusui dan perlu
kontrasepsi
|
·
Tidak stabil secara
psikis tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina)
|
·
Memerlukan proteksi
terhadap IMS
|
·
Mempunyai riwayat
sindromsyok karena keracunan.
|
·
Memerlukan metode
sederhana sambil menunggu metode yang lain.
|
·
Ingin metode kb yg
efektif
|
2.12.6
penanganan efek samping
Efek
samping
|
Penanganan
|
Infeksi
saluran uretra.
|
Pengobatan
dengan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma menmjadi pilihan utama
dalam ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan kandung kemih setelah
melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai metode lain.
|
Dugaan
adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi vagina
spermasida.
|
Walaupun
jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan mungkin berbahaya.jika ada gejala
iritasi vagina, khususnya pascasenggama, dan tidak mengidap IMS, berikan
spermasida yang lain atau bantu untuk memilih metode lain.
|
Rasa
nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum.
|
Pastikan
ketetapan letak diafragma apabilaalat terlalu besar, cobalah dengan ukuran
yang lebih kecil. Tindak lanjuti untuk meyakinkan masalah telah ditangani.
|
Timbul
cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebi dari 24 jam.
|
Periksa
adanya IMS atau benda asing dalam vagina (tampon dll), jika ada, sarankan
klien untuk melepas diafragma untuk
melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas
terakhir. Setelah diangkat (diafragma
harus dicuci dengan hati-hati menggunakan sabun cair dan air, jangan menggunakan bedak atau talk
jika akan disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan
pencegahan infeksi.
|
2.12.7 Cara
penggunan/ instruksi bagi klien
1. Gunakan
diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
2. Pertama
kosongkan kandung kemih dan cuci tanggan.
3. Pastikan
diafrgma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau melihat
menembus cahaya).
4. Oleskan
sedikit spermisida krim atau jely pada cup diagfragma (untuk memudahkan
pemasangan tambahkan krim atau jely, remas bersamaan dengan pinggirannya).
5. Posisi
saat pemasangan diagfragma :
a. Satu
kaki diangkat ke kursi atau dudukan toilet.
b. Sambil
berbaring
c. Sambil
jongkok
d. Lebarkan
kedua bibir vagina
6. Masukan
diagfragma kedalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran
keatas dibalik tulang pubi.
7. Masukan
jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan
serviks telah terlindungi.
8. Diagfragma
dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika hubungan seksual
berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida kedalam
vagina. Diagfragma berada didalam vagina paling tidak 6 jam setelah
terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diagfragma didalam vagina
lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci vagina setiap
waktu, pencucian vagina dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan
seksual).
9. Mengangkat
dan mencabut diagfragma dengan menggunkan jari telunjuk dan tengah.
10. Cuci
dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali ditempatnya.
2.13 SPERMISIDA
Spermisida
adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk :
1. Areosol
(busa).
2. Tablet
vagina, suppositoria, atau dissolvable film
3. Krim
2.13.1
Cara kerja
Menyebabkan
sel mebran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
2.13.2 Pilihan
a. Busa(aerosol)
efektif setelah segera insersi.
b. Busa
spermasida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi.
c. Tablet
vagina, suppositoria, dan film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit
sesudah dimasukan sebelum hubungan seksual.
d. Jenis
spermasida jely biasanya hanya digunakan dengan diagrfargama.
2.13.3 Manfaat
1. Kontrasepsi
a. Efektif
seketika (busa dan krim)
b. Tidak
mengganggu produksi asi
c. Bisa
digunakan sebagai pendukung metode lain
d. Tidak
mengganggu kesehatan klien
e. Tidak
mempunyai pengaruh sistemik
f. Mudah
digunakan
g. Meningkatkan
lubrikasi selama hubungan seksual
h. Tidak
perlu resep dokter atau pemeriskaan kesehatan khusus.
2. Nonkontrasepsi
a. Merupakan
salah satu perlindungan terhadap ims termasuk HBV dan HIV/AIDS.
2.13.4 Keterbatasan
1.
Efektifitas kurang
(18-29 kehamilan per 100 perempuan pertahun pertama).
2.
Efektivitas sebagai
kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
3.
Ketergantungan pengguna
dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.
4.
Pengguna harus menunggu
10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet busa
vagina, suppositoria dan film).
5.
Efektivitasnya aplikasi
hanya 1-2 jam.
2.13.5
Seleksi klien pengguna spermisida
SPERMISIDA
|
2.13.6
Penanganan efek samping dan masalah lain
Efek samping dan masalah
|
Penanganan
|
Iritasi
vagina
|
Periksa adanya vaginitis dan IMS, jika penyebabnya
spermasida, alihkan ke spermasida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau
bantu klien memilih metode lain.
|
Iritasi penis dan
tidak nyaman
|
Periksa IMS, jika penyebabnya spermasida, alihkan
ke spermassida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien
memilih metode lain.
|
Gangguan rasa panas
di vagina
|
Periksa reaksi alergi atau terbakar, yakinkan
bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan, alihkan ke spermassida lainnya dengan
komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
|
Kegagalan tablet
tidak larut
|
Pilih spermasida lain dengan komposisi kimia
berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
|
2.13.7
Cara penggunan/ intruksi bagi klien
1.
Cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir sebelum menggisi aplikator (busa atau krim) dan insersi
spermasida.
2.
Penting untuk
menggunakan spermasida setiap melakukan aktivitas hubungan seksual.
3.
Jarak tunggu sesudah
memasukkan tablet vagina adalah 10-15 menit.
4.
Tidak ada jarak tunggu
setelah memasukkan busa.
5.
Penting untukmengikuti
anjuran dari pabrik tentang cara penggunan dan penyimpanan dari setiapa produk
6.
Spermasida ditempatkan jauh didalam vagina sehingga
serviksterlindunggi dengan baik.
2.13.8
AEROSOL (Bussa)
1.
Kocok tempat aerossol
20-30 menit sebelum digunakan.
2.
Tempatkan kontainer
dengan posisi ke atas, letakka aplikator pada mulut kontainner, dan tekan
aplikator untuk menggisi bussa
3.
Sambil berbaring
lakukan insersi apalikator kedalam vagina mendekati serviks, dorong sampai
bussa keluar.
4.
Aplikator segera dicuci
pakai sabun dan air, tiriskan, dan keringkan, jangan berbagai aplikator dengan
orang lain.
2.13.9 Tablet
vaagina/ suposutoria atau film/tissue
1.
Cuci tanggan sebelum
membuka paket.
2.
Lepaskan tablet atau
supossutoria dari paket.
3.
Sambil berbaring
masukkan tablet vagina atau supossutoria jauh kedalam vagina.
4.
Tunggu 10-15 menit
sebelum mulai berhubungan seksual.
5.
Sediakan selalu ekstra
pengadaan tablet vagina di tempat.
2.13.10
Krim
1.
Insersi kontrasepsi
krim setelah dikemas kedalam aplikator sampai penuh, masukkan kedalam vagina
sampai mendekati serviks.
2.
Tekan alat pendorong
sampai krim keluar.
3.
Aplikator harus dicuci
dengan sabun dan air sesuai dengan PI untuk ala-alat, tiriskan dan keringkan.
4.
Untuk memudahkan
pembersihan alat, pisahkan bagian-bgaiannya. Jangan berbagi aplikator dengan
orang lain.
5.
Sediakan ektra
pengadaan krim terutama apabila ternyata kontaiiner kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar