BAB SATU
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penyakit
tifus sudah lama “menemani” kehidupan kita yang bermukim di Indonesia. Bukan
jenis penyakit baru, tapi tak kunjung berhasil diberantas. Bahkan karena
kebandelannya, kuman ini bisa bangkit lagi menyerang bila pengobatan tak
tuntas. Bagaimana supaya tak terjangkit tifus, dan kalau sudah terjangkit
hal-hal penting apa yang harus dilakukan?
Setelah
beberapa hari demamnya tak kunjung turun, pasien dinyatakan terdeteksi
menderita tifus abdominalis atau lebih dikenal demam tifoid. Syukurlah, cukup
diobati selama dua minggu kondisinya sudah terlihat membaik. Sayang begitu obat
dihentikan, demam dan sakit perutnya mulai terasa kembali.
Rupanya
kuman salmonela, si biang keladi yang bersarang dalam usus halusnya belum terbasmi
tuntas. Begitu pasien diberi obat lagi selama dua minggu berikutnya, kondisinya
pun pulih. Ia tidak lagi diganggu sakit perut ataupun demam. Buang airnya juga
sudah kembali normal. Pemeriksaan darah di laboratorium klinik terhadap
salmonela memberi hasil negatif.
Kuman
salmonela merupakan penyebab tifus. Kuman penghantam usus halus ini terdiri
atas Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, C. Binatang seperti
unggas, kucing, anjing, sapi, kuda, babi serta binatang mengerat merupakan
sahabat kuman yang juga sangat betah tinggal dalam tubuh manusia. Salmonella
typhi umumnya lebih ganas daripada Salmonella paratyphi. Kalau pas naas, dalam
tubuh seorang penderita bisa saja hinggap sekaligus kedua macam salmonela itu.
Soalnya kuman ini cukup tangguh. Ia mampu bertahan hidup cukup lama dalam
tinja, sampah, daging, telur, makanan yang dikeringkan, bahkan dalam bahan
kimia seperti zat pewarna makanan sekalipun.
Rupanya
kuman salmonela, si biang keladi yang bersarang dalam usus halusnya belum
terbasmi tuntas. Begitu Tina diberi obat lagi selama dua minggu berikutnya,
kondisinya pun pulih. Ia tidak lagi diganggu sakit perut ataupun demam. Buang
airnya juga sudah kembali normal. Pemeriksaan darah di laboratorium klinik
terhadap salmonela memberi hasil negatif.
Pengobatan penyakit usus ini memang susah-susah gampang,
karena memerlukan pemantauan berkelanjutan. Pasalnya, bila kuman belum terbasmi
dengan baik, dan pengobatan dihentikan, bisa saja muncul gejala ulang seperti
pada pasien tadi. Atau bahkan yang lebih fatal lagi, dapat terjadi komplikasi
pada organ lain.
Tipes
atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada
aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis
(keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus).
Kuman
tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian
menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam
waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial
dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai
gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes
atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus
abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut.
Demam tifoid adalah suatu penyakit
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh
panas yang berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa terlibat struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam
sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s
patch. Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
serta berkaitan dengan sanitasi yang buruk terutama negara-negara berkembang.
Di negara-negara berkembang perkiraan
angka kejadian demam tifoid bervariasi dari 10 sampai 540 per 100.000 penduduk.
Meskipun angka kejadian demam tifoid turun dengan adanya sanitasi pembuangan di
berbagai negara berkembang, diperkirakan setiap tahun masih terdapat 35 juta
kasus dengan 500.000 kematian terdapat di dunia. Di Indonesia demam tifoid
masih merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian yang masih tinggi. Di
antara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus, demam tifoid menduduki
urutan kedua setelah gastroenteritis.
1.2. TUJUAN
a.
mengetahui sebab terjadinya penyakit tifus
b.
mengetahui gejala-gejala dari penyakit tifus
c.
mengetahui pengobatan dari penyakit tifus
d.
mengetahui pencegahan penyakit tifus
BAB
DUA
2.1. DEFINISI
Demam thypoid
merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh kuman
salmonella typhosa. Penyakit ini termasuk penyakit menular dendan rute
penularannya dalam bahasa inggris disingkat 5 F yaitu Feses, Fly (lalat), food
(makanan), finger, fommit.
