Minggu, 02 Juni 2013

Demam Typhoid (Tugas Lahan)


BAB SATU
PENDAHULUAN



1.1.   LATAR BELAKANG
Penyakit tifus sudah lama “menemani” kehidupan kita yang bermukim di Indonesia. Bukan jenis penyakit baru, tapi tak kunjung berhasil diberantas. Bahkan karena kebandelannya, kuman ini bisa bangkit lagi menyerang bila pengobatan tak tuntas. Bagaimana supaya tak terjangkit tifus, dan kalau sudah terjangkit hal-hal penting apa yang harus dilakukan?
Setelah beberapa hari demamnya tak kunjung turun, pasien dinyatakan terdeteksi menderita tifus abdominalis atau lebih dikenal demam tifoid. Syukurlah, cukup diobati selama dua minggu kondisinya sudah terlihat membaik. Sayang begitu obat dihentikan, demam dan sakit perutnya mulai terasa kembali.
Rupanya kuman salmonela, si biang keladi yang bersarang dalam usus halusnya belum terbasmi tuntas. Begitu pasien diberi obat lagi selama dua minggu berikutnya, kondisinya pun pulih. Ia tidak lagi diganggu sakit perut ataupun demam. Buang airnya juga sudah kembali normal. Pemeriksaan darah di laboratorium klinik terhadap salmonela memberi hasil negatif.
Kuman salmonela merupakan penyebab tifus. Kuman penghantam usus halus ini terdiri atas Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, C. Binatang seperti unggas, kucing, anjing, sapi, kuda, babi serta binatang mengerat merupakan sahabat kuman yang juga sangat betah tinggal dalam tubuh manusia. Salmonella typhi umumnya lebih ganas daripada Salmonella paratyphi. Kalau pas naas, dalam tubuh seorang penderita bisa saja hinggap sekaligus kedua macam salmonela itu. Soalnya kuman ini cukup tangguh. Ia mampu bertahan hidup cukup lama dalam tinja, sampah, daging, telur, makanan yang dikeringkan, bahkan dalam bahan kimia seperti zat pewarna makanan sekalipun.
Rupanya kuman salmonela, si biang keladi yang bersarang dalam usus halusnya belum terbasmi tuntas. Begitu Tina diberi obat lagi selama dua minggu berikutnya, kondisinya pun pulih. Ia tidak lagi diganggu sakit perut ataupun demam. Buang airnya juga sudah kembali normal. Pemeriksaan darah di laboratorium klinik terhadap salmonela memberi hasil negatif.
Pengobatan penyakit usus ini memang susah-susah gampang, karena memerlukan pemantauan berkelanjutan. Pasalnya, bila kuman belum terbasmi dengan baik, dan pengobatan dihentikan, bisa saja muncul gejala ulang seperti pada pasien tadi. Atau bahkan yang lebih fatal lagi, dapat terjadi komplikasi pada organ lain.
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus).
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut.
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa terlibat struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, serta berkaitan dengan sanitasi yang buruk terutama negara-negara berkembang.
Di negara-negara berkembang perkiraan angka kejadian demam tifoid bervariasi dari 10 sampai 540 per 100.000 penduduk. Meskipun angka kejadian demam tifoid turun dengan adanya sanitasi pembuangan di berbagai negara berkembang, diperkirakan setiap tahun masih terdapat 35 juta kasus dengan 500.000 kematian terdapat di dunia. Di Indonesia demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian yang masih tinggi. Di antara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus, demam tifoid menduduki urutan kedua setelah gastroenteritis.
1.2. TUJUAN
a. mengetahui sebab terjadinya penyakit tifus
b. mengetahui gejala-gejala dari penyakit tifus
c. mengetahui pengobatan dari penyakit tifus
d. mengetahui pencegahan  penyakit tifus









