Jumat, 03 April 2015

LAPORAN KASUS KOMPREHENSIF (KTI)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau dalam masa kehamilan atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) (Nova, 2012).
Sedangkan pengertian AKI menurut World Healthy Organization (WHO) adalah adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (Nurhayati, 2012) Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi di bawah usia 1 tahun per 1000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal. AKB juga berhubungan dengan pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga (Shofia, 2013).
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 jiwa per tahun meninggal saat hamil atau bersalin. Menurut data WHO sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. AKI di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 516 kematian ibu per 100 ribu KH, sedangkan AKB pada tahun 2011 42 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (Mudanija, 2011).
AKI di Asia Tenggara tahun 2012 yaitu Singapura hanya 6/100.000 KH, Malaysia tercatat 41/100.000 KH, Thailand sebanyak 44/100.000 KH dan Filipina 170/100.000 KH. Sedangkan Indonesia tergolong paling tertinggi dengan angka rata-rata 228/100.000 KH. Berdasarkan human development report 2012, AKB mencapai 31/1.000, angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia juga 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2.4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Tingginya AKI dan AKB menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Association of South East Asion Nation (ASEAN) (Puspita, 2012).
Berdasarkan data Hasil Suvei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2007), AKB adalah 34 per 1000 KH dan Angka Kematian Balita (AK Balita) adalah 44 per 1000 KH. Selanjutnya, AKI merupakan salah satu indikator yang diperkirakan sulit dicapai. Kesulitan ini tidak hanya dirasakan Indonesia tetapi juga di banyak negara berkembang di dunia. Data terakhir AKI adalah 228 kematian ibu per 100.000 KH (SDKI, 2007). Masih perlu upaya yang lebih keras guna mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada 2015, yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 KH (Depkes, 2011).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Moeharmansyah Boestari, menjelaskan pada tahun 2011 jumlah AKI melahirkan sebanyak 38 orang dan AKB 114 orang, pada tahun 2012 menurun menjadi 36 untuk kematian ibu melahirkan dan untuk kematian bayi sebanyak 100 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, angka tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan angka nasional yang dilansir WHO. Data WHO AKI mencapai 38 kasus per 100.000 KH. Sedangkan AKB 39 kasus per 1000 KH (Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, 2013).
Salah satu target MDGs pada tahun 2015 bahwa AKI harus dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 KH dan AKB diturunkan menjadi 26 per 1000 KH telah dilakukan upaya mendekatkan pelayanan ke masyarakat melalui program Desa Siaga dengan Poskesdes, Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit (RS). Sistem rujukan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi hendaknya dikembangkan dan ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan mengindentifikasi kesiapan berbagai fasilitas daerah dengan mengindentifikasi kesiapan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan baik Puskesmas dan RS juga bidan desa sebagai satu kesatuan pelayanan yang terintegrasi termasuk program Sistem Penaggulangan Gawat Terpadu (SPGD-T).
Pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperluas upaya akselerasi pencapaian MDGs dengan meluncurkan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan untuk mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. BPJS merupakan badan usaha milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014. Undang-undang nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (JamsosIndonesia, 2013)
Mengingat pentingnya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, pemerintah telah mencanangkan gerakan nasional yang aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010 pada tanggal 12 Oktober 2010, sebagai bagian dari program safe motherhood. Dalam arti kata yang luas tujuan safe motherhood dan MPS sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor kesehatan, yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor swasta, keluarga dan anggota masyarakat. Melalui MPS ini diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihak-pihak yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan kemammpuan pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif  berdasarkan bukti ilmiah (evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan bilamana diperlukan dengan penekanan khusus pada pertolongan oleh tenaga kesehatan yang trampil pada saat melahirkan serta pelayanan yang cepat dan berkesinambungan. Strategi MPS mendukung target internasional yang telah disepakati. Dengan demikian tujuan global MPS adalah untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut : Menurunkan AKI sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun 1990. Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35 per 1000 KH pada tahun 2015.
Berdasarkan lessons learned dari program safe motherhood, maka pesan-pesan kunci MPS adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Lestiyani, 2013).
Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) adalah sebuah program kerjasama Kementrian Kesehatan RI dan United States Agency for International Development (USAID) selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka mengurangi AKI dan bayi baru lahir. Program EMAS mendukung pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, dalam berjejaring dengan organisasi masyarakat sipil, fasilitas kesehatan publik dan swasta, asosiasi rumah sakit, organisasi profesi dan sektor swasta dan lain-lain. Program ini akan berkontribusi terhadap percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir sebesar 25 % di Indonesia. EMAS bertujuan untuk meningkatkan kualitas PONED yang merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetrik neonatal yang meliputi segi pelayanan obstetrik : Pemberian oksitosin parenteral, antibiotika parenteral dan sedative parenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forsep ekstraksi. Pelayanan neonatal : Resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian natrium bikarbonat intraumbilikal/phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan termal kontrol untuk mencegah hipotermia dan penanganggulangan gangguan pemberian nutrisi dan PONEK untuk pelayanan obstetri neonatal esensial/emergensi komperhensif di RS, meliputi kemampuan untuk melakukan tindakan : Bedah sesar, histerektomi, reparasi ruptura uteri, cedera kandung/saluran kemih, perawatan intensif ibu dan neonatal, transfusi darah. Tujuan utama mampu menyelamatkan ibu dan anak baru lahir melalui program rujukan berencana dalam satu wilayah kabupaten kotamadya atau provinsi. Untuk memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian diterapkan di rumah sakit dan puskesmas. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem rujukan antara puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan rumah sakit. Penguatan sistem rujukan, meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan pemerintah daerah, meningkatkan akses masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (DepKes, 2013).
Gerakan Sayang Ibu (GSI) pada tanggal 22 Desember 1996, bertepatan dengan hari ibu, GSI dicanangkan oleh presiden. GSI sebagai wadah kemitraan antara pemerintah dan masyarakat di semua tingkat pemerintahan dari pusat sampai pedesaan dengan tujuan percepatan penurunan AKI. GSI kabupaten memberikan dukungan/kebijakan politisi dengan keterlibatan lintas sektor terkait, sedangkan GSI kecamatan dan pedesaan melakukan operasionalisasi bantuan penanganan masalah sosial, seperti biaya dan transportasi dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. Bersamaan dengan GSI telah dikembangkan Rumah Sakit Sayang Ibu (RSSI) dan Bayi (Prawirohardjo, 2011 : 26).
Salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan AKI dan AKB adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan trampilan termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Kementerian Kesehatan 2013)
Salah satu upaya untuk menurunkan AKB yaitu dengan cara periode emas (golden age) anak merupakan masa-masa dimana otak anak berkembang sangat pesat dan sangat cepat dalam menyerap informasi. Periode emas berada pada batas umur anak 0-2 tahun. Otak janin mengalami periode pertumbuhan cepat (brain growth spurt) pertama kali pada saat kehamilan trimester ketiga. Pada trimester ketiga ini, sel neuron (sel-sel otak) pada otak besar membelah dan membagi dengan cepat. 1000 hari pertama kehidupan telah disepakati oleh para ahli diseluruh dunia sebagai saat yang terpenting dalam hidup seseorang. Sejak saat konsepsi (pertemuan sperma dan ovum), perkembangan janin di dalam kandungan, hingga usia 2 tahun menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang. Masa pertumbuhan emas otak (brain growth spurt) tahapan kedua terjadi saat bayi baru lahir sampai usia 3 tahun. Usia bayi 0-6 bulan sangat disarankan untuk diberikan ASI eksklusif. ASI mengandung nutrisi yang cukup hingga bayi berusia 6 bulan. Menginjak usia 6 bulan sampai 3 tahun bayi mulai diberi makanan sesuai kebutuhan tubuhnya. Otak dibentuk oleh lemak, sedangkan sel syaraf dibentuk oleh protein. Beberapa nutrisi sangat berperan penting dalam menentukan tingkat kecerdasan anak. Secara umum untuk tumbuh kembang anak, termasuk pertumbuhan dan perkembangan otak pada masa emas diperlukan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral) (Silvia, 2013).
Bidan Praktik Mandiri (BPM) Yuliantimulai berdiri pada tanggal 16 Desember 2010 yang beralamat di Jl. Ratna RT 005/009 No. 16, Kel. Jatikramat, Kec. Jatiasih, Bekasi
Tabel 1. (1)
Kunjungan Di BPM Bidan Yulianti
NO
JENIS
PEMERIKSAN
BULAN
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
1
ANC
49
78
80
2
INC
10
6
11
3
BBL
10
6
11
4
PNC
10
6
11
5
KB
84
120
105
6
Imunisasi
29
41
45
7
Umum
142
126
136
Total
334
383
399

Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada ny. M di BPM bidan Yulianti dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan.

1.2      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi, dengan adanya bidan sebagai tenaga kesehatan mempunyai peran penting dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yaitu pada ny. M di BPM Yulianti dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan.

1.3      TUJUAN PENULISAN
1.3.1        TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa dapat menganalisa, menerapkan dan memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sesuai dengan standar sehingga dapat membantu menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.
1.3.2        TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan pada :
a.       Ibu hamil ny. M di BPM Yulianti, Bekasi periode 11 Juli-28 Agustus 2014
b.      Ibu bersalin ny. M di BPM Yulianti, Bekasi periode 11 Juli-28 Agustus 2014
c.       Bayi baru lahir ny. M di BPM Yulianti, Bekasi periode 11 Juli-28 Agustus 2014
d.      Ibu nifas ny. M di BPM Yulianti, Bekasi periode 11 Juli-28 Agustus 2014
e.       Pendokumentasian ny. M di BPM Yulianti, Bekasi periode 11 Juli-28 Agustus 2014
1.4      MANFAAT PENULISAN
1.4.1        BAGI PENULIS
Dapat menerapkan asuhan kebidanan komprehensif kepada pasien yang seusai standar.
1.4.2        BAGI INSTITUSI
Menambah referensi untuk perpustakaan dan dapat sebagai bahan evaluasi kasus selanjutnya.
1.4.3        BAGI BPM

Lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.




BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1      MASA KEHAMILAN
2.1.1        DEFINISI
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan atau 9 bulan) menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu (minggu ke-0 hingga minggu ke-12), trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2011 : 213). Kalau menurut (Manuaba, 2012 : 75) Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : Ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum. Konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantassi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterem.
a.       Kehamilan
1)      Post term : Suatu kehamilan yang melewati 42 minggu (294 hari) dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), sering pula disebut kehamilat lewat waktu.
2)      Post date Kehamilan yang telah melewati hari perkiraan kelahiran (280 hari).
3)      Post matur Lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput, tali pusat layu terwanai oleh mekonium.
b.      Patofisiologi
Penyebab post date itu sendiri masih belum jelas. Risiko terhadap janin disebabkan oleh karena proses penuaan plasenta sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta (insufiensi). Insufisiensi nutrisi yang bisa mengakibatkan Intra Uterine Growth Retardation (IUGR). Insufiensi pernapasan yang bisa mengakibatkan hipoksia janin.
c.       Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan post date adalah merencanakan pengakhiran kehamilan.
2.1.2        TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN
a.       Tanda-tanda dugaan hamil menurut Manuaba (2010 : 107) yaitu :
1)      Amenore
Amenore (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de Graff dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkirakan persalinan.
2)      Mual dan muntah
Mual (nausea) dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat dibatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.
3)      Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.
4)      Syncope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
5)      Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron dan somatotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6)      Sering miksi atau Buang Air Kecil (BAK)
Desakan rahim ke depan menyebabkan kendung kemih cepat terasa penuh dan sering BAK. Pada trimester kedua, gejala ini sudah menghilang.
7)      Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk Buang Air Besar (BAB).
8)      Pigmentasi kulit
Keluarnya Melanophore Stimulating Hormone (MSH) hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (strie livid, strie albikan, linea alba dan linea nigra) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola payudara, puting susu makin menonjol) di sekitar pipi (kloasma garvidarum).
9)      Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
10)  Varises atau penampakkan pembuluh darah vena.
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakkan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakkan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis dan payudara. Penampakkan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
b.      Tanda tidak pasti kehamilan menurut Manuaba (2010 : 108) 
yaitu : Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil, pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwick, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton-Hicks dan teraba balotemen, pemeriksaan tes biologis kehamilan positif tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.
c.       Tanda pasti kehamilan menurut Manuaba (2010 : 109) yaitu :
1)      Gerakan janin dalam rahim
Terlihat atau teraba gerakan janin. Teraba bagian-bagian janin.
2)      Denyut Jantung Janin (DJJ)
Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan dengan alat Rontgen untuk melihat kerangka janin (sekarang sudah tidak dipakai).
2.1.3        PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA IBU HAMIL
a.       Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
b.      Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan.
c.       Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu.
d.      Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan somatotropin.
e.       Sirkulasi darah ibu
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.
f.       Sistem pernafasan
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen (O2), disamping itu desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 % sampai 25 % dari pada biasanya.
g.      Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK.
h.      Perubahan pada kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid atau alba, areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan hilang.
i.        Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
2.1.4        PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN
Menurut Kusmiyati (2010 : 63), perubahan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan meliputi :
a.       Perubahan psikologi pada kehamilan trimester I
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian wanita merasa sedih tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Beberapa wanita yang telah merencanakan kehamilan atau berusaha keras untuk hamil, merasa senang sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari tanda bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi. Ada beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum merupakan waktu terjadi penurunan libido. Perubahan psikologis pada trimester II. Trimester kedua dibagi menjadi dua fase meliputi :
1)      Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa Prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya.
2)      Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas ke ibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada saat ini sebagian wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama.
b.      Perubahan psikologis pada trimester III
Trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayi. Perasaan waspada mengingat bayi dapat lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
2.1.5        KETIDAKNYAMAN PADA KEHAMILAN DAN CARA MENGATASINYA
Menurut Rukiyah (2009 : 116), ketidaknyaman pada kehamilan dan penatalaksanaannya yaitu :
a.       Morning sickness (mual dan muntah)
Biasanya dirasakan pada saat kehamilan dini. Disebabkan oleh respons terhadap hormon dan merupakan pengaruh fisiologi. Untuk penatalaksanaan khusus bisa dengan diet. Untuk asuhannya berikan nasihat tentang gizi, makan sedikit-sedikit tetapi sering, makan-makanan padat sebelum bangkit dari berbaring.
b.      Mengidam
Terjadi setiap saat, disebabkan karena respon papila pengecap pada hormon sedangkan pada sebagian wanita, mungkin untuk mendapatkan perhatian. Untuk pelaksanaan khusus yaitu dengan nasihat dan menentramkan perasaan pasien. Berikan asuhan dengan meyakinkan bahwa diet yang baik tidak akan terpengaruh oleh makanan yang salah.
c.       Konstipasi
Terjadi pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena progesteron dan usus yang terdesak oleh rahim yang membesar atau bisa juga karena efek dari terapi tablet zat besi. Penatalaksanaan khusus yaitu dengan diet atau kadang-kadang dapat diberikan pencahar ringan (dengan resep dokter). Asuhan yang diberikan yaitu dengan nasihat makanan tinggi serat, buah dan sayuran, ekstra cairan, hindari makanan berminyak dan anjurkan olahraga tanpa dipaksa.
d.      Buang air kecil yang sering
Keluhan dirasakan saat kehamilan dini, kemudian kehamilan lanjut. Disebabkan karena progesteron dan tekanan pada kandung kemih karena pembesaran rahim atau kepala bayi yang turun ke rongga panggul. Yang harus dilakukan adalah dengan menyingkirkan kemungkinan infeksi. Berikan nasihat untuk mengurangi minum setelah makan malam atau minimal 2 jam sebelum tidur, menghindari minum yang mengandung kafeinjangan mengurangi kebutuhan air minum (minimal 8 gelas per hari) perbanyak di siang hari dan lakukan senam.
e.       Bengkak pada kaki
Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. Yang harus dilakukan adalah dengan segera berkonsultasi dengan dokter jika bengkak yang dialami pada kelopak mata, wajah dan jari yang disertai tekanan darah tinggi, sakit kepala, pandangan kabur (tanda pre-eklampsia). Kurangi asupan makanan yang mengandung garam, hindari duduk dengan kaki bersilang, gunakan bangku kecil untuk menopang kaki ketika duduk, memutar pergelangan kaki juga perlu dilakukan.
2.1.6        TANDA DAN BAHAYA DALAM KEHAMILAN (KUSMIYATI, 2009 : 136)
Perdarahan pervaginamSakit kepala hebatPenglihatan atau pandangan kaburBengkak di wajah dan jari-jari tanganKeluar cairan pervaginamGerakan janin tidak terasa
2.1.7        ASUHAN ANTENATAL CARE
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantuan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2011 : 278). Kalau menurut (Rukiyah, 2009 : 2) antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memantau, mendukung kesehatan ibu dan cara mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah.
a.       Tujuan Antenatal Care
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat secara umum, kebidanan dan perdarahan. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
b.      Kunjungan Antenatal
Menurut Francichandra (2010), kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T” meliputi :
1)      Tinggi badan dan timbang berat badan
Bandingkan berat badan sebelum hamil, catat jumlah kg berat badan beberapa minggu sejak kunjungan terakhir, catat pola perkembangan berat badan. Pada pemeriksaan kehamilan pertama, perhatikan apakah berat badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg perminggu atau 6,5 kg sampai 16,5 kg selama kehamilan teori ini menurut Manuaba (2010 : 95). Bila peningkatan berat badan kurang dari 0,5 kg perminggu, perhatikan apakah ada malnutrisi. Awasi adanya pertumbuhan janin terhambat, insufisiensi plasenta, kemungkinan kelahiran prematur. Bila peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg perminggu, perhatikan adanya diabetes melitus, kehamilan ganda, hidramion dan makrosomia (Kusmiyati, 2010 : 32).
2)      Tekanan darah
Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama kali mencatat riwayat klien, sebagai data dasar. Pada saat setiap pemeriksaan antenatal. Selama persalinan. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok dan perdarahan, serta gejala-gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur dan proteinuria. Hipertensi akibat kehamilan. Bayi preterm atau bayi sakit. Transfusi darah. Selama dan setelah pembedahan.
3)      Tinggi Fundus Uteri (TFU)
4)      Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal mendapat 90 tablet selama kehamilannya. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,5 mg (Kusmiyati, 2009 : 169).
5)      Tetanus Toksoid (TT)
Menurut Rukiyah (2009 : 7) bahwa imunisasi TT pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu dan imunisasi TT kedua diberikan 4 minggu setelah TT pertama.
Tabel 2. (1)
Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen
Interval (selang waktu minimal)
Lama perlindungan
% perlindungan
TT1
Pada kunjungan antenatal pertama
-
-
TT2
4 minggu setelah TT1
3 tahun
80%
TT3
6 bulan setelah TT2
5 tahun
95%
TT4
1 tahun setelah TT3
10 tahun
95%
TT 5
1 tahun setelah TT4
25 tahun/ seumur hidup
99%
Sumber : Kusmiyati (2009 : 169)
6)      Tes atau pemeriksaan hemoglobin (hb)
Menurut teori Prawirohardjo (2011 : 281), kadar hb normal menurut WHO 11 gr% dan menurut Depkes 10 gr%.
7)      Pemeriksaan Veneral Diseases Research Laboratory (VDRL)
Tes laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, sifilis.
8)      Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
9)      Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)
10)  Temu wicara atau konseling
Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan pelayanan antenatal berkualitas untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan.
11)  Tes atau pemeriksaan urin protein
12)  Tes atau pemeriksaan urin reduksi
13)  Terapi iodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)
14)  Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
2.1.8        REFOKUS ANTENATAL CARE (ARBIE, 2013)
Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya membuat perencanaan persalinan. Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah) pada setiap kunjungan. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan rumah sakit (riwayat bedah sesarIntra Uterine Fetal Death (IUFD) dan sebagainya). Mendeteksi dan menangani komplikasi (pre-eklampsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria dan sebagainnya). Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Memberikan imunisasi TT untuk mencegah kematian BBL karena tetanus. Memberikan suplementasi zat besi dan asam folat.
2.1.9        STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Menurut Soepardan (2008 : 119) standar pelayanan kehamilan meliputi :
a.       Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakaat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi ibu, suami, serta anggota keluarga lainnya agar mendorong dan membantu ibu untuk memeriksa kehamilannya sejak dini dan teratur.
b.      Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal, pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan janin berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal adanya kelainan pada kehamilan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, Penyakit Menular Seksual (PMS)/infeksi HIV memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat yang pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuk untuk tindakan selanjutnya.
c.       Standar 5 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terrendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d.      Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, identifikasi, penanganan dan atau rujukan untuk semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e.       Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f.       Standar 8 : Persiapan Persalinan
Memberikan saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi, biaya.Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah.
2.1.10    MENGHITUNG INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, bayi berat lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan risiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan. Penilaian IMT diperoleh dengan memperhitungkan berat badan sebelum hamil dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrad. Indikator penilaian untuk IMT adalah sebgai berikut :
IMT = 
Dimana : Berat badan dalam satuan kg, sedangkan tinggi badan dalam satuan meter
Tabel 2. (2)
Kategori Indeks Massa Tubuh
Nilai IMT
                                  Kategori
Kurang dari 20
Underweight/di bawah normal
20-24,9
Desirable/normal
25-29,9
Moderate obesity/gemuk/lebih dari normal
Over 30
Severe obesity/sangat gemuk
 Sumber : Kusmiyati (2009 : 84)

2.2      MASA PERSALINAN
2.2.1        DEFINISI
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010 : 164).
2.2.2        LIMA BENANG MERAH
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman (JPNK, 2008). Lima benang merah tersebut adalah
a.    Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas kesehatan yang memberikan pertolongan.
b.    Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan.
c.    Pencegahan Infeksi
Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.             
d.   Pencatatan (Dokumentasi)
Pencatatan adalah bagian terpenting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
e.    Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana yang lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir.
2.2.3        TEORI TERJADINYA PERSALINAN (MANUABA, 2010 : 168)
a.       Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai.
b.      Teori penurunan hormon
Hormon progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron.
c.       Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat mulai.
d.      Teori pengaruh prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan dan dapat dianggap pemicu terjadinya persalinan.
e.       Teori plasenta menjadi tua
Dengan bertambahnya usia kehamilan plasenta menjadi tua dan menyebabkan vili korialis mengalami perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron turun.
f.       Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter.
g.      Teori berkurangnya nutrisi
Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
2.2.4        TANDA-TANDA PERSALINAN MENURUT (MANUABA, 2010 : 173)
a.    Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas kekuatan makin bertambah.
b.    Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c.    Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
2.2.5        FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSALINAN
Menurut Manuaba (2010 : 169) faktor-faktor yang berperan dalam persalinan meliputi : Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum)passenger (janin dan plasenta)passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu bersalin, penolong.
2.2.6        PSIKOLOGI IBU SAAT PERSALINAN
Perubahan psikologis pada kala satu. Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, trauma pada ibu yang pertama kali melahirkan, peubahan-perubahan yang dimaksud adalah :
a.       Fase laten
Fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya : Gelisah dan gugup. Cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Ingin berbicara, perlu ditemani. Tidak tidur, ingin berjalan-jalan. Menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
b.      Fase Aktif
Saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepan maksimum wanita akan mengalami : Rasa khawatir menjadi meningkat. Kontraksi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya.
Dalam keadaan ini wanita akan lebih serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
2.2.7        TAHAP-TAHAP PERSALINAN
a.    Kala I
Menurut (JNPK-KR, 2008 : 39) kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :
1)   Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara lengkap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2)   Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi menjadi 3 (Manuaba, 2010 : 173) yaitu :
a)    Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b)   Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
c)    Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.
b.    Kala II
Menurut (JNPK-KR, 2008 : 79) dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua di antaranya : Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya. Perineum menonjol. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
c.    Kala III
Menurut JNPK-KR (2008 : 101) yang menyatakan bahwa Manajemen Aktif Kala (MAK) III terdiri dari pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10 Internasional Unit (IU) secara Intra Muskular (IM), melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15 detik. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda seperti uterus menjadi bulat, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.
d.   Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melahirkan observasi karena pendarahan pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan. Menurut Saifuddin (2010 : N-21) bahwa selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
2.2.8        MEKANISME PERSALINAN
a.       Engagement
Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada pintu atas panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Pada nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul. Pada multipara yang otot-otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan di atas permukaan panggul sampai persalinan dimulai.
b.      Descent (penurunan)
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan, disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterin, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen, kontraksi diafragma dan melurusnya badan anak.
c.       Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir, diameter suboksipito-bregmatika (9,5 cm)Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
d.      Putar paksi dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan memutar ke depan ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
e.       Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
f.       Putar paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ishiadikum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
g.      Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
2.2.9        58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
Menurut buku pedoman Asuhan Persalinan Normal (2008prosedur persalinan normal antara lain :
a.       Mengenali tanda dan gejala kala II
1)      Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya, perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
b.      Menyiapkan pertolongan persalinan
2)      Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayiMenyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set.
3)      Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4)      Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5)      Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6)      Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.
c.       Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7)      Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar, mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8)      Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
9)      Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan.
10)  Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya dicatat pada partograf.
d.      Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11)  Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12)  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.
13)  Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Anjurkan keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan cukup asupan cairanMenilai DJJ setiap kontraksi uterus selesaiSegera rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida).
14)  Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15)  Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16)  Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17)  Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan.
18)  Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
e.       Persiapan pertolongan kelahiran bayi
19)  Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20)  Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21)  Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22)  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23)  Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
24)  Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi, dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
f.       Penanganan bayi baru lahir
25)  Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak bernafas tidak menangis lakukan resusitasi.
26)  Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27)  Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28)  Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar uterus berkontraksi baik.
29)  Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin secara IM di 1/3 paha bagian distal lateral.
30)  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
31)  Memotong dan mengikat tali pusat, dengan satu tangan memegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan penjepitan tali pusat antara 2 klem tersebut atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan satu simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32)  Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehingga bayi menempel di dada ibu/di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari posisi puting payudara ibu.
33)  Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
g.      Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
34)  Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
35)  Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.
36)  Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah darso kranial secara hati-hati. Untuk mencegah inversio uterus jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
37)  Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit meregangkan tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IMLakukan kateterisasi jika kandung kemih penuhMinta keluarga untuk menyiapkan rujukanUlangi peregangan tali pusat 15 menit berikutnyaJika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.
38)  Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39)  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
h.      Menilai perdarahan
40)  Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap, masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus.
41)  Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penilaian bila laserasi menyebabkan perdarahan.
i.        Melakukan prosedur pasca persalinan
42)  Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43)  Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44)  Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45)  Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukanLetakkan kembali bayi didada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46)  Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinsan. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 23-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
47)  Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai kontraksi.
48)  Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49)  Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan yag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50)  Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC).
51)  Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
52)  Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
53)  Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT). Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54)  Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55)  Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %.
56)  Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %. Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
57)  Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58)  Lengkapi partograf.
2.2.10    18 PENAPISAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (JNPK-KR, 2008 : 50)
Riwayat bedah sesar, pedarahan pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda/gejala infeksi, pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm atau lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5, presentasi bukan belakang kepala, presentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemeli, tali pusat menumbung, syok.
2.2.11    STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN MENURUT SOEPARDAN (2008 : 120)
a.       Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan sedang berlangsung.
b.      Standar 10 : Persalinan kala II yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat.
c.       Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Bidan melakukan peregangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d.      Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perineum.
2.3      INISIASI MENYUSU DINI
2.3.1        DEFINISI
Inisiasi menyusu dini adalah segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.
2.3.2        KEUNTUNGAN IMD BAGI IBU DAN BAYI MENURUT JNPK-KR (2008 : 131)
a.         Keuntungan Kontak Kulit dengan Kulit untuk Bayi
Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. Menstabilkan pernafasan. Mengendalikan temperatur tubuh bayi. Memperbaiki /mempunyai pola tidur yang lebih baik. Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif. Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat). Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi. Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama. Dengan adanya kolonisasi kuman dari ibu, waktu bayi menjilat-jilat perut ibu, akan menambah kekebalan tubuh bayi dengan memberikan perlindungan terhadap infeksi. Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir. Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.
b.        Keuntungan Kontak Kulit dengan Kulit untuk Ibu
1)   Oksitosin :
Membantu kontraksi uterus sehingga risiko perdarahan pasca persalinan lebih rendah. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI. Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayiIbu lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.
2)   Prolaktin :
Meningkatkan produksi ASIMembantu ibu mengatasi stresMendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu. Menunda ovulasi.
c.         Keuntungan IMD untuk Bayi
Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. Meningkatkan kecerdasan. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Mencegah kehilangan panas.
d.        Keuntungan IMD untuk Ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
2.3.3        LANGKAH-LANGKAH IMD (JNPK-KR, 2008 : 132)
a.       Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. Bayi diletakkan di perut bawah ibu. Nilai bayi apakah perlu dilakukan resusitasi atau tidak.
b.      Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Hindari mengeringkan tangan bayi.
c.       Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu, kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting. Menyelimuti ibu dan bayi serta memasang topi bayi.
d.      Membiarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam.

2.4      PARTOGRAF
Menurut JNPK-KR (2008 : 57), partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik dan digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a.       Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
b.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya persalinan lama.
c.       Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir. Pencatatan selama fase aktif persalinan :
1)      Informasi tentang ibu
Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan medis/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat.
2)      Kondisi janin
a)      DJJ, catat setiap 30 menit.
b)      Warna dan adanya air ketuban.
(1)   U   : Selaput utuh.
(2)   J    : Selaput pecah.
(3)   M  : Air ketuban bercampur mekonium.
(4)     : Air ketuban berwarna darah.
(5)     : Tidak ada cairan ketuban/kering.
c)      Penyusupan (molase) kepala janin
(1)   0    : Sutura terpisah.
(2)   1    : Sutura yang tepat/bersesuaian.
(3)   2    : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
(4)   3    : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
3)      Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks dimulai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x). Penurunan bagian terbawah janin, catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap dalam. Pada posisi 0/5 atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis. Garis waspada dan garis bertindak.
4)      Jam dan waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5)      Kontraksi uterus
Catat setiap setengah jam. Lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya setiap kontraksi dalam hitungan detik : Kurang dari 20 detik, antara 20 detik dan 40 detik, lebih dari 40 detik.
6)      Obat-obatan dan cairan yang digunakan
Oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan Intra Vena (IV) yang diberikan.
7)      Kondisi ibu
Nadi setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.). Tekanan darah catat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah. Suhu badan catat setiap 2 jam. Urin (volume, aseton dan protein) catat setiap kali ibu BAK.