Demam typoid
adalah penyakit sitemik akut yang sering terjadi di daerah tropik di bandingkan
dengan daerah dingin. Penyakiy yang juga sering terjadi pada masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung terjadi endemis.
Demam typoid
adalah penyakit infeksi akut yang si sebabkan oleh kuman gram negatif
salmonella typhi. Selama terjadi infeksi,kuman tersebut bermultiplikasi dalam
sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan di lepaskan ke aliran darah.
Demam typoid
disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dengan gejala demam 1 minggu lebih
(39°C- 40°C) disertai gangguan pada saluran pencernaan.
2.2. ETIOLOGI
Salmonella typhi
merupakan bakteri gram negatif yang bersifat motil tidak membentuk spora, dan
tidak berkapsul. Kebanyakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk
menghasilkan asam dan gas,tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme
salmonella tumbuh secara aerob falkutatif. Kebanyakan spesies resisten terhadap
agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan 54,4°C selama 1 jam atau 60°C
selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu rendah
selama beberapa hari dan bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah,
bahan makanan kering, tinja. ( Ashkenazi et al, 2002).
Salmonella
typhi memiliki 3 antigen yaitu:
1. Antigen
O : somatic antigen ( tidak
menyebar )
2. Antigen
H : (menyebar) terdapat pada
flagella dan bersifat termolabil
3. Antigen
IV : kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhada
patogenesis. Masa inkubasi 10-20 hari.
2.3. ANATOMI
1. Rongga
mulut:
Permukaan saluran pencernaan yang
juga terdapat kelenjar ludah
2. Esophagus:
Saluran cerna yang menghubungkan
dengan lambung,panjangnya ± 25 cm
3. Lambung:
Mensekresi getah lambung ( HCl)
4. Usus
halus
Adalah tabung yang kira-kira
sekitar 2,5m dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung dalam atau
sampai katup ileo-kolika tampat bersambung dengan usus besar. Usus halus
terletak di daerah umbiikus dan dikelilingi oleh usus besar. Selama proses pencernaan
normal, kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus
merupakan sebuah saluran yang berdiameter 2,5cm, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus
halus terdiri dari :
1) Lapisan
Mucosa (sebelah atau bagian dalam)
2) Lapisan
Otot Melingkar
3) Lapisan
Otot Pemanjang
4)
Lapisan Serosa (sebelah atau bagian
luar.
Terdiri dari
duodenum, jejenum, dan ileum. Enzim dari pankreas (amylase) dan empedu di
lepaskan ke duodenum. Nutrisi hampir selurruhnya di absorbsi oleh duodenum dan
jejenum. Ileum mengabsorbsi vitamin tertentu, zat besi dan garam empedu.
a. Usus
besar
Panjang
± 1,5m, lebar 5-6 cm. lapisan dari luar ke dalam: selaput lender,lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air, tempat pembentukan vit K, tempat tinggal bakteri E.Coly, tempat
feces.
b. Rectum
Rectum
terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalm rongga pelvis di depan os sarkum dan os coksigis.
c. Anus
Terdiri
dari :
1) Sfingter
ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak
2) Sfingter
levator ani bekerja juga tidak menurut kehendak
3)
Sfingter ani eksternus (sebelah bawah)
bekerja menurut kehendak.
Salmonella typhi
masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman di
musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. (
Mnsjoer,2000).
Setelah mencapai
usus halus salmonella typhosa menembus ileum di tangkap oleh sel mononuklear
terjadi bakteremia I. Setelah berkembang di RES terjadilah bakteremia II.
(Darmowandowo, 2006).
Terjadi
interaksi salmonella typhosa dengan makrofag menimbulkan mediator-mediator
sehingga menyebabkan hiperplasi,nekrosis dan ulkus. Secara sistemik timbul
gejala panas, iritabilitas vaskuler, insisi sistem pambekuan darah, depresi
susum tulang belakang. Imunologi, di usus di produksi IgA sekretorik yang
berfungsi mencegah melekatnya salmonella typhosa pada mukosa usus.
2.5. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan dan
gejala demam typhoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan
sampai berat dan fatal jika mengenai sistem organ. Secara klinik penyakit
typhus berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan
saraf pusat.