BAB DUA


2.1.  DEFINISI
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh kuman salmonella typhosa. Penyakit ini termasuk penyakit menular dendan rute penularannya dalam bahasa inggris disingkat 5 F yaitu Feses, Fly (lalat), food (makanan), finger, fommit.
Demam typoid adalah penyakit sitemik akut yang sering terjadi di daerah tropik di bandingkan dengan daerah dingin. Penyakiy yang juga sering terjadi pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung terjadi endemis.
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang si sebabkan oleh kuman gram negatif salmonella typhi. Selama terjadi infeksi,kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan di lepaskan ke aliran darah.
Demam typoid disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dengan gejala demam 1 minggu lebih (39°C- 40°C) disertai gangguan pada saluran pencernaan.
2.2.  ETIOLOGI
Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif yang bersifat motil tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas,tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob falkutatif. Kebanyakan spesies resisten terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan 54,4°C selama 1 jam atau 60°C selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu rendah selama beberapa hari dan bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, tinja. ( Ashkenazi et al, 2002).
Salmonella typhi memiliki 3 antigen yaitu:
1. Antigen O        : somatic antigen ( tidak menyebar )
2. Antigen H        : (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil 
3. Antigen IV : kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhada patogenesis. Masa inkubasi 10-20 hari.
2.3.  ANATOMI
1.   Rongga mulut:
Permukaan saluran pencernaan yang juga terdapat kelenjar ludah
2.   Esophagus:
Saluran cerna yang menghubungkan dengan lambung,panjangnya ± 25 cm
3.   Lambung:
Mensekresi getah lambung ( HCl)
4.   Usus halus
Adalah tabung yang kira-kira sekitar 2,5m dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung dalam atau sampai katup ileo-kolika tampat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbiikus dan dikelilingi oleh usus besar. Selama proses pencernaan normal, kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan sebuah saluran yang berdiameter 2,5cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus halus terdiri dari :
1)      Lapisan Mucosa (sebelah atau bagian dalam)
2)      Lapisan Otot Melingkar
3)      Lapisan Otot Pemanjang
4)      Lapisan Serosa (sebelah atau bagian luar.
Terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Enzim dari pankreas (amylase) dan empedu di lepaskan ke duodenum. Nutrisi hampir selurruhnya di absorbsi oleh duodenum dan jejenum. Ileum mengabsorbsi vitamin tertentu, zat besi dan garam empedu.
a.    Usus besar
Panjang ± 1,5m, lebar 5-6 cm. lapisan dari luar ke dalam: selaput lender,lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air, tempat pembentukan vit K, tempat tinggal bakteri E.Coly, tempat feces.
b.   Rectum
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalm rongga pelvis di depan os sarkum dan os coksigis.
c.    Anus
Terdiri dari :
1)   Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak
2)   Sfingter levator ani bekerja juga tidak menurut kehendak
3)   Sfingter ani eksternus (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak.
Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman di musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. ( Mnsjoer,2000).
Setelah mencapai usus halus salmonella typhosa menembus ileum di tangkap oleh sel mononuklear terjadi bakteremia I. Setelah berkembang di RES terjadilah bakteremia II. (Darmowandowo, 2006).
Terjadi interaksi salmonella typhosa dengan makrofag menimbulkan mediator-mediator sehingga menyebabkan hiperplasi,nekrosis dan ulkus. Secara sistemik timbul gejala panas, iritabilitas vaskuler, insisi sistem pambekuan darah, depresi susum tulang belakang. Imunologi, di usus di produksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah melekatnya salmonella typhosa pada mukosa usus.
2.5.  MANIFESTASI KLINIK
Keluhan dan gejala demam typhoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai berat dan fatal jika mengenai sistem organ. Secara klinik penyakit typhus berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1.   Panas lebih dari 7 hari, biasanya semakin hari semakin tinggi( 39°-40°C)
2.   Gastrointestinal dapat berupa konstipasi, diare di sertai rasa mual, muntah, kembung, lidah kotor, hepatomegali, slenomegali.
3.   Pada minggu ke 2 panas tinggi terus-menerus terutama pada malam hari.
4.   Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
5.   Pada akhir minggu ke 3 demam berangsur-angsur turun dan normal, kesadaran menurun dan terjadi perdarahan usus dan menyebabkan kematian.
2.6.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.   Hematologi
Darah yaitu Hb, Ht
2.   Reaksi widal aglutinin O dan H semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinannya menderita typhoid. Pada infeksi aktif titer widal akan meningkat pada pemeriksaan setelah 5 hari.
3.   Kultur feces dan urine (+) salmonella typhosa selama 2 minggu
4.   Biakan empedu: terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja jika pada pemeriksaan dua kali berturut-turut di dapatkan hasil salmonella typhosa. Pada urine maka pasien di nyatakan betul-betul sembuh.