2.5      BAYI BARU LAHIR
2.5.1        DEFINISI
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013 : 2)
2.5.2        PENANGANAN BAYI BARU LAHIR (JNPK-KR, 2008)
a.       Mencegah pelepasan panas yang berlebihan
Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui proses konveksi, konduksi, evaporasi dan radiasi.
1)      Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
2)      Konveksi adalah proses hilangnya panas melalui kontak dengan udara yang dingin disekitarnya, misalnya saat bayi berada di ruangan terbuka dimana angin secara langsung mengenai tubuhnya.
3)      Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bayi bila bayi berada dalam keadaan basah, misalnya bila bayi tidak segera dikeringkan, setelah proses kelahirannya atau setelah mandi.
4)      Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan dekat dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya, misalnya bayi diletakkan dalam tembok yang dingin.
b.      Cara mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi
Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban atau cairan lain dengan kain hangat dan kering untuk mencegah terjadinya hipotermi. Selimuti bayi dengan kain kering terutama bagian kepala. Ganti handuk atau kain yang basah. Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian. Jangan memandikan setidak-tidaknya 6 jam setelah persalinan. Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat.
c.       Bebaskan atau bersihkan jalan nafas
Bersihkan jalan nafas bayi dengan cara mengusap mukanya dengan kain atau kapas yang bersih dari lendir segera setelah kepala lahir. Jika bayi lahir bernafas spontan atau segera menangis, jangan lakukan penghisapan rutin pada jalan nafasnya.
d.      Rangsangan taktil
Mengeringkan tubuh bayi pada dasarnya merupakan tindakan rangsangan pada bayi dan mengeringkan tubuh bayi cukup merangsang upaya bernafas.
e.       Laktasi
Laktasi merupakan bagian dari rawat gabung, setelah bayi dibersihkan, segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat ASI. Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih refleks hisap bayi, membina hubungan psikologis ibu dan anak, membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada puting susu, memberi ketenangan pada ibu dan perlindungan bagi bayinya serta mencegah panas yang berlebih pada bayi.
f.       Mencegah infeksi pada mata
Berikan tetes mata atau salep mata antibiotik 2 jam pertama setelah proses kelahiran.
g.      Identifikasi bayi
Dengan membuat dan memeriksa catatan mengenai jam dan tanggal kelahiran bayi, jenis kelamin dan pemeriksaan tentang cacat bawaan. Selain itu identifikasi dilakukan dengan memasang gelang identitas pada bayi dan gelang ini tidak boleh lepas sampai penyerahan bayi.
2.5.3        PENILAIAN BAYI BARU LAHIR
Menurut Manuaba (2010 : 205), penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian Apgar. Dalam melakukan pertolongan persalinan merupakan kewajiban untuk melakukan : Pencatatan (jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi, pemeriksaan tentang cacat bawaan). Identifikasi bayi (rawat gabung, identifikasi sangat penting untuk menghindari bayi tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi). Pemeriksaan ulang setelah 24 jam pertama sangat penting dengan pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum sempurna.
Tabel 2. (3)
Apgar Skor
Tampilan
0
1
2
A
Appearance
(warna kulit)
Pucat
Badan merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan
P
Pulse rate(frekuensi nadi)
Tidak ada
Kurang dari 100 x/menit
Lebih dari 100 x/menit
G
Grimace (reaksi terhadap rangsangan)
Tidak ada
Sedikit gerak mimik, menyeringai
Batuk dan bersin
A
Activity
(tonus otot)
Tidak ada
Ekstremitas dalam sedikit fleksi
Gerakan aktif
R
Resfiration (pernafasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratur
Baik/menangis kuat
Sumber : Prawirohardjo (2011)
Keterangan :
1)      Asfiksia berat     : Jumlah nilai 0 sampai 3
2)      Asfiksia sedang  : Jumlah nilai 4 sampai 6
3)      Vigerious baby   : Jumlah nilai 7 sampai 10
2.5.4        TANDA-TANDA BAYI NORMAL
Menurut Rukiyah (2013 : 2), bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain appearance color (warna kulit), seluruh kulit kemerah-merahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung <100 i="" menit="" nbsp="" x="">grimace 
(reaksi rangsangan), menangis, batuk/bersin, activity (tonus otot), gerakan aktif, respiration (usaha nafas), bayi manangis kuat.
2.5.5        ASUHAN BAYI BARU LAHIR
a.       Pencegahan infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi mikrooganisme yang terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Oleh karena itu dalam asuhan BBL pastikan tangan, semua peralatan dan pakaian dalam keadaan bersih.
b.      Penilaian segera setelah lahir
Penilaian meliputi apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, apakah bayi menangis atau bernafas, apakah tonus otot bayi baik.
c.       Pencegahan kehilangan panas
BBL dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui proses konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi. Segera setelah bayi lahir upayakan untuk mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengeringkan tubuh bayi, selimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering, jangan mandikan bayi sebelum suhu tubuhnya stabil, yaitu 6 jam setelah bayi lahir, lingkungan yang hangat
d.      Asuhan tali pusat
Setelah tali pusat dipotong dan diikat, biarkan tali pusat tetap dalam keadaan terbuka tanpa mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Mengoleskan alkohol atau povidon iodin masih diperbolehkan, tetapi tidak dikompreskan karena akan menyebabkan tali pusat basah dan lembab. Jika tali pusat basah atau kotor bersihkan menggunakan air DTT dan sabun kemudian segera dikeringkan dengan kain atau handuk bersih. Apabila tali pusat berdarah, bernanah, kemerahan yang meluas dan berbau maka segera ke pelayanan kesehatan untuk segera ditangani.
e.       IMD
Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama kurang lebih 1 jam. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD.
f.       Manajemen laktasi
Memberikan ASI dini akan membina ikatan emosional dan kehangatan ibu dan bayi. Manajemen laktasi meliputi masa antenatal, segera setelah bayi lahir, masa neonatal dan masa menyusui selanjutnya.
g.      Pencegahan infeksi mata
Pencegahan infeksi tersebut menggunakan antibiotika eritromisin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran.
h.      Pemberian vitamin K1
Pemberian K1 diberikan secara injeksi IM setelah kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dialami sebagian BBL.
i.        Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermafaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan melalui ibu kepada bayi. Imunisasi ini diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.
j.        Pemeriksaan BBL
Pemeriksaan BBL dapat dilakukan 1 jam setelah kontak kulit ke kulit. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan antropometri.
2.5.6        TANDA BAHAYA PADA BAYI (PRAWIROHARDJO, 2011 : 139)
Sesak nafas, frekuensi pernafasan 60 kali/menit, gerak retraksi di dada, malas minum (menyusu), panas atau suhu tubuh badan bayi rendah, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apnu, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan tali pusat, sangat kuning.
2.5.7        STANDAR PENANGANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL (YANTI, 2010 : 120)
a.       Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada Trimester Ketiga
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
b.      Standar 17 : Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam serta merujuk dan memberikan pertolongan pertama.
c.       Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Persalinan Lama atau Macet
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala persalinan lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
d.      Standar 19 : Persalinan dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin.
e.       Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
f.       Standar 21 : Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan Primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan pasca persalinan primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
g.      Standar 22 : Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan pasca persalinan sekunder dan melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu atau merujuknya.
h.      Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
i.        Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

2.6      MASA NIFAS
2.6.1        DEFINISI
Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang waktu kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum lahir (Purwanti, 2012 : 1)
2.6.2        TUJUAN MASA NIFAS
Menurut Purwanti (2012 : 14), tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut : Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi. Pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi dapat segera merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli apabila diperlukan. Mendukung dan mendampingi ibu dalam menjalankan peran barunya. Mencegah ibu terkena tetanus. Memberi bimbingan dan dorongan tentang pemberian makan anak secara sehat serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
2.6.3        KUNJUNGAN MASA NIFAS
Paling sedikit 4 kali kunjungan. Masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan BBL dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
a.       Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uterimendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b.      Kunjungan 6 hari setelah persalinan
Memastikan involusi uterus normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi seperti tromboflebitis femoralis dapat terjadi karena peradangan vena femoralis, aliran darah lambatdi lipat paha yang tertekan oleh ligamentum inguinal dan kadar fibrinogen meningkat selama masa nifas. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c.       Kunjungan 2 minggu setelah persalinan
Memastikan involusi uterus normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit seperti payudara bengkak dan mastitis yang disebabkan pemberian ASI tidak adekuat, sehingga ASI terkumpul pada sistem duktus laktoferus mengakibatkan terjadi pembengkakkan, jika tidak di tangani maka akan menyebabkan mastitis/radang payudara.
d.      Kunjungan 6 minggu setelah persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. Memastikan ibu memberikan ASI saja kepada bayinya. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
2.6.4        PERUBAHAN FISIOLOGIS (RAHAYU, 2012 : 39)
a.       Uterus
Terjadi involusi atau pengerutan uterus yaitu uterus kembali ke kondisi semula seperti sebelum hamil dengan berat uterus 60 gram.
b.      Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu kedua hanya 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c.       Perubahan pembuluh darah uterus
Dalam kehamilan uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi pada masa nifas.
d.      Perubahan pada serviks dan SBR
Segera setelah kala II menjadi tipis, kolaps, kendur, tetapi luar serviks biasanya mengalami laserasi khususnya sebelah lateral. Setelah beberapa hari serviks dapat dimasuki satu jari, setelah selesai involusi di ismus uteri karena hiperplasia dan retraksi serviks akhirnya luka menjadi sembuh. Walaupun begitu setelah involusi selesai ostium eksternum tidak kembali seperti sebelum hamil. Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
e.       Vagina dan pintu keluar vagina
Membentuk lorong berdinding lunak dan luas, perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara ruge terlihat kembali pada minggu ke-3
f.       Vulva dan perineum
Berkurangnya sirkulasi progesteron mempengaruhi otot-otot pada panggul, perineum, vagina, vulva. Proses ini membantu pemulihan ke arah tonisitas/elastisitas normal dari ligamen otot rahim. Merupakan proses bertahap yang berguna bila ibu melakukan mobilisasi, senam nifas dan mencegah timbulnya konstipasi.
2.6.5        TANDA BAHAYA NIFAS
Perdarahan pervaginam, infeksi masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, pembengkakkan di wajah atau ekstremitas, demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakkan di kaki
2.6.6        KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS
a.       Nutrisi dan Cairan
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, mengkonsumsi pil zat besi untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca bersalin dan mengkonsumsi kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI nya.
b.      Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan biasanya tidak mau banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Namun, ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam untuk mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut, mengencangkan otot dasar panggul sehingga memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
c.       Eliminasi BAK dan BAB
Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama setelah melahirkan dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit.
d.      Kebersihan Diri dan Perineum
Pada ibu masa nifas sebaiknya dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genitalia.
e.       Istirahat
Istirahat cukup pada ibu masa nifas untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, seperti mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus, menyebabkan depresi serta ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f.       Seksual
Secara fisik, untuk memulai hubungan seksual suami istri itu aman jika darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa ada rasa nyeri. Tetapi banyak juga budaya yang menunda hubungan seksual sampai masa nifas selesai. Keputusan itu tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g.      Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun untuk ibu hamil kembali. Menggunakan kontrasepsi adalah cara aman untuk mencegah kehamilan terutama digunakan apabila ibu sudah haid lagi.
h.      Latihan atau Senam Nifas
Latihan atau senam nifas penting untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul keadaan normal.
2.6.7        STANDAR PELAYANAN NIFAS
Menurut Soepardan (2008 : 121) standar pelayanan nifas antara lain :
a.       Standar 13 : Perawatan BBL
Bidan memeriksa dan menilai BBL untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.
b.      Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
c.       Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan BBL, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

2.7      ASI EKSKLUSIF
2.7.1        PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005). ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.
2.7.2        MANFAAT ASI
a.       ASI kaya akan zat penting yang dibutuhkan oleh bayi.
Bila dibandingkan ASI dengan produk susu kalengan atau formula untuk bayi, ASI tetap terunggul dan tidak terkalahkan. Karena ASI memiliki semua kandungan zat penting yang dibutuhkan oleh bayi seperti Docosa
 Hexaenoic Acid (DHA), Asam Arachidonat (AA), omega 6, laktosa, taurin, protein, laktobasius, vitamin A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin dan lisozim yang semuanya dalam takaran dan komposisi yang tepat untuk bayi, oleh karenanya ASI jauh lebih unggul dibandingkan dengan susu apapun.
b.      ASI sebagai sarana untuk mendekatkan ibu dengan bayi. 
ASI menjadi makanan utama bayi, selain karena kegunaannya sebagai makanan utama ASI juga berperan dalam mendekatkan kedekatan jiwa antara ibu dan bayi. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kalau anak yang mendapatkan ASI eksklusif dari ibu akan
 cenderung mempunyai kedekatan dan hubungan yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan asupan ASI.
c.       ASI memberikan kekebalan yang optimal untuk bayi.
Karena ASI memiliki banyak keunggulan kandu
ngan zat-zat penting yang terkandung di dalamnya yang membuat bayi berkembang dengan optimal. ASI juga mempunyai keunggulan lain untuk pembentukan sistem imun bayi. Sistem imum merupakan sistem yang sangat krusial untuk bayi, semakin baik sistem kekebalan tubuh anak maka akan membuat anak jarang sakit. Dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan asupan ASI, bayi yang mendapatkan asupan ASI mempunyai sistem kekebalan tubuh yang jauh lebih baik.
d.      ASI tidak basi dan selalu segar tidak seperti susu yang lain. ASI tidak akan basi, karena ASI langsung dihasilkan di payudara ibu tanpa campur tangan bahan kimia, yang terpenting selama asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu bergizi seimbang dan tepat maka ASI yang dihasilkanpun memiliki kualitas yang baik.
e.       ASI lebih higenis dibandingkan dengan susu lain
karena ASI langsung diberikan melalui puting ibu dengan ASI yang tersimpan di payudara ibu akan menjaga keadaan ASI steril dan dengan suhu yang tepat sesuai untuk kebutuhan bayi. Bila dibandingkan dengan susu formula atau susu kaleng, keduanya memerlukan alat bantu berupa botol dot agar bisa dikonsumsi oleh bayi. Kesterilan dari susu seperti ini perlu dipikirkan lagi karena dalam proses pembuatan susu dan memasukan ke dalam botol ada banyak kemungkinan bahwa susu tersebut tercemar dengan senyawa lain, baik dari susunya sendiri sudah tercemar, air yang digunakan belum tentu steril dan yang penting botol dot yang digunakan untuk minum bayi juga belum tentu bebas dari kuman.
f.       ASI menjadi pelindung yang baik. ASI menjadi pelindung yang baik untuk bayi dari berbagai penyakit atau insiden seperti kematian bayi secara mendadak, gangguan pencernaan, diare, infeksi telinga dan lain-lain.
g.      ASI akan berubah sesuai kebutuhan bayi. ASI memiliki sistematika cara kerja yang sangat unik, karena dengan sendirinya komponen ASI akan berubah sesuai dengan kebutuhan dan usia bayi.
h.      Bermanfaat untuk ibu dan bayi. Manfaat ASI bukan hanya untuk bayi tetapi juga untuk ibu. Karena dengan menyusui ibu dapat melepaskan ketegangan yang ada pada payudaranya, selain itu memperkecil risiko ibu terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang tidak memberikan ASI.
i.        ASI merupakan pelindung dari berbagai alergi makanan
ASI juga mampu memberi rangsangan kepada bayi agar kebal terhadap berbagai bahan makanan, perlu diingat untuk hal ini keragaman dan ke
seimbangan makanan yang dikonsumsi oleh ibu akan turut menentukan.
j.        ASI makanan yang tepat untuk bayi. ASI sangat penting keberadaannya khususnya untuk bayi usia 0-6 bulan, karena di usia ini ASI merupakan makanan wajib bagi bayi.