1. Panas
lebih dari 7 hari, biasanya semakin hari semakin tinggi( 39°-40°C)
2. Gastrointestinal
dapat berupa konstipasi, diare di sertai rasa mual, muntah, kembung, lidah
kotor, hepatomegali, slenomegali.
3. Pada
minggu ke 2 panas tinggi terus-menerus terutama pada malam hari.
4. Gejala
saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
5. Pada
akhir minggu ke 3 demam berangsur-angsur turun dan normal, kesadaran menurun
dan terjadi perdarahan usus dan menyebabkan kematian.
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi
Darah yaitu Hb, Ht
2. Reaksi
widal aglutinin O dan H semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinannya
menderita typhoid. Pada infeksi aktif titer widal akan meningkat pada
pemeriksaan setelah 5 hari.
3. Kultur
feces dan urine (+) salmonella typhosa selama 2 minggu
4. Biakan
empedu: terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja jika pada
pemeriksaan dua kali berturut-turut di dapatkan hasil salmonella typhosa. Pada
urine maka pasien di nyatakan betul-betul sembuh.
Pengobatan
penderita demam typhoid di rumah sakit terdiri dari pengobatan suportif
meliputi istirahat dan diet.
Istirahat
bertujuan untuk mencegah komplikasi dan memparcepat penyembuhan. Pasien harus
tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam. Mobilisasi dilakukan
bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Diet terapi penunjang dilakukan
dengan:
1. Diet
rendah serat
2. Bubur
saring, bubur kasar, nasi diberikan sesuai tingkat kesembuhan pasien.
3. Vitamin,
mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.
Penatalaksanaan farmakologik :
1. Kloramfenikol
2. Amoksilin
3. Sefalosporin
generasi III
4. Meropenem
5. Flourokuinolon
BAB III
TINJAUAN
KASUS
PENGKAJIAN DATA
DASAR
Tanggal Masuk : 17 Maret 2013
Pukul : 04:10
Ruang / Kelas : Abudzar II / II
Nomor Register : 201303000466
Diagnosa Medis : Susp. Tifoid fever + vomitus
A.
IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Tn. S A
Tempat, tanggal lahir : 26 November 1986
Umur : 29 th
Jenis kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Suku : Betawi
Status perkawinan : Belum kawin
Pemdidikan : SMA
Pekerjaan : Security / satpam
Alamat : Sukapura RT001/005 Sukapura ,
Cilincing
Telp / Hp : 08788415824
Sumber informasi : Tn Saiful Ahmad
B.
RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1.
Keluhan utama : Mengatakan demam kurang lebih 2 minggu , mual,
muntah sering 3 kali sehari baruk , pilek ,
badan
ngilu, nyeri hulu hati newdiatab 3x2 tablet
2.
Faktor pencetus : Makan mie instan
3.
Timbulnya keluhan : Bertahap
4.
Lamanya :
-
5.
Upaya mengatasi : Vometa tablet 3x1 ½ jam sebelum makan ( obat
mual )
Strocain 3x1 ½ sebelum makan ( obat untuk hulu
hati)
Paracetamol ( penurun panas )
Ambroxol sirup ( obat batuk )
C.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1.
Riwayat alergi ( obat , makanan,
binatang , lingkungan ) : Tidak ada
2.
Riwayat kecelakaan : Tidak ada
3.
Riwayat dirawat di rumah sakit ( kapan ,
alas an , berapa lama) : Tidak ada
4.
Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
5.
Riwayat imunisasi : Ada / pernah waktu
kecil / balita
D.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1.
Presepsi klien terhadap penyakitnya
Hal
yang amat di pikirkan saat ini :
Ingin cepat sembuh
Harapan
setelah menjalani perawatan : Ingin dapat
beraktivitas seperti semula
perubahan
yang dirasa setelah sakit : Merasa
lebih sehat dan enakan
2.
Adakah orang terdekat dengan klien : Orang tua
3.
Interaksi dalam keluarga
a.
Pola komunikasi : Baik / tidak ada masalah
b.
Pembuat keputusan : Baik / tidak ada masalah
c.
Kegiatan kemasyarakatan : Baik / tidak ada masalah
4.
Dampak lenyakit klien terhadap keluarga
:
a.
Keluiarga menjadi khawatir
b.