Pengobatan penderita demam typhoid di rumah sakit terdiri dari pengobatan suportif meliputi istirahat dan diet.
Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan memparcepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Diet terapi penunjang dilakukan dengan:
1.   Diet rendah serat
2.   Bubur saring, bubur kasar, nasi diberikan sesuai tingkat kesembuhan pasien.
3.   Vitamin, mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.
Penatalaksanaan farmakologik :
1.   Kloramfenikol
2.   Amoksilin
3.   Sefalosporin generasi III
4.   Meropenem
5.   Flourokuinolon








BAB III
TINJAUAN KASUS


PENGKAJIAN DATA DASAR

Tanggal Masuk                        : 17 Maret 2013
Pukul                                       : 04:10
Ruang / Kelas                          : Abudzar II / II
Nomor Register                       : 201303000466
Diagnosa Medis                      : Susp. Tifoid fever  + vomitus

A. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama                                  : Tn. S A
Tempat, tanggal lahir          : 26 November 1986
Umur                                  : 29 th
Jenis kelamin                      : Laki- laki
Agama                                : Islam
Suku                                   : Betawi
Status perkawinan              : Belum kawin
Pemdidikan                        : SMA
Pekerjaan                            : Security / satpam
Alamat                                : Sukapura RT001/005 Sukapura , Cilincing
Telp / Hp                             : 08788415824
Sumber informasi               : Tn Saiful Ahmad

B.  RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1.   Keluhan utama               : Mengatakan demam kurang lebih 2 minggu , mual,
   muntah sering 3 kali sehari baruk , pilek , badan
   ngilu, nyeri hulu hati newdiatab 3x2 tablet
2.   Faktor pencetus              : Makan mie instan
3.   Timbulnya keluhan         : Bertahap
4.   Lamanya                                    : -
5.   Upaya mengatasi            : Vometa tablet 3x1 ½ jam sebelum makan ( obat
   mual )
  Strocain 3x1 ½  sebelum makan ( obat untuk hulu
  hati)
  Paracetamol ( penurun panas )
  Ambroxol sirup ( obat batuk )

C.  RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1.   Riwayat alergi ( obat , makanan, binatang , lingkungan ) : Tidak ada
2.   Riwayat kecelakaan : Tidak ada
3.   Riwayat dirawat di rumah sakit ( kapan , alas an , berapa lama) :  Tidak ada
4.   Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
5.   Riwayat imunisasi : Ada / pernah waktu kecil / balita

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1.      Presepsi klien terhadap penyakitnya
Hal yang amat di pikirkan saat ini        : Ingin cepat sembuh
Harapan setelah menjalani perawatan  : Ingin dapat beraktivitas seperti semula
perubahan yang dirasa setelah sakit     : Merasa lebih sehat dan enakan
2.      Adakah orang terdekat dengan klien   : Orang tua
3.      Interaksi dalam keluarga
a.       Pola komunikasi                             : Baik / tidak ada masalah
b.      Pembuat keputusan                                    : Baik / tidak ada masalah
c.       Kegiatan kemasyarakatan               : Baik / tidak ada masalah
4.      Dampak lenyakit klien terhadap keluarga :
a.       Keluiarga menjadi khawatir
b.      Merepotkan
c.       Ingin anaknya cepat sembuh
5.      Masalah yang mempengaruhi klien      : Hulu hati sakit
6.      Mekanisme koping terhadap klien

ü  Makan
ü  Tidur
ü  Minum obat

a.    Tugas perkembangan menurut usia saat ini :
ü  Bekerja
b.   Sistem nilai kepercayaan
Nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada
Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan : Sholat dan berdoa