2.8      BONDING ATTACHMENT
Bonding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi (Rukiyah, 2013 : 95). Menurut Kanel dan Kalus menyatakan bahwa bonding attachment didefinisikan sebagai hubungan yang unik antara dua orang yang sifatnya spesifik dan bertahan seiring berjalannya waktu. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walaupun dipisahkan jarak dan waktu.

2.9      RAWAT GABUNG
2.9.1        DEFINISI
Menurut Rukiyah (2013 : 47)rawat gabung adalah suatu cara perawatan bayi baru lahir yang ditempatkan dalam suatu ruangan bersama ibunya selama 24 jam penuh per harinya, sehingga bayi mudah dijangkau oleh ibunya.
2.9.2        TUJUAN
Tujuan dari rawat gabung yaitu : Bayi dapat segera mendapatkan kolostrum (ASI eksklusif/pertama). Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi lebih dekat dan penuh kasih sayang. Perangsangan ASI menjadi optimal
2.9.3        MANFAAT
Memungkinkan ibu ayah dan bayi diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman cara merawat bayinya segera sesudah melahirkan. Sekaligus mendapatkan bimbingan dari petugas, sehingga bilamana mereka menemui masalah, mereka segera menanyakan kepada petugas.
2.10  PENCEGAHAN INFEKSI
2.10.1    DEFINISI
Pencegahan infeksi adalah bagian yang esensial bagi semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan BBL dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat pertolongan persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan atau penatalaksanaan penyulit (JNPK-KR, 2008 : 16).
2.10.2    PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI
Setiap klien harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala). Setiap klien harus dianggap berrisiko terkena infeksi. Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tidak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus diproses secara benar. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi (PI) secara benar dan konsisten.
2.10.3    TINDAKAN-TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
Cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya, menggunakan teknik asepsis atau aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar).

2.11  DOKUMENTASI KEBIDANAN
2.11.1    DEFINISI
Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak klien maupun pemberi asuhan (Soepardan, 2008 : 96).
2.11.2    LANGKAH-LANGKAH ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH VARNEY MENURUT (SOEPARDAN, 2008 : 97)
Manajemen asuhan kebidanan atau manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.
a.       Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar
Pengumpulan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium.
b.      Langkah II : Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
c.       Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasikan serta mengantisipasi masalah bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
d.      Langkah IV : Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
e.       Langkah V : Perencanaan asuhan secara menyeluruh
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya
f.       Langkah VI : Pelaksanaan perencanaan
Rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
g.      Langkah VII : Evaluasi
Mengidentifikasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

2.12  DOKUMENTASI KEBIDANAN
Dokumentasi asuhan kebidanan adalah catatan interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan dan pendidikan kesehatan pada pasien serta respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan. Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP, yang merupakan singkatan dari :
a.       Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
b.      Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa.
c.       Analisa
Menggambarkan pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi atau masalah potensial.
d.      Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan analisa.



BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1      ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
3.1.1        KUNJUNGAN PERTAMA PADA TANGGAL 11 JULI 2014 PUKUL 16.30 WIB
“Quick check” ibu tidak mengeluh sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, nyeri epigastrium, pergerakan janin berkurang, keluar darah pervaginam, keluar air-air seperti BAK yang tidak bisa ditahan.
a.       Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Ny. M berusia 25 tahun, kebangsaan Indonesia, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, bersuami tn. J, usia 27 tahun, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA pekerjaan karyawan. Pasangan ini bertempat tinggal di Jati Mekar, RT. 4, RW. 7, No. 27, Jatiasih, Bekasi.
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini, ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang diderita selama kehamilannya. Riwayat menstruasi, haid pertama atau menarch usia 10 tahun, siklus 28 hari banyaknya 2-3x ganti pembalut setiap hari, teratur dan lamanya 6-7 hari, sifat darah encer dan terdapat stolsel, serta ibu mengatakan jarang merasakan dismenore.
Riwayat perkawinan, status perkawinan syah, menikah 1 kali pada umur 21 tahun dengan suami umur 23 tahun, lamanya 4 tahun dan memiliki satu orang anak.
Riwayat keluarga persalinan dan nifas yang lalu, ibu mengatakan ini hamil anak kedua, anak pertama lahir tahun 2011, usia kehamilan 40 minggu, lahir spontan di BPM, ditolong oleh bidan tidak ada penyulit, jenis kelamin laki-laki, berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm. Riwayat laktasi ibu mengatakan pernah menyusui anak pertama selama 1 tahun.
Riwayat hamil ini, ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini. HPHT pada tanggal 3 November 2013, Taksiran Persalinan (TP) pada tanggal 10 Agustus 2014, ibu melakukan pemeriksaan kehamilan di BPYulianti sebulan sekali secara teratur dan sudah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali. TT1 diberikan pada tanggal 26 Februari 2014 pada usia kehamilan 16 minggu dan TT2 diberikan pada tanggal 26 Maret 2014 pada usia kehamilan 20 minggu. Riwayat KB, ibu mengatakan pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan (depo) selama 1 setengah tahun dan menghentikan KB ini karena menginginkan anak lagi. Riwayat penyakit sistemik, ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus (DM), hipertensi, jantung, asma dan ginjal. Riwayat operasi, ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi seperti bedah sesar, mioma, kista dan apendisitis. Riwayat kesehatan, ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti TBC dan tidak ada riwayat penyakit menurun seperti DM, hipertensi dan asma serta ibu mengatakan tidak ada riwayat kembar dari keluarga ibu dan bapak.
Kebiasaan sehari-hari, kebersihan diri ibu mengatakan mandi, gosok gigi 2x sehari. Psikososial ibu mengatakan kehamilan ini didukung suami dan keluarga, gizi ibu mengatakan makan 3x sehari dengan 3Bistirahat ibu mengatakan tidur malam 7 jam dan ibu mengatakan tidak merokok, suami juga tidak merokok serta ibu mengatakan tidak pernah memakai obat-obatan selain dari bidan.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan ibu baik, keadaan emosional stabil dan kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, suhu tubuh 36,6° C, denyut nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, tinggi badan 157 cm, berat badan sekarang 69 kg, berat badan sebelum hamil 57 kg dan kenaikan berat badan 12 kg selama hamil, lingkar lengan atas 26 cm, serta IMT = 
{ Berat badan (kg) : Tinggi badan (m2) } = (57 : (1,57)2) = 23,1 termasuk dalam kategori normal.
Pemeriksaan sistematis rambut bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe, muka tidak ada kloasma dan tidak edem, mata simetris, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik, hidung bersih tidak ada polip dan pengeluaran sekrit, mulut bersih tidak ada karies dan stomatitis, telinga bersih tidak ada pengeluaran serumen. Pada pemeriksaan kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tidak ada pembesaran. Pemeriksaan dada dan ketiak, payudara membesar kanan dan kiri, tidak ada tumor, areola hiperpigmentasi kanan dan kiri, puting susu menonjol kanan dan kiri, belum terdapat pengeluaran ASI, serta tidak ada tumor dan nyeri pada ketiak. Pemeriksaan obstetri inspeksi, abdomen membesar, ada linea nigra, strie livid serta pergerakan janin aktif. Pada pemeriksaan palpasi TFU 31 cm. Leopold I teraba agak bulat, lunak tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), kiri teraba panjang keras seperti papan (punggung), Leopold III teraba bagian bulat, keras melenting (kepala), kepala belum masuk PAP, Leopold IV konvergen. TBJ {(TFU-13)155 } = (31-13) 155 = 2790 gram. Auskultasi, DJJ punktum maksimum terdengar jelas 1 titik tempat di puki kuadran III, frekuensi 137 x/menit, teratur. Pada pemeriksaan ekstremitas atas telapak tangan tidak pucat. Ekstremitas bawah tidak terdapat varises, refleks patela positif kanan dan kiri, serta tidak terdapat tiga titik edem yaitu pretibia, osteomaleolus dan dorsalis pedis. Posisi tulang belakang, lordosis fisiologis dan tidak ada rasa nyeri pinggang.
Pemeriksaan anogenital dan USG tidak dilakukan karena ibu tidak ada indikasi dan pemeriksaan laboratorium hb 10.6 gr% golongan darah O rhesus (+) diperiksa pada tanggal 18 April 2014
b.      Langkah II (Analisa Masalah/Interpretasi Data)
1)      Ibu     : G2P1Ahamil 35 minggu 1 hari
2)      Janin  : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
c.       Langkah III (Masalah Potensial)
Tidak ada masalah potensial.
d.      Langkah IV (Tindakan Segera)
1)      Mandiri       : Tidak dilakukan
2)      Kolaborasi   : Tidak dilakukan
3)      Rujukan       : Tidak dilakukan
e.       Langkah V (Rencanaan)
1)      Lakukan hubungan baik dengan ibu
2)      Lakukan Informed consent.
3)      Jelaskan hasil pemeriksaan.
4)      Anjurkan ibu untuk mengatur pola istirahat yang baik.
5)      Anjurkan ibu untuk mengatur pola nutrisi yang cukup.
6)      Jelaskan mengenai kebersihan diri.
7)      Jelaskan tanda bahaya kehamilan
8)      Jelaskan tanda tanda persalinan
9)      Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.
10)  Jelaskan pada ibu mengenai terapi obat.
11)  Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang.
12)  Dokumentasikan hasil pemeriksaan.
f.       Langkah VI (Tindakan)
1)      Melakukan hubungan baik dengan ibu
2)      Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga.
3)      Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan dengan tekanan darah 120/70 mmHg, berat badan 69 kg, usia kehamilan 35 minggu 1 hari, TBJ = 2790 gram, DJJ terdengar jelas 137 x/menit teratur, ibu dan janin dalam keadaan baik.
4)      Menganjurkan pada ibu untuk mengatur pola istirahat yang baik seperti tidur siang 1 jam dan malam 7-8 jam sehari dengan nyenyak.
5)      Menganjurkan pada ibu untuk mengatur pola nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan 3B seperti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan
6)      Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri yaitu
mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian dalam jika lembab 2-3x sehari
7)      Menjelaskan mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, muka dan ekstremitas edem, nyeri epigastrium, pergerakan janin berkurang, keluar air-air yang tidak bisa ditahan seperti BAK dan perdarahan pervaginam.
8)      Menjelaskan kepada ibu tanda tanda persalinan seperti rasa mulas yang lama lebih dari 3x dalam 10 menit, terasa nyeri di perut bagian bawah dan keluar lendir campur darah.
9)      Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan hb protein urin, reduksi dan golongan darah.
10)  Menjelaskan mengenai terapi obat oral pada ibu seperti SF 250 mg 10 tablet 1x1, kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg 10 tablet 1x1, diminum pada malam hari dengan air putih.
11)  Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulangan 1 minggu kemudian, yaitu pada tanggal 18 Juli 2014 atau jika ada indikasi.
12)  Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.
g.      Langkah VII (Evaluasi)
1)      Ibu mau menjalin hubungan baik dengan bidan
2)      Informed consent telah dilakukan dan ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3)      Ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan.
4)      Ibu mau tidur malam dan siang.
5)      Ibu mau menkonsumsi makanan dengan 3B.
6)      Ibu mau menjaga kebersihan diri.
7)      Ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan.
8)      Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan.
9)      Ibu mau melakukan pemeriksaan laboratorium.
10)  Ibu mau meminum obat secara teratur sesuai anjuran bidan.
11)  Ibu mau melakukan kunjungan ulang pada tanggal 18 Juli 2014 atau jika ada indikasi.
12)  Pendokumentasian telah dilakukan.
3.1.2        KUNJUNGAN KEDUA PADA TANGGAL 17 JULI 2014 PADA PUKUL 19.00 WIB
“Quick check” ibu tidak mengeluh sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, nyeri epigastrium, merasakan pergerakan janin berkurang, keluar darah pervaginam, keluar air-air yang dirasakan tidak seperti BAK.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada saat ini.
b.      Obyetif
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, keadaan emosional stabil dan kesadaran komposmentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,5 °C, denyut nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, berat badan sekarang 70 kg (selama 1 minggu berat badan naik 1 kg)
Pemeriksaan sistematis, muka tidak edem dan tidak pucat, mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pada kelenjar tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 32 cm, Leopold I teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), kiri teraba keras memanjang seperti papan (punggung), Leopold III teraba keras, bulat melenting (kepala), belum masuk PAP, Leopold IV Konvergen. TBJ { (TFU-13) 155} = (32-13) 155 = 2945 gram. DJJ terdengar jelas di satu titik, dikuadran III, frekuensi 135 x/menit, teratur. Ekstremitas atas, telapak tangan tidak edem dan tidak pucat. Ekstremitas bawah, tidak terdapat varises, refleks patela positif kanan dan kiri, serta tidak terdapat tiga titik edem yaitu pretibia, osteomaleolus dan dorsalis pedis.
Pemeriksaan anogenital serta pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan karena tidak ada indikasi dan pemeriksaan USG tidak dilakukan karena tidak ada biaya.
c.       Analisa
1)      Ibu     : G2P1Ahamil 36 minggu 4 hari
2)      Janin : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
d.      Penatalaksanaan
1)      Melakukan hubungan baik dengan ibu.
2)      Melakukan informed consent pada ibu.
3)      Menjelaskan pada ibu mengenai pemeriksaan dengan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, berat badan 70 kg, TFU 32 cm, usia kehamilan 36 minggu 4 hari, DJJ terdengar jelas dan teratur, keadaan ibu dan janin saat ini baik, hasilnya ibu mengerti mengenai penjelasan bidan.
4)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola istirahat, yaitu ibu tidur siang 1 jam, tidur malam 7-8 jam.
5)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan 3B seperti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
6)      Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian dalam jika lembab 2-3x sehari.
7)      Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, muka dan ekstremitas edem, nyeri epigastrium, pergerakan janin berkurang, keluar air air yang tidak bisa ditahan seperti BAK dan perdarahan pervaginam. Apabila ada tanda-tanda seperti itu maka ibu segera ke tenaga kesehatan atau ke bidan.
8)      Mengingatkan pada ibu mengenai tanda-tanda persalinan seperti rasa mulas yang lama lebih dari 3x dalam 10 menit, terasa nyeri di perut bagian bawah dan keluar lendir campur darah, keluar air-air berserta pecahnya ketuban, bila ada tanda-tanda tersebut segera ketenaga kesehatan atau bidan hasilnya ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan mau mengikuti anjuran bidan.
9)      Memberikan pada ibu mengenai terapi obat oral seperti SF dosis 250 mg 10 tablet 1x1, kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg 10 tablet 1x1, diminum dengan air putih setiap hari secara teratur. Hasilnya ibu mau meminum obat secara teratur.
10)  Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian pada tanggal 24 Juli 2014 atau segera datang jika ada keluhan, hasilnya ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.
11)  Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, hasilnya pendokumentasian telah dilakukan.
3.1.3        KUNJUNGAN KETIGA PADA TANGGAL 24 JULI 2014 PADA PUKUL 19.30 WIB
“Quick check” ibu tidak mengeluh sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, nyeri epigastrium, merasakan pergerakan janin berkurang, keluar darah pervaginam, keluar air-air yang dirasakan tidak seperti BAK.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan pada saat ini.
b.      Obyektif
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, keadaan emosional stabil dan kesadaran komposmentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,5 °C, denyut nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit, berat badan sekarang 70,5 kg (selama 1 minggu berat badan naik 0,5 kg)
Pemeriksaan sistematis, muka tidak edem dan tidak pucat, mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pada kelenjar tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran.Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 32 cm. Leopold I teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), kiri teraba keras memanjang seperti papan (punggung), Leopold III teraba keras, bulat melenting (kepala), belum masuk PAP, Leopold IV konvergen. TBJ { (TFU-13) 155} = (32-13) 155 = 2945 gram. DJJ terdengar jelas di satu titik, dikuadran 3, frekuensi 138 x/menit, teratur. Ekstremitas atas, telapak tangan tidak edem dan tidak pucat. Ekstremitas bawah, tidak terdapat varises, refleks patela positif kanan dan kiri, serta tidak terdapat tiga titik edem yaitu pretibia, osteomaleolus dan dorsalis pedis.
Pemeriksaan anogenital serta pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan karena tidak ada indikasi dan pemeriksaan USG tidak dilakukan karena tidak ada biaya.
c.       Analisa
1)      Ibu     : G2P1Ahamil 37 minggu 4 hari
2)      Janin : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala.
d.      Penatalaksanaan
1)      Melakukan hubungan baik dengan ibu.
2)      Melakukan informed consent pada ibu.
3)      Menjelaskan pada ibu mengenai pemeriksaan dengan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, berat badan 70,5 kg, TFU 32 cm, usia kehamilan 37 minggu 4 hari, DJJ terdengar jelas dan teratur, keadaan ibu dan janin saat ini baik, hasilnya ibu mengerti mengenai penjelasan bidan.
4)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola istirahat, yaitu ibu tidur siang 1 jam, tidur malam 7-8 jam.
5)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan 3B seperti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
6)      Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian dalam jika lembab 2-3x sehari
7)      Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, muka dan ekstremitas edem, nyeri epigastrium, pergerakan janin berkurang, keluar air-air yang tidak bisa ditahan seperti BAK dan perdarahan pervaginam. Apabila ada tanda-tanda seperti itu maka ibu segera ke tenaga kesehatan atau ke bidan.
8)      Mengingatkan pada ibu mengenai tanda-tanda persalinan seperti rasa mulas yang lama lebih dari 3x dalam 10 menit, terasa nyeri di perut bagian bawah dan keluar lendir campur darah, keluar air-air berserta pecahnya ketuban, bila ada tanda-tanda tersebut segera ketenaga kesehatan atau bidan hasilnya ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan mau mengikuti anjuran bidan.
9)      Memberikan pada ibu mengenai terapi obat oral seperti SF dosis 250 mg 10 tablet 1x1, kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg 10 tablet 1x1, diminum dengan air putih setiap hari secara teratur. Hasilnya ibu mau meminum obat secara teratur.
10)   Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian pada tanggal 31 Juli 2014 atau segera datang jika ada keluhan, hasilnya ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.
11)  Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, hasilnya pendokumnetasian telah dilakukan.
3.1.4        KUNJUNGAN KEEMPAT PADA TANGGAL 4 AGUSTUS 2014 PADA PUKUL 19.30 WIB
“Quick check” ibu tidak mengeluh sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, nyeri epigastrium, merasakan pergerakan janin berkurang, keluar darah pervaginam, keluar air-air yang dirasakan tidak seperti BAK.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan pada saat ini.
b.      Obyektif
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, keadaan emosional stabil dan kesadaran komposmentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5 °C, denyut nadi 81 x/menit, pernafasan 23 x/menit, berat badan sekarang 71,5 kg (selama 1 minggu berat badan naik 1 kg)
Pemeriksaan sistematis, muka tidak edem dan tidak pucat, mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pada kelenjar tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 33 cm. Leopold I teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), kiri teraba keras memanjang seperti papan (punggung), Leopold III teraba keras, bulat melenting (kepala), belum masuk PAP, Leopold IV konvergen. TBJ { (TFU-13) 155} = (33-13) 155 = 3100 gram. DJJ terdengar jelas di satu titik, dikuadran III, frekuensi 138 x/menit, teratur. Ekstremitas atas, telapak tangan tidak edem dan tidak pucat. Ekstremitas bawah, tidak terdapat varises, refleks patela positif kanan dan kiri, serta tidak terdapat tiga titik edem yaitu pretibia, osteomaleolus dan dorsalis pedis.
Pemeriksaan anogenital serta pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan karena tidak ada indikasi dan pemeriksaan USG tidak dilakukan karena tidak ada biaya.
c.       Analisa
1)      Ibu     : G2P1Ahamil 39 minggu 1 hari
2)      Janin : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
d.      Penatalaksanaan
1)      Melakukan hubungan baik dengan ibu.
2)      Melakukan informed consent pada ibu.
3)      Menjelaskan pada ibu mengenai pemeriksaan dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, berat badan 71,5 kg, TFU 33 cm, usia kehamilan 39 minggu 1 hari, DJJ terdengar jelas dan teratur, keadaan ibu dan janin saat ini baik, hasilnya ibu mengerti mengenai penjelasan bidan.
4)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola istirahat, yaitu ibu tidur siang 1 jam, tidur malam 7-8 jam.
5)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan 3B seperti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
6)      Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian dalam jika lembab 2-3x sehari
7)      Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, muka dan ekstremitas edem, nyeri epigastrium, pergerakan janin berkurang, keluar air air yang tidak bisa ditahan seperti BAK dan perdarahan pervaginam. Apabila ada tanda-tanda seperti itu maka ibu segera ke tenaga kesehatan atau ke bidan.
8)      Mengingatkan pada ibu mengenai tanda-tanda persalinan seperti rasa mulas yang lama lebih dari 3x dalam 10 menit, terasa nyeri di perut bagian bawah dan keluar lendir campur darah, keluar air-air berserta pecahnya ketuban, bila ada tanda-tanda tersebut segera ke tenaga kesehatan atau bidan hasilnya ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan mau mengikuti anjuran bidan.
9)      Mengingatkan ibu kembali untuk melakukan jalan-jalan kecil di pagi hari agar dapat melakukan pertukaran sirkulasi O2 dan CO2 dari ibu ke janin serta untuk mempercepat penurunan kepala masuk ke bawah panggul. Hasilnya ibu mau melakukan yang dianjurkan bidan.
10)  Mengingatkan ibu kembali mengenai persiapan persalinan seperti dana, pendamping, alat transportasi, pelengkapan ibu dan bayi yang disatukan dalam satu tas, tempat bersalin, penolong persalinan dan donor darah, hasilnya ibu mau menyiapkan persiapan persalinan.
11)  Mengingatkan ibu kembali mengenai IMD yaitu dengan menaruh bayi di atas perut bayi dengan kulit menyentuh kulit selama 1 jam setelah persalinan, hasilnya ibu mengerti dan akan melakukan IMD.
12)  Memberikan pada ibu mengenai terapi obat oral seperti SF 250 mg 10 tablet 1x1, kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg 10 tablet 1x1, diminum dengan air putih setiap hari secara teratur. Hasilnya ibu mau meminum obat secara teratur.
13)  Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian pada tanggal 11 Agustus 2014 atau segera datang jika ada keluhan, hasilnya ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.
14)  Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, hasilnya pendokumnetasian telah dilakukan.
3.1.5        KUNJUNGAN KELIMA PADA TANGGAL 12 AGUSTUS 2014 PADA PUKUL 18.30 WIB
“Quick check” ibu tidak mengeluh sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, nyeri epigastrium, merasakan pergerakan janin berkurang, keluar darah pervaginam, keluar air-air yang dirasakan tidak seperti BAK.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan merasa nyeri di daerah bawah.
b.      Obyektif
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, keadaan emosional stabil dan kesadaran komposmentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,7°C, denyut nadi 82 x/menit, pernafasan 23 x/menit, berat badan sekarang 72 kg (selama 1 minggu berat badan naik 0,5 kg)
Pemeriksaan sistematis, muka tidak edem dan tidak pucat, mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pada kelenjar tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 32 cm. Leopold I teraba bagian agak bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), kiri teraba keras memanjang seperti papan (punggung), Leopold III teraba keras, bulat melenting (kepala), sudah masuk PAP, Leopold IV divergen 3/5 bagian. TBJ { (TFU-12) 155} = (32-12) 155 = 3100 gram. DJJ terdengar jelas di satu titik, dikuadran III, frekuensi 136 x/menit, teratur. Ekstremitas atas, telapak tangan tidak edem dan tidak pucat. Ekstremitas bawah, tidak terdapat varises, refleks patela positif kanan dan kiri, serta tidak terdapat tiga titik edem yaitu pretibia, osteomaleolus dan dorsalis pedis.
Pemeriksaan anogenital, inspeksi tidak ada pengeluaran cairan, vulva tidak ada kelainan, tidak berbau, tidak ada pembesaran kelenjar Skene, tidak ada pembesaran kelenjar Bartolin, tidak ada varises, tidak ada luka parut dan anus tidak ada hemoroid. Pada pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan karena tidak ada indikasi dan USG tidak dilakukan karena tidak mempunyai biaya.
c.       Analisa
1)      Ibu     : G2P1Ahamil 40 minggu 2 hari
2)      Janin  : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
d.      Penatalaksanaan
1)      Melakukan hubungan baik dengan ibu.
2)      Melakukan informed consent pada ibu.
3)      Menjelaskan pada ibu mengenai pemeriksaan dengan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, berat badan 72 kg, TFU 32 cm, usia kehamilan 40 minggu 2 hari, DJJ terdengar jelas dan teratur, keadaan ibu dan janin saat ini baik, hasilnya ibu mengerti mengenai penjelasan bidan.
4)      Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa nyeri di bagian bawah adalah kejadian yang normal akibat dari kepala janin yang mulai turun ke bawah sehingga membuat ibu merasa nyeri dan sakit.
5)      Mengingatkan ibu kembali untuk mengatur pola nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan 3B seperti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
6)      Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian dalam jika lembab 2-3x sehari
7)      Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, muka dan ekstremitas edem, nyeri epigastrium, pergerakan janin berkurang, keluar air air yang tidak bisa ditahan seperti BAK dan perdarahan pervaginam. Apabila ada tanda-tanda seperti itu maka ibu segera ke tenaga kesehatan atau ke bidan.
8)      Mengingatkan pada ibu mengenai tanda-tanda persalinan seperti rasa mulas yang lama lebih dari 3x dalam 10 menit, terasa nyeri di perut bagian bawah dan keluar lendir campur darah, keluar air-air berserta pecahnya ketuban, bila ada tanda-tanda tersebut segera ke tenaga kesehatan atau bidan hasilnya ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan mau mengikuti anjuran bidan.
9)      Mengingatkan ibu kembali untuk melakukan jalan-jalan kecil di pagi hari agar dapat melakukan pertukaran sirkulasi O2 dan CO2 dari ibu ke janin serta untuk mempercepat penurunan kepala masuk ke bawah panggul. Hasilnya ibu mau melakukan yang dianjurkan bidan.
10)  Mengingatkan ibu kembali mengenai persiapan persalinan seperti dana, pendamping, alat transportasi, perlengkapan ibu dan bayi yang disatukan dalam satu tas, tempat bersalin, penolong persalinan dan donor darah, hasilnya ibu mau menyiapkan persiapan persalinan.
11)  Mengingatkan ibu kembali mengenai IMD yaitu dengan menaruh bayi di atas perut bayi dengan kulit menyentuh kulit selama 1 jam setelah persalinan, hasilnya ibu mengerti dan akan melakukan IMD.
12)  Memberikan pada ibu mengenai terapi obat oral seperti SF dosis 250 mg 10 tablet 1x1, kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg 10 tablet 1x1, diminum setiap hari secara teratur. Hasilnya ibu mau meminum obat secara teratur.
13)  Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian pada tanggal 19 Agustus 2014 atau segera datang jika ada keluhan, hasilnya ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.
14)  Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, hasilnya pendokumentasian telah dilakukan.