Merepotkan
c.
Ingin anaknya cepat sembuh
5.
Masalah yang mempengaruhi klien : Hulu hati sakit
6.
Mekanisme koping terhadap klien
ü Makan
ü Tidur
ü Minum
obat
a.
Tugas perkembangan menurut usia saat ini
:
ü Bekerja
b.
Sistem nilai kepercayaan
Nilai
– nilai yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada
Kegiatan
agama atau kepercayaan yang dilakukan : Sholat dan berdoa
E.
RIWAYAT
PERKEMBANGAN
1.
Pengetahuan klien terhadap penyakitnya :
Penyakit
yang membuat diri saya panas tinggi sering menggigil tidak nafsu makan
2.
Pandangan klien terhadap kesehatan :
Sangat
penting karena kalo saya sakit saya tidak bias melakukan aktivitas seperti
biasa dan tidak dapat bekerja
3.
Tingkat pemenuhan dasar klien sesuai
dengan tahap perkembangan :
Banyak
– banyak memberikan cairan infus mapun minum orak dan mrngkonsumsi obat yang
sudah di beri
4.
Lemampuan klien melaksanakan kegiatan
hdup harian ( termasuk peran dan tugasnya )
:
Jika
saya sakit saya menjadi lebih susah untuk melakukan pekerjaan saya sebagai
seorang security karena pekerjaan tersebut sangat melelahkan
F.
POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI SEBELUM
SAKIT
1.
Pola nutrusi
a.
Fewkuensi makan : 3X / hari
b.
Nafsu makan : Baik
c.
Jenis makan di rumah : Makanan biasa ( nasi + lauk : ikan ,
ayam + sayur : bayam , kangkung dll )
d. Makanan
yang tidak disukai/alergi/pantangan : ada ( udang )
e.
Kebiasaan sebelum makan : Merokok
2. Pola
eliminasi
a.
Buang air kecil ( BAK )
Frekuensi
: 3-4X / hari , Warna : Kuning gelap
Keluhan
yang berhubungan dengan BAK : Normal
b.
Buang air besar ( BAB )
Frekuensi : 2-3X / hari
Waktu : Tidak tentu
Warna : Kuning , Bau : tergantung
makanan
Konsistensi : -
Keluhan : Normal / Tidak ada keluhan
Penggunaan
laxatif/pencahar : -
3. Pola
personal hygiene
a.
Mandi
Frekuensi : 4-3 x/ hari
Sabun : Ya ( menggunakan sabun )
b.
Oral hygiene
Frekuensi : 3x / hari
Waktu : Pagi , sore , dan serelah makan
c.
Cuci rambut
Frekuensi : 2x/ hari
Shampo : Ya ( menggunakan shmpo )
4. Pola
istirahat dan tidur
Lamanya tidur : 8 jam / hari dari pkl : 08:00 s/d
16:00 ( tergantung jam pulang kerja )
Tidur siang :
-
G.
POLA KEBIASAAN DI RUMAH SAKIT
1. Pola
nutrusi
a.
Frekuensi makan : 3X / hari
b.
Diet :
-
c.
Nafsu makan : Kurang baik ( hulu hati sakit )
d.
Makanan yang tidak
disukai/alergi/pantangan : Tidak ada
e.
Kebiasaan sebelum makan : Tidur
2. Pola
personal hygiene
a.
Mandi
Frekuensi : 2 x/ hari
Sabun : Ya ( Air hangat )
b.
Oral hygiene
Frekuensi : 3x / hari
Waktu : Pagi , sore , dan serelah makan
c.
Cuci rambut
Frekuensi : - x/
hari
Shampo : Tdak
d.
Pola istirahat dan tidur
Lamanya
tidur : 3 jam / hari dari pkl : 13:00 s/d 22:00
Tidur
siang : Ya
3. Pola
aktivitas dan latihan
Keluhan dalam beraktivitas : Pergerakan tubuh (
pegel )
4. Pola
eliminasi
a.
Buang air kecil ( BAK )
Frekuensi
: 4X / hari , Warna : Bening
Keluhan
yang berhubungan dengan BAK : Normal
b.