E.  RIWAYAT  PERKEMBANGAN
1.      Pengetahuan klien terhadap penyakitnya :
Penyakit yang membuat diri saya panas tinggi sering menggigil tidak nafsu makan
2.      Pandangan klien terhadap kesehatan :
Sangat penting karena kalo saya sakit saya tidak bias melakukan aktivitas seperti biasa dan tidak dapat bekerja
3.      Tingkat pemenuhan dasar klien sesuai dengan tahap perkembangan :
Banyak – banyak memberikan cairan infus mapun minum orak dan mrngkonsumsi obat yang sudah di beri
4.      Lemampuan klien melaksanakan kegiatan hdup harian ( termasuk peran dan tugasnya )  :
Jika saya sakit saya menjadi lebih susah untuk melakukan pekerjaan saya sebagai seorang security karena pekerjaan tersebut sangat melelahkan

F.   POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI SEBELUM SAKIT
1.         Pola nutrusi
a.       Fewkuensi makan                         : 3X / hari
b.      Nafsu makan                     : Baik
c.       Jenis makan di rumah        : Makanan biasa ( nasi + lauk : ikan , ayam + sayur  : bayam , kangkung dll )
d.      Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : ada ( udang )
e.       Kebiasaan sebelum makan : Merokok
2.      Pola eliminasi
a.       Buang air kecil ( BAK )
Frekuensi : 3-4X / hari , Warna : Kuning gelap
Keluhan yang berhubungan dengan BAK  : Normal
b.      Buang air besar ( BAB )
Frekuensi               : 2-3X / hari
Waktu                   : Tidak tentu
Warna                    : Kuning , Bau : tergantung makanan 
Konsistensi            : -
Keluhan                 : Normal / Tidak ada keluhan
Penggunaan laxatif/pencahar : -
3.      Pola personal hygiene
a.       Mandi
Frekuensi   : 4-3 x/ hari
Sabun        : Ya ( menggunakan sabun )
b.      Oral hygiene
Frekuensi   : 3x / hari
Waktu       : Pagi , sore , dan serelah makan
c.       Cuci rambut
Frekuensi   : 2x/ hari
Shampo     : Ya ( menggunakan shmpo )
4.      Pola istirahat dan tidur
Lamanya tidur            : 8 jam / hari dari pkl : 08:00 s/d 16:00 ( tergantung jam pulang kerja )
Tidur siang                  : -

G. POLA KEBIASAAN DI RUMAH SAKIT
1.      Pola nutrusi
a.       Frekuensi makan               : 3X / hari
b.      Diet                                   : -
c.       Nafsu makan                     : Kurang baik ( hulu hati sakit )
d.      Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : Tidak ada
e.       Kebiasaan sebelum makan : Tidur
2.      Pola personal hygiene
a.       Mandi
Frekuensi   : 2 x/ hari
Sabun        : Ya ( Air hangat )
b.      Oral hygiene
Frekuensi   : 3x / hari
Waktu       : Pagi , sore , dan serelah makan
c.       Cuci rambut
Frekuensi   :  - x/ hari
Shampo     : Tdak
d.      Pola istirahat dan tidur
Lamanya tidur                  : 3 jam / hari dari pkl : 13:00 s/d 22:00
Tidur siang                        : Ya    
3.      Pola aktivitas dan latihan
Keluhan dalam beraktivitas : Pergerakan tubuh ( pegel )
4.      Pola eliminasi
a.       Buang air kecil ( BAK )
Frekuensi : 4X / hari , Warna : Bening
Keluhan yang berhubungan dengan BAK  : Normal
b.      Buang air besar ( BAB )
Frekuensi               : 2X / hari
Waktu                   : Tidak tentu
Warna                    : Kuning , Bau : tergantung makanan 
Konsistensi            : -
Keluhan                 : Normal / Tidak ada keluhan
Penggunaan laxatif/pencahar : -

H. PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum                                    : Composmentis
2.      Tingkat kesadaran                    : Res. Motorik : 6 Res verb 5
  Res buka mata : 4 = 15
3.      Tanda tanda vital
Suhu                                         : 38,2
Nadi                                          : 84 x / menit , irama : teratur , denyut : kuat
Tekanan darah                          : 120/80 mmHg
Pernafasan                                : 20x / menit
Tinggi badan                             : 165 cm
Berat badan sekarang               : 58 Kg
Berat badan sebelum sakit        : 60 Kg
4.      System integument
Turgor kulit       : Sedang
Warna kulit       : Sianosis
keadaan kulit    : Baik
5.      Keadaan rambut 
Warna               : Hitam
Tekstur              : Kasar
Distribusi          : Tebal + Lebat
Keberihan         : Ya ( bersih )

6.      System penglihatan :
a.       Posisi mara                          : Simetris
b.      Kelopak mata                     : Normal
c.       Pergerakan bola mata         : Normal
d.      Konjungtiva                        : Normal / merah muda
e.       Kornea                                : Normal
f.       Sclera                                  : -
g.      Pupil                                   : -
h.      Otot-otot mata                    : Normal ( tidak ada kelainan )
i.        Fungsi penglihatan             : Baik
j.        Tanda-tanda radang           : -
k.      Pemakaian kacamata          : -
l.        Reaksi terhadap cahaya      : Normal
m.    Visus                                   : -
7.      Hidung :
a.       Reaksi alergi                       : Tidak ada
b.      Gamgguam pada hidung    : Tidak ada
8.      Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening        : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid                   : Tidak ada
9.      Sistem pendengaran
a.       Daun telinga                       : Normal
b.      Karakteristik serumen
( warna , kosistensi , bau )  : Biasa
c.       Kondisi telinga                   : Normal
d.      Cairan telinga                     : Tidak ada
e.       Perasaan penuh di telinga   : Tidak
f.       Tinnitus                               : Tidak
g.      Fungsi pendengaran           : Normal
h.      Pemakaian alat bantu          : Tidak

10.  Keadaan mulut :
a.       Gigi                                     : Caries
b.      Penggunaan gigi palsu        : Tidak
c.       Stomatitis                           : Tidak
d.      Lidah kotor                         : Tidak
e.       Salifa                                  : Normal
11.  Sistem wicara
Kesulitan / gangguan wicara    : Tidak ada
12.  Dada dan axilla ( simertis )
a.       Jantung
Inspeksi
Ditensi vena jagularis :
Kiri                         : Tidak
Kanan         : Tidak
Bunyi jantung                     : bunyinjantung II regular
Kelainan bunyi jantung      : Tidak ada
Keluhan sakit dada             : Tidak ada
b.      Paru paru
Pernafasan cuping hidung : Tidak
Pernafasan                          : Spontan
Menggunakan otot bantu pernafasan : Tidak
Sputum                               : Warna : Putih
Suara nafas                         : Normal
13.  Sistem pencernaan :
a.       Abdomen                : Kembung, Muntah               
Isi                            : Makanan
Warna                     : Sesuai warna makanan
Mual                       :Ya
Nafsu makan          : Kurang
Nyeri daerah perut  : Ya
Karaktreistik nyeri  : Setempat
b.      Hepar                      : Tidak ada kelainan
c.       Limpa                     : Tidak ada kelainan
14.  Sistem saraf pusat :
a.       Gaya berjalan                                  : Leter  O
b.      Bentuk wajah                                 : Oval
c.       Kemampuan berbicata                    : Normal
d.      Kemampuan mendengar                 : Normal
e.       Glasgow coma scale ( GCS )          : E : 4 , M : 6 , V : 5 = 15
f.       Peningkatan tekanan intracranial    : Tidak
g.      Reflex fisiologis :
Biceps         : Normal
Triceps        : Normal
Patella         : Normal
Ackiles        : Normal
h.      Reflex patologis :
Babinski      : -
15.  Anogenital
Pria :
a.       Kulit alat kelamin                           : Normal
b.      Testis kiri dan kanan                       : Normal
c.       Cairan yang keluat dari uretra        : Normal
d.      Anus                                               : Normal
16.  Sistem musculoscletal
Edema                          : -
Rentan gerak                : -
Koordinasi gerak          : Normal
Kekuatan otot               : Normal