3.2      ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
3.2.1        KALA 1 PERSALINAN TANGGAL 14 AGUSTUS 2014 PUKUL 06.00 WIB
“Quick check” ibu tidak mengeluh sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, nyeri epigastrium, merasakan pergerakan janin berkurang, keluar darah pervaginam, keluar air-air yang dirasakan tidak seperti BAK.
a.       Subyektif
Ny. M berusia 25 tahun, kebangsaan Indonesia, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, bersuami tn. J, usia 27 tahun, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA pekerjaan karyawan. Pasangan ini bertempat tinggal di Jati Mekar RT 04 RW 07 No. 27 Bekasi, nomor telepon 08176032383.
Keluhan utama, ibu mengeluh mulas-mulas sejak pukul 00.00 WIB. Riwayat hamil ini ibu mengatakan tidak ada penyakit sekarang seperti batuk pilek, demam, asma, jantung, ginjal, tuberkulosis, hipertensi, diabetes melitus, tidak ada riwayat operasi seperti tumor dalam kandungan (mioma, kista), tidak ada riwayat kembar dari keluarga ibu maupun bapak. HPHT tanggal 03 November 2013. TP pada tanggal 10 Agustus 2014. Ibu mengatakan pergerakan janin aktif, tidak ada perdarahan pervaginam.
Riwayat psikososial dan kebiasaan sehari-hari, ibu mengatakan tinggal bersama suami. Ibu mengatakan makan terakhir pukul 20.00 WIB, minum terakhir 10 menit yang lalu. BAB terakhir pukul 01.00 WIB dan BAK terakhir pukul 05.30 WIB. Pendamping persalinan adalah suami dan pengambil keputusan adalah suami.
b.      Obyektif
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,60C, denyut nadi 83 x/menit, muka tidak edem, kelopak mata tidak edem, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan ada kontraksi 3x dalam 10 menit lamanya 25 detik dengan hasil TFU 32 cm. Leopold I fundus uteri teraba satu bagian besar janin, agak bulat, lunak, besar dan tidak melenting (bokong), Leopold II sebelah kanan teraba bagian kecil janin (ekstremitas), sebelah kiri teraba bagian besar panjang keras seperti papan (punggung), Leopold III teraba bagian besar janin bulat keras (kepala) sudah masuk PAP, Leopold IV teraba 3/5 bagian (divergen). DJJ positif, frekuensi 130 x/menit, teratur. TBJ = (32-12) x 155 = 3100 gram. Ekstremitas atas tidak ada edem, telapak tangan tidak pucat, kuku tidak kebiruan dan tidak kekuningan. Ekstremitas bawah simetris, tidak ada edem pada tiga titik yaitu pretibia, osteomaleolus dan dorsalis pedis, refleks patela positif kanan dan kiri, tidak ada varises kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan anogenital genitalia tidak ada edem, varises, tidak ada pembesaran kelenjar Bartolin dan pembesaran kelenjar Skene, anus tidak ada pembesaran vena atau hemoroid. Pukul 06.00 WIB dilakukan PD didapatkan hasil dinding vagina licin tidak ada sekat, konsistensi tipis lunak, pembukaan 6 cm, ketuban positif, presentasi kepala, penurunan kepala Hodge II, penunjuk UUK depan, pergerakan janin baik, tidak ada molase. Pemeriksaan laboratorium dan USG tidak dilakukan.
c.       Analisa
1)        Ibu    :  G2P1Ahamil 40 minggu 4 hari inpartu kala I fase aktif
2)        Janin :  Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
d.      Penatalaksanaan
1)      Melakukan informed consent kepada ibu dan suami untuk persetujuan tindakan menolong persalinan. Ibu dan pendamping sudah melakukan informed consent.
2)      Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik, tetapi ibu belum boleh meneran dahulu karena pembukaan masih 6 cm. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dijelaskan.
3)      Mengajarkan teknik relaksasi yaitu apabila mulas ibu dianjurkan untuk tiup nafas melalui mulut disertai perut kempes, tarik nafas dari hidung disertai perut kembung dilakukan berulang-ulang sampai rasa mulas hilang. Ibu bisa mempraktikkan teknik relaksasi dengan benar.
4)      Menghadirkan pendamping. Ibu telah di dampingi oleh suami.
5)      Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuan seperti jalan sekitar ruangan, jika sudah tidak kuat ibu bisa duduk bersila atau miring kiri atau kanan. Ibu paham anjuran yang diberikan ibu berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin.
6)      Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK karena bisa menghambat turunnya kepala janin. Ibu mengerti dan ibu terlihat sering ke kamar mandi untuk BAK.
7)      Menganjurkan keluarga untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi ibu jika tidak ada his. Ibu dan keluarga mengerti dan akan memberikan nutrisi dan hidrasi kepada ibu jika tidak ada his.
8)      Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam bersalin seperti partus set, hekting set, obat-obatan, infus set, resusitasi dan alat pelindung diri, hasilnya semua alat telah disiapkan.
9)      Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan pakaian ibu dan bayi, hasilnya semua perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan.
10)  Mengobservasi his, nadi dan DJJ setiap 30 menit, suhu setiap 2 jam, tekanan darah setiap 4 jam, urin setiap 2 jam, kemajuan persalinan 4 jam kemudian pukul 12.00 WIB atau bila ada indikasi dan mencatatnya dalam partograf. Ibu dalam pemantauan.
11)   Memberitahu ibu posisi persalinan sesuai dengan pilihan yaitu posisi jongkok, setengah duduk, miring, berdiri. Ibu memilih posisi setengah duduk.
12)  Mendekatkan alat-alat persalinan seperti partus set dan hekting set didekat ibu, alat telah siap.
13)  Melengkapi partograf.
3.2.2        PEMERIKSAAN KEDUA (08.00 WIB)
a.       Subyektif
Ibu mengatakan mulas-mulas dan keluar lendir campur darah sejak pukul 08.00 WIB.
b.      Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36,6°C, pernafasan 20 x/menit. DJJ terdengar jelas disatu titik yaitu dikiri bawah pusat, frekuensi 140 x/menit secara teratur.
Inspeksi terlihat keluar lendir darah, porsio tipis lunak, pembukaan 9 cm, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan kepala Hodge II, penunjuk UUK, posisi UUK depan, frekuensi his 4 x dalam 10 menit lamanya 45 detik, kekuatan kuat, relaksasi baik dan pergerakan janin baik, molase tidak ada.
c.       Analisa
1)        Ibu    :    G2P1Ahamil 40 minggu 4 hari partus kala I fase aktif
2)        Janin :    Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
d.      Penatalaksaan
1)      Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik, tetapi ibu belum boleh meneran dahulu karena pembukaan masih 9 cm. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dijelaskan.
2)      Mengingatkan pada ibu teknik relaksasi yaitu apabila mulas ibu dianjurkan untuk tiup nafas melalui mulut disertai perut kempes, tarik nafas dari hidung disertai perut kembung dilakukan berulang-ulang sampai rasa mulas hilang. Ibu bisa mempraktikkan teknik relaksasi dengan benar.
3)      Mengingatkan pendamping untuk mendampingi ibu saat persalinan.
4)      Mengingatkan ibu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuan seperti jalan sekitar ruangan, jika sudah tidak kuat ibu bisa duduk bersila atau miring kiri atau kanan. Ibu paham dan ibu akan berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin.
5)      Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK karena bisa menghambat turunnya kepala janin. Ibu mengerti dan ibu terlihat sering ke kamar mandi untuk BAK.
6)      Menganjurkan keluarga untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi ibu jika tidak ada his.
7)      Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam bersalin seperti partus set, hekting set, obat-obatan, infus set, resusitasi dan alat pelindung diri, hasilnya semua alat telah disiapkan.
8)      Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan pakaian ibu dan bayi, hasilnya semua perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan.
9)      Mengobservasi his, nadi dan DJJ setiap 30 menit, suhu setiap 2 jam, tekanan darah setiap 4 jam, urin setiap 2 jam, kemajuan persalinan 4 jam kemudian pukul 14.00 WIB atau bila ada indikasi dan mencatatnya dalam partograf. Ibu dalam pemantauan.
10)  Memberitahu ibu posisi persalinan sesuai dengan pilihan yaitu posisi jongkok, setengah duduk, miring, berdiri. Ibu memilih posisi setengah duduk.
11)  Mendekatkan alat-alat persalinan seperti partus set dan hekting set didekat ibu, alat telah siap.
12)  Melengkapi partograf.
Tabel 3. (1)
Pemantauan His dan DJJ
Tanggal dan Jam (WIB)
His dalam 10 Menit
Kekuatan
Frekuensi DJJ (x/menit)
Keterangan
23 Juli 2013
06.00

3 x 10’ 30’’

Sedang

130
VT : Dinding vagina licin, porsio tipis lunak, pembukaan 6 cm, ketuban +, presentasi kepala, penurunan Hodge-II
06.30
3x 10’ 30’’
Sedang
132
-
07.00
3 x 10’ 40”
Sedang
136
-
07.30
4 x 10’ 45”
Kuat
138
-
08.00
4 x 10’ 45’’
Kuat
140
VT : Dinding vagina licin, porsio tipis lunak, pembukaan 9 cm, ketuban (+), penurunan Hodge-II
08.30
4 x 10’ 45”
Kuat
140
VT : Dinding vagina licin, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban pecah spontan 
(-) pukul 08.20 WIB
hasilnya berwarna putih keruh, bau khas, penurunan Hodge III+
3.2.3        KALA II PERSALINAN TANGGAL 14 AGUSTUS PUKUL 08.30 WIB
a.       Data Subyektif
Ibu mengatakan keluar air-air, mulas semakin sering dan ada dorongan meneran seperti BAB yang tidak bisa ditahan.
b.      Data Obyektif
Keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5 °C, his 4 x 10’ 45” kuat dan relaksasi baik, auskultasi DJJ 140 x/menit. Inspeksi tampak tanda-tanda gejala kala II yaitu adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka. Dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil vagina tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, ketuban pecah spontan (-) pukul 08.20 WIB, pembukaan 10 cm (lengkap), presentasi kepala, penurunan Hodge III +, posisi UUK depan, tidak ada molase.
c.       Analisa
1)      Ibu     : G2P1Ahamil 40 minggu 4 hari persalinan kala II
2)      Janin  : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
d.      Penatalaksanaan
1)      Menginformasikan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap diperbolehkan meneran di waktu ada mulas atau his, hasilnya ibu mengerti dan akan meneran di waktu ada mulas atau his.
2)      Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dengan menarik nafas dari mulut tahan, tundukkan kepala sehingga dagu menempel dada, pandangan ke perut kemudian mengejan seperti BAB bersama-sama menarik kedua kaki menggunakan kedua tangan sampai siku sejauh mungkin kiri dan kanan mendekati dada.
3)      Mengingatkan ibu teknik relaksasi dan menganjurkan ibu untuk relaksasi bila his mereda.
4)      Menganjurkan keluarga agar tetap mempertahankan hidrasi ibu dengan memberikan teh manis hangat.
5)      Menjelaskan pada keluarga untuk memberi dukungan pada ibu.
6)      Mengecek kembali perlengkapan partus set, perlengkapan ibu dan bayi.
7)      Menyiapkan diri untuk menolong persalinan dengan 58 langkah APN.
8)      Memakai alat pelindung diri dan mencuci tangan dengan 7 langkah, alat pelindung telah terpakai dan tangan bersih.
9)      Meletakkan handuk di atas perut ibu, underpet di bawah bokong ibu, mendekatkan alat partus set. Semua telah dilakukan.
10)  Memeriksa DJJ setelah kontraksi, DJJ normal dan teratur.
11)  Menganjurkan ibu memilih posisi persalinan sesuai dengan pilihan yaitu posisi setengah duduk, hasilnya ibu dalam keadaan setengah duduk.
12)  Memimpin ibu untuk meneran bila ada mulas, berikan pujian atau semangat bila ibu meneran, pimpin lagi setiap ada kontraksi hingga kepala crowning. Ibu telah dipimpin meneran dan kepala telah crowning.
13)  Memimpin ibu kembali untuk meneran pada saat ada his, his semakin kuat ibu dipimpin meneran lagi tampak kepala bayi diameter 5-6 cm membuka vulva, kemudian buka alat partus set, memakai kedua sarung tangan, membentangkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sudut sebagai lapisan tangan kanan untuk menahan perineum agar tidak terjadi robekan atau robekan tidak bertambah luas, sedangkan tangan kiri penolong menahan sub oksiput agar kepala bayi tidak melakukan defleksi terlalu cepat, maka lahirlah berturut-turut dahi, mata, hidung, mulut dan dagu bayi, lalu dagu bayi dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan meraba leher bayi apakah ada lilitan tali pusat, ternyata tidak ada lilitan tali pusat, tunggu bayi melakukan putaran paksi luar, kepala bayi dipegang secara biparietal dan dengan telapak kanan dibagian atas tarik cunam ke bawah melahirkan bahu depan, tarik cunam keatas melahirkan bahu belakang, lakukan sangga susur, maka lahirlah keseluruhan tubuh bayi pukul 09.05 WIB, bayi lahir spontan letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, anus ada, cacat tidak ada, Apgar skor 9/10. Langsung keringkan bayi dengan membersihkan tubuh kecuali telapak tangan, ganti dengan kain kering. Cek pulsasi pada tali pusat hingga denyut nadi di tali pusat hilang, melakukan pemotongan tali pusat dengan cara jepit tali pusat 3-4 cm dengan klem I dari perut bayi lalu urut tali pusat kearah plasenta lalu jepitkan klem ke II yaitu 2-3 cm dari klem I, lalu potong tali pusat dengan cara lindungi perut bayi dari gunting dengan telapak tangan kiri lalu gunting tali pusat, kemudian ikat tali pusat dengan simpul mati yang berada pada perut bayi, bungkus tali pusat dengan kasa steril dan kering.
14)  Melakukan IMD dengan menaruh bayi di atas perut ibu dengan kulit menyentuh kulit. IMD berhasil dilakukan setelah 60 menit dan bayi berhasil menemukan putting susu pada menit ke-50.
3.2.4        KALA III PERSALINAN TANGGAL 14 AGUSTUS 2014 PUKUL 09.05 WIB
a.       Subyektif
Ibu mengatakan senang akan kelahiran bayinya dan perutnya masih terasa mulas.
b.      Obyektif
Inspeksi terlihat tali pusat di depan vulva, terdapat semburan darah secara tiba-tiba, perdarahan ± 100 cc. Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5OC, nadi 81 x/menit, pernafasan 20 x/menit. Palpasi tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong, kontraksi baik, tinggi fundus uteri sepusat, uterus teraba keras, tali pusat memanjang, ada semburan darah.
c.       Analisa
P2A0 persalinan kala III
d.      Penatalaksanaan
1)      Menginformasikan kepada ibu bahwa saat ini ibu dan bayi dalam keadaan baik dan memberitahu ibu bahwa akan dilahirkan plasenta ibu mengetahui tentang keadaan bayi.
2)      Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada janin kedua atau tidak palpasi telah dilakukan dan tidak ada janin kedua.
3)      Memberitahu kepada ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin 10 IU sebanyak 1 cc secara IM 1/3 paha luar, hasilnya ibu setuju dan oksitosin sudah disuntikkan.
4)      Memperhatikan tanda dan gejala pelepasan plasenta yaitu tali pusat memanjang, uterus globular dan terdapat semburan darah tiba tiba. Terlihat adanya tanda tanda pelepasan plasenta.
5)      Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm di depan vulva.
6)      Melakukan peregangan tali pusat terkendali tangan kanan memegang tali pusat, tangan kiri berada di atas simfisis menekan uterus ke arah dorso kranial dengan cara Kustner yaitu tangan kanan meregangkan sedikit tali pusat tangan kiri menekan daerah atas simfisis, bila tali pusat ini masuk kedalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus, bila tetap atau tidak masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta lepas dari dinding vagina, memastikan plasenta sudah lahir atau belum. Peregangan tali pusat terkendali telah dilakukan dan plasenta telah lahir.
7)      Melahirkan plasenta dengan cara Brand Andrew dengan cara mendorong simfisis ke arah dorso kranial. Plasenta lahir spontan pukul 09.15 WIB.
8)      Melakukan masase fundus selama 15 detik untuk memastikan kontraksi uterus keras atau lunak untuk mencegah perdarahan. Fundus sudah di masase.
9)      Memeriksa kelengkapan plasenta denganberat ± 350 gram tebal 3 cm diameter 20 cm panjang tali pusat 50 cm insersi marginalis kotiledon lengkap.
3.2.5        KALA IV PERSALINAN TANGGAL 23 JULI 2013 PUKUL 09.15 WIB
a.       Data Subyektif
Ibu mengatakan merasa lelah serta senang atas kelahiran bayinya.
b.      Data Obyektif
Inspeksi, keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 83 x/menit, suhu 36,5 °C, pernafasan 20 x/menit. Palpasi, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam ± 100 cc dan ada robekan yang mengenai mukosa vagina dan kulit perineum
c.       Analisa
P2Apersalinan kala IV dengan ruptur perineum grade I
d.      Penatalaksanaan
1)      Menginformasikan ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2)      Memberitahu ibu akan dilakukan penjahitan luka jalan lahir karena terdapat perdarahan aktif. Ibu mau dilakukan penjahitan
3)      Melakukan hekting dengan menggunakan jarum kromik 2,0 secara jelujur. Hekting sudah dilakukan
4)      Mengajarkan ibu dan keluarga cara memeriksa kontraksi yang baik dengan cara masase uterus dengan menggunakan 4 jari tangan secara melingkar selama 15 detik.
5)      Membersihkan tubuh ibu dari sisa cairan ketuban dan darah dengan air DTT dan membersihkan tempat tidur dengan air klorin 0,5%. Ibu dan tempat bersalin sudah dibersihkan.
6)      Mendekontaminasikan alat persalinan di dalam air klorin selama 10 menit dan dicuci bilas. Alat sudah direndam dan dicuci bilas.
7)      Menjelaskan pada ibu untuk meminum obat yang terlah diberikan yaitu terapi oral amoksilin 500 mg 10 tablet 3x1, parasetamol 500 mg 10 tablet 3x1, SF 320 mg 10 tablet 3x1, vitamin A 200.000 IU 2 kapsul 1x2, ibu mau minum obat yang diberikan.
8)      Melakukan pemantauan kala IV. Ibu dalam pemantauan kala IV.
9)      Melengkapi pendokumentasian dan partograf. Hasil pemeriksaan sudah didokumentasikan dan partograf sudah lengkap.