Buang air besar ( BAB )
Frekuensi : 2X / hari
Waktu : Tidak tentu
Warna : Kuning , Bau : tergantung
makanan
Konsistensi : -
Keluhan : Normal / Tidak ada keluhan
Penggunaan
laxatif/pencahar : -
H.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan umum : Composmentis
2.
Tingkat kesadaran : Res. Motorik : 6 Res verb 5
Res buka mata : 4 = 15
3.
Tanda tanda vital
Suhu : 38,2
Nadi : 84 x
/ menit , irama : teratur , denyut : kuat
Tekanan
darah : 120/80
mmHg
Pernafasan : 20x / menit
Tinggi
badan : 165 cm
Berat
badan sekarang : 58 Kg
Berat
badan sebelum sakit : 60 Kg
4.
System integument
Turgor
kulit : Sedang
Warna kulit :
Sianosis
keadaan kulit : Baik
keadaan kulit : Baik
5. Keadaan
rambut
Warna :
Hitam
Tekstur :
Kasar
Distribusi :
Tebal + Lebat
Keberihan :
Ya ( bersih )
6. System
penglihatan :
a. Posisi
mara : Simetris
b. Kelopak
mata : Normal
c. Pergerakan
bola mata : Normal
d. Konjungtiva : Normal / merah muda
e. Kornea
: Normal
f. Sclera : -
g. Pupil : -
h. Otot-otot
mata : Normal ( tidak
ada kelainan )
i.
Fungsi penglihatan : Baik
j.
Tanda-tanda radang : -
k. Pemakaian
kacamata : -
l.
Reaksi terhadap cahaya : Normal
m. Visus
: -
7. Hidung
:
a. Reaksi
alergi : Tidak ada
b. Gamgguam
pada hidung : Tidak ada
8. Leher
:
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
9. Sistem
pendengaran
a. Daun
telinga : Normal
b. Karakteristik
serumen
( warna , kosistensi , bau ) : Biasa
c. Kondisi
telinga : Normal
d. Cairan
telinga : Tidak ada
e. Perasaan
penuh di telinga : Tidak
f. Tinnitus : Tidak
g. Fungsi
pendengaran : Normal
h. Pemakaian
alat bantu : Tidak
10. Keadaan
mulut :
a. Gigi : Caries
b. Penggunaan
gigi palsu : Tidak
c. Stomatitis : Tidak
d. Lidah
kotor : Tidak
e. Salifa
: Normal
11. Sistem
wicara
Kesulitan / gangguan wicara : Tidak ada
12. Dada
dan axilla ( simertis )
a. Jantung
Inspeksi
Ditensi vena jagularis :
Kiri :
Tidak
Kanan :
Tidak
Bunyi jantung :
bunyinjantung II regular
Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
Keluhan sakit dada :
Tidak ada
b. Paru
paru
Pernafasan cuping hidung : Tidak
Pernafasan :
Spontan
Menggunakan otot bantu pernafasan : Tidak
Sputum :
Warna : Putih
Suara nafas :
Normal
13. Sistem
pencernaan :
a. Abdomen
: Kembung, Muntah
Isi :
Makanan
Warna :
Sesuai warna makanan
Mual :Ya
Nafsu makan :
Kurang
Nyeri daerah perut :
Ya
Karaktreistik nyeri :
Setempat
b. Hepar : Tidak ada kelainan
c. Limpa
: Tidak ada kelainan
14. Sistem
saraf pusat :
a. Gaya
berjalan :
Leter O
b. Bentuk
wajah :
Oval
c. Kemampuan
berbicata : Normal
d. Kemampuan
mendengar : Normal
e. Glasgow
coma scale ( GCS ) : E : 4 , M :
6 , V : 5 = 15
f. Peningkatan
tekanan intracranial : Tidak
g. Reflex
fisiologis :
Biceps :
Normal
Triceps :
Normal
Patella :
Normal
Ackiles :
Normal
h. Reflex
patologis :
Babinski : -
15. Anogenital
Pria :
a. Kulit
alat kelamin :
Normal
b. Testis
kiri dan kanan :
Normal
c. Cairan
yang keluat dari uretra : Normal
d. Anus
:
Normal
16. Sistem
musculoscletal
Edema :
-
Rentan gerak :
-
Koordinasi gerak :