I.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
DATA LABORATORIUM

Nama                :  Saiful Achmad        
Alamat              : Sukapura RT 01/05                          
Kelompok         : Perorangan Pribadi               
Umur                :24 th                          
Kelamin            : laki-laki
No. Rmk           : 175155
Ruang               : ABU DZAR II
No. Lab. Com   :201303150142
No. lab. Int       : xxxiii

DIAGNOSA/KETERANGAN KLINIK:

PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
KET
ENZYM




SGOT
36
U/L
0-37

SGPT
17
U/L
0-40

FAAL GINJAL




Ureum
21
Mg/dl
20-40

Creatinin
1,3
Mg/dl
0,6-1,2 anak <2th 0="" o:p="">

ELEKTROLIT




Natrium
139
mEq/L
134-146

Kalium
3,8
mEq/L
3,4-4,6 newborn 4,5-7,7

Chloride
100
mEq/L
96-108

HEMATOLO GI




DLK,Ht,Trombo




Darah lengkap kecil




Laju endap darah
4
Mm/1jam
L:0-15  P: 0-20

Hemoglobin
13,2
g/dl
L: 13,8-17,0  P: 11,3-15,5

Leukosit


L:4,5-10,8  P:4,3-10,4

DIFFERENTIAL




Basofil
0
%
0-0,3%

Eosinofil
0
%
2-4%

Batang
2
%
1-5%

N. segmen
68
%
51-67%

Limfosit
27
%
20-30%

Monosit
3
%
2-6%

Hematokrit
41,8
%
L:40,0  P:38,0-47,0

Trombosit
147
Ribu/mm3
L:185-402  P:132-440

SEROLOGI DAN




-Widal




S. Typhosa H
Neg

Negatif

S. Paratyphosa AH
Neg

Negatif

S. Paratyphosa BH
1//320

Negatif

SS.typhosa O
Neg

Negatif

S.Paratyphosa AO
Neg

Negatif

S. Paratyphosa BO
Neg

Negatif














DATA LABORATORIUM TANGGAL 18-03-2013
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
KET
HEMATOLOGI




-Hemoglobin
12,8
g/dl
L:13,8-17,0  P:11,3-15,5

-Leukosit
4000
Sel/mm3
L:4,5-10,8    P:4,3-10,4

-Hematokrit
39,8
%
L:43,0-50,0 P:36,0-46,0

-Trombosit
115
Ribu/mm3
L:185-402   P:132-440




DATA LABORATORIUM TANGGAL 19-03-2013
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
KET
-Hemoglobin
14,1
g/dl
L:13,8-17,0  P:11,3-15,5

-Leukosit
6900
Sel/mm3
L:4,5-10,8    P:4,3-10,4

-Hematokrit
43,9
%
L:43,0-50,0 P:36,0-46,0

-Trombosit
106
Ribu/mm3
L:185-402   P:132-440








DATA LABORATORIUM TANGGAL 20-03-2013
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
KET
-Hemoglobin
14,1
g/dl
L:13,8-17,0  P:11,3-15,5

-Leukosit
6500
Sel/mm3
L:4,5-10,8    P:4,3-10,4

-Hematokrit
43,2
%
L:43,0-50,0 P:36,0-46,0

-Trombosit
113
Ribu/mm3
L:185-402   P:132-440




DATA LABORATORIUM TANGGAL 21-03-2013
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
KET
-Hemoglobin
13,8
g/dl
L:13,8-17,0  P:11,3-15,5

-Leukosit
6000
Sel/mm3
L:4,5-10,8    P:4,3-10,4

-Hematokrit
42,8
%
L:43,0-50,0 P:36,0-46,0

-Trombosit
182
Ribu/mm3
L:185-402   P:132-440



1.      RADIOLOGI
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi

2.      EKG
Tidak ada pemeriksaan EKG

3.      USG/ENDOSKOPI
Tidak ada pemeriksaan USG/ENDOSKOPI

FORMAT PENGKAJIAN (Data Fokus)