3.3      ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR 1 JAM
“Quick check tidak ada tanda-tanda hipotermi seperti tangan dan kaki teraba tidak dingin dan tidak ada tanda-tanda hipoglikemi seperti tidak ada gerakan dan tidak mau menyusu, menangis kuat dan tidak ada pernafasan cuping hidung, serta tidak ada perdarahan pada tali pusat.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan bayi lahir spontan pukul 09.05 WIB, IMD berhasil dilakukan dan bayi mau menyusu.
b.      Obyektif
Keadaan umum baik, denyut jantung 146 x/menit, suhu 36,6°C, pernafasan 45 x/menit. Berat badan 3200 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala fronto-oksipito 32 cm, mento-oksipito 34 cm, bregmatika-oksipito 33 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar lengan atas 11 cm.
Pemeriksaan fisik secara sistematis kepala tidak ada kaput suksedenum, sefal hematom, tidak ada molase, ubun-ubun besar tertutup membran dan berdenyut, muka normal tidak ada wajah mongoloid, mata simetris, ada bola mata, konjungtiva tidak ada perdarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi, telinga simetris antara kanan dan kiri, daun telinga lengkap dan berlubang, mulut tidak ada labioskizis, labiopalatoskizis, labiopalatognatoskizis, hidung berlubang, bersekat dan tidak ada pernafasan cuping hidung, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada hernia diafragma, punggung tidak ada spina bifida, ekstremitas atas dan bawah simetris tidak ada kelainan sindaktili, polidaktili dan andaktili, genitalia testis sudah turun ke skrotum, anus positif, kulit turgor baik, warna kemerahan. Refleks moro positif, refleks rooting positif, refleks walking positif, refleks grasp/plantar positif, refleks sucking positif, refleks tonik neck positif, refleks babinsky negatif.
c.       Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam
d.      Penatalaksanaan
1)      Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi saat ini dalam keadaan baik. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
2)      Mengeringkan bayi dengan handuk agar tidak terjadi hipotermi, bayi sudah dikeringkan.
3)      Membersihkan mata bayi dan memberikan salep mata eritromisin 1 %, untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi. Salep mata telah diberikan.
4)      Memberikan injeksi vitamin K sebanyak 0,1 ml secara IM di paha bayi sebelah kiri (1/3 distal anterior) dan 1 jam kemudian diberikan injeksi HB0 0,5 ml secara IM di paha sebelah kanan (1/3 distal anterior). Vitamin K dan HB0 sudah disuntikkan di paha bayi sebelah kiri dan kanan.
5)      Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering dan steril tanpa alkohol dan betadin, perawatan tali pusat sudah dilakukan.
6)      Memberi cap kaki bayi dan cap jari ibu pada surat keterangan lahir. Cap kaki bayi dan cap jari ibu sudah dilakukan.
7)      Memberikan tanda pengenal dipergelangan tangan bayi yang berisi tanggal lahir, jam lahir, nama ibu, nama ayah, jenis kelamin, berat badan panjang badan. Tanda pengenal sudah dipasang.
8)      Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin. Ibu sudah mengerti yang telah dianjurkan.
9)      Menginformasikan ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti bayi panas atau kedinginan, perubahan warna kulit, kejang, nafas cepat, menangis merintih, menangis melengking, tidak mau menyusu dan ada perdarahan tali pusat.
10)  Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu ruangan agar bayi selalu dalam dekapan ibunya. Ibu dan bayi dalam satu ruangan dan ibu dapat memberikan ASI setiap saat.

3.4      ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
3.4.1        ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN PEMANTAUAN BAYI 6 JAM, TANGGAL 14 AGUSTUS 2014 PUKUL 15.15 WIB.
“Quick check” ibu tidak ada sakit kepala yang hebat (tidak hilang dengan istirahat), nyeri ulu hati, penglihatan kabur bengkak pada payudara, demam, lokhea berbau, perdarahan yang banyak dari vagina, tidak ada kemerahan pada betis.
“Quick check” bayi tidak ada tanda-tanda hipotermi seperti tangan dan kaki teraba tidak dingin dan tidak ada tanda-tanda hipoglikemi seperti tidak ada gerakan dan tidak mau menyusu, menangis merintih dan ada nafas cuping hidung, serta tidak ada perdarahan pada tali pusat.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Sudah makan minum, minum obat yang diberikan oleh bidan. Pada bayi ibu mengatakan bayi menyusu kuat.
b.      Obyektif
Data obyektif untuk ibu yaitu keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5 °C, payudara simetris, tidak ada benjolan, areola hiperpigmentasi, ada kelenjar Montgomery, puting susu menonjol, pengeluaran kolostrum sudah ada, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, uterus terasa keras, kandung kemih kosong. Pemeriksaan genitalia perdarahan ± 15 cc, lokhea rubra, luka jahitan masih basah. Ibu sudah BAK (+) namun belum BAB (-). Ibu sudah mobilisasi (berjalan kecil kekamar mandi), ibu dapat menyusui bayinya dengan baik, ekstremitas tidak ada tanda-tanda Homan yaitu rasa nyeri, perabaan panas dan kemerahan, tungkai tidak edem, tidak ada varises pada kaki kanan dan kiri.
Data obyektif untuk bayi yaitu keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, badan kemerahan, gerakan aktif, berat badan 3200 gram, nadi 140 x/menit, pernafasan 40 x/menit, suhu 37,0 °C, tidak ada kelainan fisik pada bayi, refleks bayi normal, BAK (+) dan BAB (+).
c.       Analisa
1)        Ibu    :  P2 A0 pasca persalinan 6 jam
2)        Bayi :  Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam
d.      Penatalaksanaan
1)      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dan bayi dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2)      Membantu ibu untuk mobilisasi mandiri yaitu ibu boleh turun dari tempat tidur untuk BAK. Ibu masih mengingat dan akan melakukan apa yang dianjurkan.
3)      Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dengan memanfaatkan waktu yang ada (saat bayinya tidur) termasuk tidur di siang hari. Ibu akan beristirahat sesuai anjuran.
4)      Mengajarkan ibu cara perawatan payudara sebelum ibu menyusui dan jika payudara ibu bengkak seperti dikompres dengan air hangat dan air dingin setelah itu bersihkan payudara dengan baby oil dan mengurut payudara ibu dengan pelan-pelan, ibu mengerti dan dapat melakukannya.
5)      Menjelaskan pada ibu cara menyusui yang benar yaitu mulut bayi masuk ke dalam puting sampai setengah areola sehingga membentuk seperti bulan sabit. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
6)      Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun, ibu mau memberikan ASI eksklusif.
7)      Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya ibu nifas seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati, demam, lokhea berbau busuk, ada tanda-tanda infeksi, pengeluaran darah yang banyak pervaginam, edem, nyeri dan kemerahan pada betis. Ibu mengerti dan akan segera memanggil bidan apabila ada keluhan tersebut.
8)      Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dimandikan, bayi sudah dimandikan.
9)      Menganjurkan ibu menjemur bayinya dengan cara menelanjangi tubuh bayi dan menutup alat genitalia dan mata bayi serta bergantian menjemur bagian depan bayi dan bagian belakang bayi secara bergantian setiap pagi selama 15-30 menit pada pukul 07.00-08.00 WIB. Ibu mau menjemur bayinya di pagi hari.
10)  Mengajarkan pada ibu tentang perawatan tali pusat yaitu mengganti kasa pembungkus tali pusat yang steril tanpa dibubuhi apapun seperti betadin atau alkohol, dilakukan sehabis mandi pagi dan sore. Ibu bisa mempraktikkan dengan benar.
11)  Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir seperti bayi panas atau kedinginan, perubahan warna kulit, kejang, nafas cepat, menangis merintih, menangis melengking, tidak mau menyusu dan ada perdarahan tali pusat. Ibu memahami apa yang telah dijelaskan.
12)  Memberikan pada ibu untuk meminum obat yang telah diberikan yaitu terapi oral amoksilin 500 mg 10 tablet 3x1, parasetamol 500 mg 10 tablet 3x1, SF 320 mg 10 tablet 3x1, vitamin A 200.000 IU 2 kapsul 1x2. Ibu mau minum obat yang diberikan.
13)  Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang nifas 1 minggu lagi yaitu tanggal 20 Agustus 2014, ibu akan melakukan kunjungan ulang.
3.4.2        KUNJUNGAN KEDUA NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR 6 HARI, TANGGAL 20 AGUSTUS 2014 PUKUL 17.00 WIB
“Quick check” ibu tidak ada sakit kepala yang hebat, tidak ada penglihatan kabur, tidak demam, tidak ada bendungan ASI, tidak ada edem pada ekstremitas dan tidak ada perdarahan yang banyak dari vagina dan tidak ada kemerahan pada betis.
“Quick check” bayi mau menyusu, bayi tidak lemah, tidak bernafas dengan sulit, pergerakan aktif, tidak muntah terus menerus, tidak ada panas tinggi atau badan terasa dingin, warna kulit tidak pucat atau kuning dan BAK/BAB lancar.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bisa beristirahat, ASI keluar lancar dan bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Ibu mengatakan bayi hanya diberi ASI saja, mau menyusu ± 10x sehari, tali pusat sudah puput hari ke 5, BAK ≥ 6x sehari, BAB 1-2x sehari.
b.      Obyektif
Data obyektif untuk ibu yaitu keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 81 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5°C, payudara simetris, tidak ada benjolan, areola hiperpigmentasi, ada kelenjar Montgomery, payudara tidak bengkak/tidak ada bendungan, puting susu bersih, tidak lecet dan menonjol. Pengeluaran ASI lancar, TFU pertengahan pusat simfisis, kontraksi uterus baik, uterus teraba keras, kandung kemih kosong. Pemeriksaan genitalia lokhea sanguilenta, perineum tidak ada tanda infeksi, ekstremitas atas dan bawah tidak ada edem. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan tidak ada tanda-tanda Homan yaitu rasa nyeri, perabaan panas dan kemerahan, tungkai tidak edem dan tidak ada varises pada kaki kanan dan kiri.
Data obyektif untuk bayi yaitu keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, badan kemerahan, gerakan aktif, mata tidak ada kotoran, nadi 142 x/menit, pernafasan 43 x/menit, suhu 37,2°C, berat bayi 3200 gram (berat badan belum naik dari kunjungan sebelumnya), panjang 50 cm, bayi tidak kuning, bayi dapat menyusu dengan baik, tali pusat puput/lepas pada hari kelima, hasilnya tidak ada tanda tanda infeksi. BAK ≥ 6x sehari, BAB 1-2x sehari.
c.       Analisa
1)        Ibu    :    P2 A0 pasca persalinan 6 hari
2)        Bayi     Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari
d.      Penatalaksanaan
1)      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dan bayi dalam keadaan baik dan sehat. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2)      Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah sekitar vagina. Ibu sudah menjalankan kebersihan sesuai yang dianjurkan.
3)      Memastikan involusi uterus ibu dan kontraksi uterus ibu. Involusi uterus ibu berjalan normal, kontraksi uterus ibu berkontraksi keras.
4)      Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga pola nutrisi yaitu makan dengan 3B. Hasilnya ibu mau makan dengan 3B.
5)      Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun seperti air putih, madu, buah-buahan. Ibu masih mengingat untuk memberikan bayinya ASI saja.
6)      Mengingatkan ibu untuk perawatan payudara sebelum ibu menyusui dan jika payudara ibu bengkak, ibu mengerti dan akan melakukannya.
7)      Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya. Ibu sudah melakukan yang telah dianjurkan.
8)      Mengingatkan pada ibu tentang tanda bahaya ibu nifas. Ibu masih mengingat dan akan segera datang ke BPM apabila ada salah satu tanda tersebut.
9)      Mengingatkan pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir. Ibu masih mengingat dan akan datang ke BPM apabila ada salah satu tanda tersebut.
10)  Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang ibu dan bayi satu minggu kemudian yaitu pada tanggal 28 Agustus 2014. Ibu bersedia datang.
3.4.3        KUNJUNGAN KETIGA NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR2 MINGGU, TANGGAL 28 AGUSTUS 2014 PUKUL 19.30 WIB.
“Quick check” ibu tidak ada sakit kepala yang hebat, tidak ada penglihatan kabur, tidak demam, tidak ada bendungan ASI, nyeri ulu hati, tidak ada edem pada ekstremitas dan tidak ada perdarahan yang banyak dari vagina, tidak ada kemerahan pada betis, nyeri pada betis.
“Quick check” bayi mau menyusu, bayi tidak lemah, tidak bernafas dengan sulit, pergerakan aktif, tidak muntah terus menerus, tidak ada panas tinggi atau badan terasa dingin. Warna kulit tidak pucat atau kuning dan BAK/BAB lancar.
a.       Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan dapat melakukan aktifitas sehari-hari, ASI keluar lancar. Ibu mengatakan bayi diberi ASI dan mau menyusu ± 10x sehari, BAK ≥ 6x sehari, BAB 1-2x sehari.
b.      Obyektif
Data obyektif untuk ibu yaitu keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 37,0°C, payudara simetris, tidak ada benjolan, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol dan tidak lecet, payudara tidak bengkak/tidak ada bendungan, pengeluaran ASI lancar. Pemeriksaan abdomen didapatkan TFU sudah tidak teraba, kandung kemih kosong. Pengeluaran vagina lokhea serosa dan tidak ada lagi tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan tidak ada tanda-tanda Homan yaitu rasa nyeri, perabaan panas dan kemerahan, tungkai tidak edem dan tidak ada varises pada kaki kanan dan kiri.
Data obyektif untuk bayi yaitu keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, badan kemerahan, nadi 140 x/menit, pernafasan 40 x/menit, suhu 37,0°C, berat badan 3400 gram (berat badan naik 200 gram), panjang badan 51 cm, bayi tidak kuning dan tidak pucat. BAK ≥ 6x sehari, BAB 1-2x sehari.
c.       Analisa
1)        Ibu    :  P2 A0 pasca persalinan 2 minggu
2)        Bayi  :  Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu
d.      Penatalaksanaan
1)      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dan bayi dalam keadaan baik dan sehat. Ibu dan keluarga mengetahui.
2)      Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang banyak mengandung air seperti sayur hijau-hijauan, sebelum dan sesudah menyusui minum susu. Ibu akan makan sesuai anjuran.
3)      Memastikan ibu apakah cukup mendapat asupan nutrisi dan istirahat agar bayi juga bisa maksimal mendapatkan ASI. Ibu cukup mendapatkan asupan nutrisi.
4)      Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah sekitar vagina. Ibu sudah menjalankan kebersihan sesuai yang dianjurkan.
5)      Mengingatkan ibu perawatan payudara (breast care). Ibu masih mengingat.
6)      Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun seperti air putih, madu, buah-buahan. Ibu masih mengingat dan akan memberikan bayinya ASI saja.
7)      Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya. Ibu akan melakukan apa yang telah dianjurkan untuk menjemur bayinya.
8)      Menginformasikan pada ibu macam-macam KB untuk ibu menyusui seperti minipil, suntik 3 bulan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implan. Ibu mengerti yang telah dijelaskan dan belum mau menggunakan KB
9)      Menginformasikan pada ibu untuk membawa bayinya ke BPM pada usia 1 bulan untuk mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1. Ibu akan membawa bayinya ke BPM pada usia 1 bulan untuk diberikan imunisasi
10)  Mengingatkan pada ibu tentang tanda bahaya ibu nifas. Ibu masih mengingat dan akan segera datang ke BPM apabila ada salah satu tanda tersebut.
11)  Mengingatkan pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir. Ibu masih mengingat dan akan datang ke BPM apabila ada salah satu tanda tersebut.
12)  Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang ibu dan bayi 4 minggu kemudian yaitu tanggal 25 September 2014.



BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan laporan kasus komprehensif ini penulis mencoba menyajikan pembahasan yang membandingkan antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan komprehensif yang diterapkan pada ny. M di BPM Yulianti yang dilakukan pada tanggal 11 Juli sampai 28 Agustus 2014.

4.1      MASA KEHAMILAN
Ny. M umur 25 tahun datang ke BPM Yulianti untuk memeriksakan kehamilannya pada tanggal 11 Juli 2014. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua, ibu sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak 9 kali yaitu trimester 1 sebanyak 2 kali, trimester 2 sebanyak 2 kali, trimester 3 sebanyak 5 kaliHal ini sesuai dengan Prawirohardjo (2011 : 284) yang menyatakan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.Penulis menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Kenaikan berat badan ny. M selama kehamilan sebanyak 15 kg, yaitu dari 57 kg sebelum hamil menjadi 72 kg pada usia kehamilan 40 minggu hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010 : 95) yang menyatakan bahwa penambahan berat badan normal selama kehamilan adalah 6,5 kg-16,5 kg. Penulis menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
Ny. M telah mendapatkan imunisasi TT lengkap sebanyak 2 kali, imunisasi TT pertama pada usia kehamilan 16 minggu hari dan imunisasi TT kedua diberikan 4 minggu setelah TT pertama. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2009 : 7) yang menyatakan bahwa imunisasi TT pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu dan imunisasi TT kedua diberikan 4 minggu setelah TT pertama.
Ny. M telah mendapatkan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet selama kehamilannya dengan dosis 1 tablet sehari, hal ini sesuai dengan teori Kusmiyati (2009 : 169) yang menyatakan bahwa setiap ibu hamil minimal mendapat SF sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Pemberian obat ini sudah mengikuti prosedur yang ada, obat hanya di tambah dosis dikarenakan pada saat kunjungan sebelumnya obat yang diberikan oleh bidan belum dihabiskan.
Pelayanan antenatal yang dapat diberikan pada ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal minimal 14 T (timbang berat badan ukur tekanan darah, ukur TFU, pemberian imunisasi TT, tablet besi minimal 90 tablet, pemeriksaan hb, VDRL, protein urin, reduksi urin, temu wicara, perawatan payudara, senam hamil, terapi kapsul iodium dan anti malaria pada daerah endemis). Pada ny. M pelayanan antenatal yang diberikan hanya 10T seperti dilakukan tinggi dan timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur TFU, pemberian tablet besi, imunisasi TT 2 kali selama kehamilan. Ibu juga sudah melakukan temu wicara atau konseling, tes laboratorium hb, protein urin dan reduksi. Ibu juga telah melakukan perawatan payudara selama kehamilan tetapi ibu tidak melakukan senam hamil, serta tes VDRL dan ibu tidak diberikan tablet kapsul iodium dan anti malaria. Menurut Prawirohardjo (2011 : 88), apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T oleh karena itu ini sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu hamil karena keterbatasan fasilitas dan alat yang ada di BPM.
Ny. M telah dilakukan pemeriksaan hb dengan hasil 10,6 % kadar hny. M normal. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2011 : 281), kadar hb normal menurut WHO 11 gr% dan menurut Depkes 10 gr%.

4.2      MASA PERSALINAN
4.2.1        KALA I
Ny. M datang ke BPM Yulianti pada tanggal 14 agustus 2014 pukul 05.30 WIB, dari hasil perhitungan HPHT 3 November 2014, taksiran persalinan tanggal 10 Agustus 2014 ini berarti kehamilan ibu cukup bulan yaitu 40 minggu 4 hari. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010 : 164) bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) ibu mengatakan mulas-mulas yang semakin lama bertambah sering, kuat dan teratur sejak pukul 00.00 WIB, disertai keluar lendir bercampur darah sejak pukul 06.00 WIB. Hal ini menunjukkan bahwa ny. M sudah dalam masa inpartu. Sehingga penulis menyampaikan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
4.2.2        KALA II
Ibu mengatakan mulas bertambah sering dan ingin meneran seperti BAB keras, his semakin kuat 4 x dalam 10 menit lamanya 45 detik, terlihat tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010 : 173), yang menyatakan tanda kala II yatu his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara refleks menimbulkan adanya dorongan ingin mengejan, tekanan anus dan vagina, perineum menonjol, vulva membuka, ketuba pecah. Sehingga penulis menyampaikan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
Bayi lahir spontan pervaginam pada pukul 09.05 WIB, menangis kuat, gerakan aktif, tubuh dan ekskremitas kemerahan. Lalu mengeringkan segera tubuh bayi dengan bedongan, melakukan pemotongan tali pusat disaat pulsasi hilang dan ikat tali pusat, lakukan IMD selama setidaknya 1 jam. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008 : 132) yaitu saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Membiarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, pada ny. M berlangsung selama 35 menit, hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010 : 175) yang menyatakan bahwa kala II pada primigravida terjadi selama 1-1,5 jam, sedangkan pada multigravida terjadi selama 30 menit-1 jam.
4.2.3        KALA III
Pada nyMdilakukan MAK III, yaitu menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar setelah dipastikan tidak ada janin kedua, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan melahirkan plasenta dengan teknik Brand Andrew secara dorso kranial serta melakukan masase fundus uteri selama 10 detik. Pada kala III ny. M berlangsung selama 10 menit.Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008 : 101) yang menyatakan bahwa MAK III terdiri dari pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15 detik. Sehingga penulis menyampaikan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
4.2.4        KALA IV
Pada ny. M dilakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir ditemukan rupture grade I yang mengenai mukosa vagina sampai kulit perineum. Menurut teori (Prawirohardjo : 2011) yang menyatakan bahwa pada laserasi grade I robekan mengenai mukosa vagina sampai kulit perineum.
Pada kala IV berdasarkan hasil anamnesa ibu mengatakan perutnya masih mulas, hasil pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dalam batas normal, hasil pemeriksaan kebidanan ditemukan TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, pengeluaran darah pervaginam ± 100 cc. Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam berikutnya. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) yang menyatakan bahwa selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
Dari asuhan kebidanan pada ibu bersalin selama kala I sampai dengan kala IV, penulis menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.3      BAYI BARU LAHIR
Pada pemeriksaan didapatkan bayi ny. M lahir spontan pada tanggal 14 Agustus 2014 pukul 09.05 WIB, pada usia kehamilan 40 minggu lebih 4 hari, jenis kelamin laki-laki, anus positif, tidak ada cacat bawaan. Pada pemeriksaan didapatkan data keadaan umum bayi baik, Apgar skor 9/10.keadaan fisik tidak ada kelainan, tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan 3200 gram, panjang badan 50 cm, refleks hisap baik. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2013 : 2) yang menyatakan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Pada bayi ny. M telah dilakukan penatalaksanaan pada bayi baru lahir yaitu klem dan potong tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, perawatan mata dengan memberikan salep mata eritromisin 1 % pada kedua mata, pemberian vitamin K dosis 0,1 ml secara IM, pemberian imunisasi HB0 dosis 0,5 ml dan identifikasi bayi. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008 : 126) yang menyatakan bahwa penatalaksanaan pada bayi baru lahir yaitu Bersihkan jalan nafas (bila perlu). Keringkan dan tetap jaga kehangatan.Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah bayi lahir. Beri salep mata antibiotika eritromisin 1% pada kedua mata. Beri suntikan vitamin K 1 mg dengan dosis 0.1 ml secara IM, di paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara IM, di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
Pada bayi ny. M telah berhasil dilakukan IMD segera setelah lahir sampai 1 jam setelah lahir. Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2013 : 170) yang menyatakan bahwa inisiasi menyusu dini adalah bayi mau menyusu sendiri segera setelah lahir, langsung kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir.
Selama melakukan pengawasan pada bayi baru lahir 6 jam sampai usia 2 minggu, penulis melakukan asuhan sesuai dengan bayi baru lahir pada umumnya, seperti ASI eksklusif, pencegahan hipotermi, perawatan tali pusat dan melakukan kontak sedini mungkin antara ibu dan bayi yaitu rawat gabung. Penulis juga menambahkan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi yaitu ibu dianjurkan menyusui bayinya sesering mungkin dan menjemur bayi pada pagi hari. Evaluasi juga dilakukan penulis untuk menilai keefektifan rencana asuhan yang diberikan, dimana tidak ditemukan kelainan atau masalah pada bayi dan tidak ada tanda bahaya pada bayi.
Dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dari pemeriksaan 1 jam sampai dengan pemeriksaan 2 minggu, penulis menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.4      MASA NIFAS
Masa nifas pada ny. M berjalan normal dilakukan kunjungan sebanyak 3kali yaitu kunjungan 6 jam6 hari dan 2 minggu hal ini tidak sesuai dengan teori Purwanti (2011 : 101) yaitu kunjungan nifas paling sedikit 4 kali kunjungan dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi, dikarenakan mengikuti kegiatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) di Magelang.
Pada kunjungan 6 jam pasca persalinan berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan keadaan ibu baik, data tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lokhea rubra. Pada kunjungan nifas 6 hari pada ny. M hasil pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU pertengahan pusat simfisis, lokhea sanguilenta, pengeluaran ASI lancar, tidak ada pembengkakan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Pada kunjungan nifas 2 minggu pada hasil pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidak teraba di atas simfisis, lokhea serosa, pengeluaran ASI lancar, tidak ada pembengkakkan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Proses pengeluaran pervaginam pada ny. M selama masa nifas berlangsung normal dan tidak ada kelainan karena pada setiap kunjungan nifas didapatkan hasil pengeluaran pervaginam yang sesuai dengan masanya.
Dari asuhan kebidanan pada ibu nifas dari kunjungan 6 jam setelah persalinan sampai dengan kunjungan 2 minggu, penulis menyatakan bahwa ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.5      PENDOKUMENTASIAN
Penulis mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ny. M di BPM Yulianti dengan metode 7 langkah Varney dan dokumentasi SOAP. Hal ini sesuai dengan teori Soepardan (2008 : 97) yang menyatakan bahwa 7 langkah manajemen kebidanan menurut Varney yaitu pengumpulan data dasar, interpretasi data, identifikasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh, melaksanakan perencanaan dan evaluasi



DAFTAR PUSTAKA

Arbie, R. 2013. Refokus Asuhan Kehamilanwww.google.com. Visited 28 Juli 2014.
Depkes. 2011. Target Millenium Development Goals. www.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Depkes. 2013. Program Expanding Maternal and Neonatal Survival. www.google.com. visited 20 Juli 2014.
Dinas Kesehatan. 2013. AKI dan AKB Kabupaten Bekasiwww.beritabekasi.com. Visited 22 Juli 2014.
Francichandra. 2010. Antenatal Carewww.google.co.idVisited 20 Juli 2014.
JamsosIndonesia. 2013. Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. www.google.com. Visited 22 Juli 2014.
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi, Jakarta.
Kementerian Kesehatan, 2013Inisiasi Menyusu Dini (IMD)www.google.com. Visited 25 Juli 2014.
Kusmiyati, Y. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya. Yogyakarta.
Kusmiyati, Y et all. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya, Yogyakarta
Lestiyani2013Program Safe Motherhood. www.google.com. Visited 21 Juli 2014.
Manuaba. I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan BidanEGC, Jakarta.
Mudanija. 2011. Penurunan AKI dan AKB Menurut WHOwww.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Nova. 2012Indikator Kematian Maternal. www.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Nurhayati. 2012. Pengertian AKI menurut WHOwww.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Prawirohardjo, S. 2011Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Purwanti. 2012Asuhan Kebidanan Pada Ibu NifasFitramaya. Jakarta
Puspita. 2012. AKI dan AKB di Asia Tenggara. www.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Rahayu, et all. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Mitra Wacana Medika, Jakarta.
Rukiyah, A.Y et all. 2009. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Trans Info Media, Jakarta.
Rukiyah, A.Y & Yulianti, L. 2013Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Trans Info Media, Jakarta.
Saifuddin, A. B. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
SDKI. 2007. Penyebab Langsung Kematian Ibu. www.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Shofia. 2013. Pengertian AKBwww.google.com. Visited 20 Juli 2014.
Silvia. 2013. Periode Emas. www.google.com. Visited 21 Juli 2014.
Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Yanti. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Pustaka Rihama : Yogyakarta

2 komentar:

CARA MENGATASI DEMAM PANAS PADA ANAK

CARA MENGATASI DEMAM/PANAS ANAK  Demam pada anak bisa terjadi karena reaksi tubuh melawan penyakit dan membentuk sistem kekebalan tubuh...