Normal
Kekuatan otot
: Normal
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DATA LABORATORIUM
Nama : Saiful Achmad
Alamat :
Sukapura RT 01/05
Kelompok :
Perorangan Pribadi
Umur :24
th
Kelamin :
laki-laki
No. Rmk :
175155
Ruang :
ABU DZAR II
No. Lab. Com :201303150142
No. lab. Int :
xxxiii
DIAGNOSA/KETERANGAN KLINIK:
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
KET
|
ENZYM
|
|
|
|
|
SGOT
|
36
|
U/L
|
0-37
|
|
SGPT
|
17
|
U/L
|
0-40
|
|
FAAL
GINJAL
|
|
|
|
|
Ureum
|
21
|
Mg/dl
|
20-40
|
|
Creatinin
|
1,3
|
Mg/dl
|
0,6-1,2 anak <2th 0="" o:p="">2th>
|
ELEKTROLIT
Natrium
139
mEq/L
134-146
Kalium
3,8
mEq/L
3,4-4,6 newborn 4,5-7,7
Chloride
100
mEq/L
96-108
HEMATOLO
GI
DLK,Ht,Trombo
Darah lengkap kecil
Laju endap darah
4
Mm/1jam
L:0-15 P: 0-20
Hemoglobin
13,2
g/dl
L: 13,8-17,0 P: 11,3-15,5
Leukosit
L:4,5-10,8 P:4,3-10,4
DIFFERENTIAL
Basofil
0
%
0-0,3%
Eosinofil
0
%
2-4%
Batang
2
%
1-5%
N. segmen
68
%
51-67%
Limfosit
27
%
20-30%
Monosit
3
%
2-6%
Hematokrit
41,8
%
L:40,0 P:38,0-47,0
Trombosit
147
Ribu/mm3
L:185-402 P:132-440
SEROLOGI DAN
-Widal
S. Typhosa H
Neg
Negatif
S. Paratyphosa AH
Neg
Negatif
S. Paratyphosa BH
1//320
Negatif
SS.typhosa O
Neg
Negatif
S.Paratyphosa AO
Neg
Negatif
S. Paratyphosa BO
Neg
Negatif
DATA
LABORATORIUM TANGGAL 18-03-2013
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI
NORMAL
|
KET
|
HEMATOLOGI
|
|
|
|
|
-Hemoglobin
|
12,8
|
g/dl
|
L:13,8-17,0 P:11,3-15,5
|
|
-Leukosit
|
4000
|
Sel/mm3
|
L:4,5-10,8 P:4,3-10,4
|
|
-Hematokrit
|
39,8
|
%
|
L:43,0-50,0
P:36,0-46,0
|
|
-Trombosit
|
115
|
Ribu/mm3
|
L:185-402 P:132-440
|
|
DATA LABORATORIUM TANGGAL 19-03-2013
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI
NORMAL
|
KET
|
-Hemoglobin
|
14,1
|
g/dl
|
L:13,8-17,0 P:11,3-15,5
|
|
-Leukosit
|
6900
|
Sel/mm3
|
L:4,5-10,8 P:4,3-10,4
|
|
-Hematokrit
|
43,9
|
%
|
L:43,0-50,0
P:36,0-46,0
|
|
-Trombosit
|
106
|
Ribu/mm3
|
L:185-402 P:132-440
|
|
DATA LABORATORIUM TANGGAL 20-03-2013
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI
NORMAL
|
KET
|
-Hemoglobin
|
14,1
|
g/dl
|
L:13,8-17,0 P:11,3-15,5
|
|
-Leukosit
|
6500
|
Sel/mm3
|
L:4,5-10,8 P:4,3-10,4
|
|
-Hematokrit
|
43,2
|
%
|
L:43,0-50,0
P:36,0-46,0
|
|
-Trombosit
|
113
|
Ribu/mm3
|
L:185-402 P:132-440
|
|
DATA LABORATORIUM TANGGAL 21-03-2013
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI
NORMAL
|
KET
|
-Hemoglobin
|
13,8
|
g/dl
|
L:13,8-17,0 P:11,3-15,5
|
|
-Leukosit
|
6000
|
Sel/mm3
|
L:4,5-10,8 P:4,3-10,4
|
|
-Hematokrit
|
42,8
|
%
|
L:43,0-50,0
P:36,0-46,0
|
|
-Trombosit
|
182
|
Ribu/mm3
|
L:185-402 P:132-440
|
|
1. RADIOLOGI
Tidak
dilakukan pemeriksaan radiologi
2. EKG
Tidak
ada pemeriksaan EKG
3. USG/ENDOSKOPI
Tidak
ada pemeriksaan USG/ENDOSKOPI
FORMAT PENGKAJIAN (Data Fokus)
I. IDENTITAS
KLIEN
1. Nama : Tn. Saiful Ahmad
2. Umur
: 24 th
3. Jenis
kelamin : Laki-laki
4. Alamar
: Sukapura RT 001/008
, Sukapura , Cilincing
5. Diagnose
medis : Susp. Typhoid fever +
vomitus
6. Tgl
. Masuk .R.S : 17 Maret 2013
II.