 I.      IDENTITAS KLIEN
1.      Nama                           : Tn. Saiful Ahmad
2.      Umur                           : 24 th
3.      Jenis kelamin               : Laki-laki
4.      Alamar                        : Sukapura RT 001/008 , Sukapura , Cilincing
5.      Diagnose medis           : Susp. Typhoid fever + vomitus
6.      Tgl . Masuk .R.S         : 17 Maret 2013

II.         DATA FOKUS
Data subjektif dan objektif :
Diagnosa 1 : Kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
     adekuat
Ds : Pasien mengatakan  demam selama ± 2 minggu, muntah sering ± 3 hari dan buang air besar ( BAB ) cair,
Do : Pasien terlihat lemas, dan pucat
        Observasi tanda-tanda vital : T: 120/80
                                                       N: 100x/menit
                                                       S: 39,2ᵒC
                                                      RR: 18x/menit
      Pasien muntah 5 kali dalam sehari
      Pasien buang air besar (BAB) cair 5 kali dalam sehari

Data Laboratorium
ELEKTROLIT



Natrium
139
mEq/L
134-146
Kalium
3,8
mEq/L
3,4-4,6 newborn 4,5-7,7
Chloride
100
mEq/L
96-108


Diagnosa 2 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Ds : Pasien mengatakan mual, tidak bisa makan, muntah sering ± 3 hari
       Pasien mengatakan nyeri pada uluhati
Do : Pasien terlihat masih lemas, dan pucat
       Porsi makan tidak di habiskan
       Pasien terlihat meringis kesakitan              
       Pasien muntah 5 kali dalam sehari

Data Laboratorium
SEROLOGI DAN




-Widal




S. Typhosa H
Neg

Negatif

S. Paratyphosa AH
Neg

Negatif

S. Paratyphosa BH
1//320

Negatif

S.typhosa O
Neg

Negatif

S.Paratyphosa AO
Neg

Negatif

S. Paratyphosa BO
neg

Negatif


       Terapi :
            Secara oral : Sanmol 3x1
Strocain 3x1 (1/2 jam sebelum makan)
Ambroxol Syrup 3x1
Newdiatab Tablet 3x2
Ciprofloxacine 2x500mg
Omeprazole Tablet 2x1
Secara Injeksi : Ranitidin 1 ampul (3cc)
Vometron  1 ampul


                                   
III.          ANALISA DATA

SIMPTOM
ETIOLOGI
PROBLEM/MASALAH
Pasien buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah


Keadaan tubuh pasien sangat lemah, pucat, pasien merasakan mual sering,

Pasien memakan makanan yang asam, pedas, pasien kurang minum




Nafsu makan pasien berkurang, pasien merasakan sakit pada uluhati.
Pasien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makan,

Diare atau kekurangan cairan 






Kekurangan nutrisi









IV.         MASALAH KEBUTUHAN DASAR
1.      Eliminasi         : Pasien mengalami diare
2.      Nutrisi             :  Pasien muntah dan tidak nafsu makan
3.      Oksigenasi       : Normal






V.         ASUHAN

MASALAH
TUJUAN
KRETERIA HASIL
RENCANA
RASIONALISASI
1.   Diare


















2.      Tidak nafsu makan
Agar kekurangan cairan tubuh teratasi















Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kontur / turgor kulit lebih kenyal
os. Tampak segar










Muntah berkurang
Nafsu makan meningkat
Porsi makan habis
Pemberian cairan infus RL 3x24 jam
Menganjurkan banyak minum
Monitor intake output











Anjurkan makan porsi kecil tapi sering.
Anjurkan menyantap makanan dalam keadaan makanan masih hangat untuk meningkatkan selera makan

Pada pemeriksaan input dan output cairan seimbang
Ds: pasien mengatakan merasa lebih enak, rasa sakit mulai berkurang
Do: observasi TTV normal, pasien terlihat lebih segar

Berat badan pasien mulai naik, pasien mulai merasa enak makan,






VI.         PELAKSANAAN
Pasien mulai menjalani ranap pada tanggal 18 maret 2013
Observasi tanda-tanda vital ( TTV)
      Pemasangan infuse (+)
      Pemberian terapy oral dan injeksi
      Injeksi via IV untuk pemeriksaan widal dan hematologi
      Menganjurkan pasien untuk banyak minum dan makan porsi kecil tapi sering
   


VII.         EVALUASI ( SOAP )

CATATAN EVALUASI KEPERAWATAN
(SOAP)
Nama klien/ Umur                   : Tn. S/23 tahun
No. kamar/ Ruang                   : Kamar 2


No Dx
Tanggal & Jam
Perkembangan Klien
Paraf
1
Senin, 18-03-2013
S: “ suster  badan  saya  lemah, saya  merasa mual, tadi saya muntah “
O:  Mual (+),muntah (+)
      Makan 1/3 porsi
      Integritas kulit sedikit kering
A: Mual(+)
     Muntah (+)
     Infus (+)
     Integritas kulit sedikit kering
     Porsi makan tidak habis
P: Observasi, intervensi, dilanjutkan

2
Selasa, 19-03-2013
S: “ suster  badan  saya  lemah, saya  merasa mual, tadi saya muntah “
O:  Mual (+),muntah (+)
      Makan1/3porsi
      Integritas kulit sedikit kering
A: Mual(+)
     Muntah (+)
     Infus (+)
     Integritas kulit sedikit kering
     Porsi makan tidak habis
P: Observasi, intervensi, dilanjutkan

3
Rabu, 20-03-2013
S: “ suster  badan  saya  lemah, saya  merasa mual, tadi saya muntah “
O:  Mual (+),muntah (+)
      Makan 1 porsi
      Integritas kulit sedikit kering
A: Mual(-)
     Muntah (-)
     Infus (+)
     BB meningkat/ideal
     Integritas kulit normal
     Porsi makan habis
P: Observasi, intervensi, dilanjutkan

4
Kamis, 21-03-2013
S: “ suster kondisi saya sudah membaik, dan saya menunggu acc dari dokter“
O:  Makan 1 porsi
      Integritas kulit normal
A: Mual(-)
     Muntah (-)
     Infus (-)
     BB meningkat/ideal
     Integritas kulit normal
     Porsi makan habis
P: Menganjurkan pasien untuk menjaga kondisi tubuh, menganjurkan untuk melakukan terapi dengan dosis yang sudah dianjurkan



















BAB EMPAT
PENUTUP


4.1. KESIMPULAN
Tatalaksana kasus demam tifoid pasda anak harus didasari strategi yang sesuai dengan patogenesis penyakti tersebut. Kegagalan pengobatan tidak selalu berarti antibiotik yang diberikan sudah resisten, dapat juga merupakan kesalahan strategi sejak awal tata laksana dalam diagnosis sampai pemantauan
Untuk menghindari terserang penyakit tifus, kita harus selalu menjaga kebersihan lingkungan dan diri kita sendiri. Terutama kebersihan dari makanan dan minuman yang akan kita  konsumsi. selain itu, kebersihan alat-alat makan juga sangat perlu diperhatikan.  

4.2. SARAN
Kepada para pembaca, semoga setelah melihat isi makalah ini, dapat segera memperbaiki cara hidup yang mungkin selama ini kurang bersih.









DAFTAR PUSTAKA


http://www.scribd.com/doc/35499381/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan     thypoid.
Ngastiyah. ( 2005). Perawatan Anak Sakit . ed 2. Jakarta : EGC
Sachasin R.M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Diterj : Manulang R.F.
    Jakarta : EGC.
 Saunders. W.B. (1996). Kamus Kedokteran .ed 2. Jakarta : EGC
 www. Google.com . typhoid. Gambar-gambar tantang typhoid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CARA MENGATASI DEMAM PANAS PADA ANAK

CARA MENGATASI DEMAM/PANAS ANAK  Demam pada anak bisa terjadi karena reaksi tubuh melawan penyakit dan membentuk sistem kekebalan tubuh...