DATA FOKUS
Data subjektif dan objektif :
Diagnosa
1 : Kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
Ds
: Pasien mengatakan demam selama ± 2
minggu, muntah sering ± 3 hari dan buang air besar ( BAB ) cair,
Do
: Pasien terlihat lemas, dan pucat
Observasi tanda-tanda vital : T: 120/80
N: 100x/menit
S: 39,2ᵒC
RR:
18x/menit
Pasien muntah 5 kali dalam sehari
Pasien buang air besar (BAB) cair 5 kali
dalam sehari
Data
Laboratorium
ELEKTROLIT
|
|
|
|
Natrium
|
139
|
mEq/L
|
134-146
|
Kalium
|
3,8
|
mEq/L
|
3,4-4,6 newborn 4,5-7,7
|
Chloride
|
100
|
mEq/L
|
96-108
|
Diagnosa 2 : Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Ds : Pasien mengatakan mual, tidak
bisa makan, muntah sering ± 3 hari
Pasien mengatakan nyeri pada uluhati
Do : Pasien terlihat masih lemas,
dan pucat
Porsi makan tidak di habiskan
Pasien terlihat meringis kesakitan
Pasien muntah 5 kali dalam sehari
Data
Laboratorium
SEROLOGI DAN
|
|
|
|
|
-Widal
|
|
|
|
|
S. Typhosa H
|
Neg
|
|
Negatif
|
|
S. Paratyphosa AH
|
Neg
|
|
Negatif
|
|
S. Paratyphosa BH
|
1//320
|
|
Negatif
|
|
S.typhosa O
|
Neg
|
|
Negatif
|
|
S.Paratyphosa AO
|
Neg
|
|
Negatif
|
|
S. Paratyphosa BO
|
neg
|
|
Negatif
|
|
Terapi :
Secara oral : Sanmol 3x1
Strocain 3x1 (1/2 jam sebelum makan)
Ambroxol Syrup 3x1
Newdiatab Tablet 3x2
Ciprofloxacine 2x500mg
Omeprazole Tablet 2x1
Secara Injeksi : Ranitidin 1 ampul (3cc)
Vometron 1 ampul
III.
ANALISA DATA
SIMPTOM
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM/MASALAH
|
Pasien buang air
besar terus menerus disertai dengan rasa mulas
yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah
Keadaan tubuh pasien
sangat lemah, pucat, pasien merasakan mual sering,
|
Pasien memakan
makanan yang asam, pedas, pasien kurang minum
Nafsu makan pasien
berkurang, pasien merasakan sakit pada uluhati.
Pasien hanya
menghabiskan 1/3 dari porsi makan,
|
Diare atau kekurangan cairan
Kekurangan nutrisi
|
IV.
MASALAH KEBUTUHAN DASAR
1. Eliminasi : Pasien mengalami diare
2. Nutrisi :
Pasien muntah dan tidak nafsu makan
3. Oksigenasi : Normal
V.
ASUHAN
MASALAH
|
TUJUAN
|
KRETERIA HASIL
|
RENCANA
|
RASIONALISASI
|
1. Diare
2. Tidak
nafsu makan
|
Agar
kekurangan cairan tubuh teratasi
Agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi
|
Pada
pemeriksaan fisik di dapatkan kontur / turgor kulit lebih kenyal
os.
Tampak segar
Muntah
berkurang
Nafsu
makan meningkat
Porsi
makan habis
|
Pemberian
cairan infus RL 3x24 jam
Menganjurkan
banyak minum
Monitor
intake output
Anjurkan
makan porsi kecil tapi sering.
Anjurkan
menyantap makanan dalam keadaan makanan masih hangat untuk meningkatkan
selera makan
|
Pada
pemeriksaan input dan output cairan seimbang
Ds:
pasien mengatakan merasa lebih enak, rasa sakit mulai berkurang
Do:
observasi TTV normal, pasien terlihat lebih segar
Berat
badan pasien mulai naik, pasien mulai merasa enak makan,
|
VI.
PELAKSANAAN
Pasien mulai menjalani ranap pada tanggal 18 maret
2013
Observasi
tanda-tanda vital ( TTV)
Pemasangan infuse (+)
Pemberian terapy oral dan injeksi
Injeksi via IV untuk pemeriksaan widal
dan hematologi
Menganjurkan pasien untuk banyak minum dan makan porsi kecil tapi sering
VII.
EVALUASI ( SOAP )
CATATAN EVALUASI KEPERAWATAN
(SOAP)
Nama klien/ Umur :
Tn. S/23 tahun
No. kamar/ Ruang :
Kamar 2
No Dx
|
Tanggal & Jam
|
Perkembangan Klien
|
Paraf
|
1
|
Senin,
18-03-2013
|
S:
“ suster badan saya
lemah, saya merasa mual, tadi
saya muntah “
O: Mual (+),muntah (+)
Makan 1/3 porsi
Integritas kulit sedikit kering
A:
Mual(+)
Muntah (+)
Infus (+)
Integritas kulit sedikit kering
Porsi makan tidak habis
P:
Observasi, intervensi, dilanjutkan
|
|
2
|
Selasa,
19-03-2013
|
S:
“ suster badan saya
lemah, saya merasa mual, tadi
saya muntah “
O: Mual (+),muntah (+)
Makan1/3porsi
Integritas kulit sedikit kering
A:
Mual(+)
Muntah (+)
Infus (+)
Integritas kulit sedikit kering
Porsi makan tidak habis
P:
Observasi, intervensi, dilanjutkan
|
|
3
|
Rabu,
20-03-2013
|
S:
“ suster badan saya
lemah, saya merasa mual, tadi
saya muntah “
O: Mual (+),muntah (+)
Makan 1 porsi
Integritas kulit sedikit kering
A:
Mual(-)
Muntah (-)
Infus (+)
BB meningkat/ideal
Integritas kulit normal
Porsi makan habis
P:
Observasi, intervensi, dilanjutkan
|
|
4
|
Kamis,
21-03-2013
|
S:
“ suster kondisi saya sudah membaik, dan saya menunggu acc dari dokter“
O: Makan 1 porsi
Integritas kulit normal
A:
Mual(-)
Muntah (-)
Infus (-)
BB meningkat/ideal
Integritas kulit normal
Porsi makan habis
P:
Menganjurkan pasien untuk menjaga kondisi tubuh, menganjurkan untuk melakukan
terapi dengan dosis yang sudah dianjurkan
|
|
BAB EMPAT
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Tatalaksana kasus demam tifoid pasda anak harus
didasari strategi yang sesuai dengan patogenesis penyakti tersebut. Kegagalan
pengobatan tidak selalu berarti antibiotik yang diberikan sudah resisten, dapat
juga merupakan kesalahan strategi sejak awal tata laksana dalam diagnosis
sampai pemantauan
Untuk menghindari
terserang penyakit tifus, kita harus selalu menjaga kebersihan lingkungan dan
diri kita sendiri. Terutama kebersihan dari makanan dan minuman yang akan
kita konsumsi. selain itu, kebersihan alat-alat makan juga sangat perlu
diperhatikan.
4.2. SARAN
Kepada
para pembaca, semoga setelah melihat isi makalah ini, dapat segera memperbaiki
cara hidup yang mungkin selama ini kurang bersih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/35499381/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan thypoid.
Ngastiyah. ( 2005). Perawatan Anak Sakit . ed 2. Jakarta : EGC
Sachasin R.M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Diterj : Manulang R.F.
Jakarta :
EGC.
Saunders.
W.B. (1996). Kamus Kedokteran .ed 2.
Jakarta : EGC
www.
Google.com . typhoid. Gambar-gambar tantang typhoid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar