IVA
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman
1925. Organisasi Kesehatan Dunia WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan
Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya tidak lebih rendah daripada tes Pap.
Di Indonesia IVA sedang dikembangkan
dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk bidan. Banyaknya kasus kanker serviks
di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus yang datang ke
rumah sakit berada pada stadium lanjut.
Pengobatan kanker serviks pada stadium
lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun, dengan masalah yang
begitu kompleks, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan
metode yang lebih sederhana, antara lain yaitu dengan IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat)..
IVA adalah
pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks
dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih
mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan
dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa
lebih banyak.
Kanker serviks mengenal stadium
pra-kanker yang dapat ditemukan dengan skrining sitologi yang relatif murah,
tidak sakit, cukup akurat; dan dengan bantuan kolposkopi, stadium ini dapat
diobati dengan cara-cara konservatif seperti krioterapi, kauterisasi atau sinar
laser, dengan memperhatikan fungsi reproduksi. Sistem kesehatan di seluruh
dunia berbeda-beda, namun perencanaan skrining harus sejalan dengan pelayanan
kesehatan lainnya dan dengan kerjasama antar program. Idealnya program skrining
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur
pelayanan kesehatan umum.
Di semua negara tempat program ini telah
dilaksanakan 20 tahun atau lebih, angka kejadian kanker serviks dan angka
kematian karenanya turun sampai 50-60%. Tidak dapat disangkal bahwa sejak
dilakukan skrining massal terdapat peningkatan yang nyata dalam penentuan lesi
prakanker serviks, sehingga dapat menurunkan insidens kanker serviks. Meskipun
telah sukses mendeteksi sejumlah besar lesi prakanker, namun sebagian program
yang dijalankan belum dapat dikatakan berhasil. Hasil yang kurang memadai
agaknya disebabkan beberapa faktor, antara lain tidak tercakupnya golongan
wanita yang mempunyai risiko (high risk group) dan teknik pengambilan sampel
untuk pemeriksaan sitologi yang salah. Pemecahan masalah yang menyangkut
golongan wanita dengan risiko tinggi dan teknik pengambilan sampel, berkaitan
dengan strategi program skrining, serta peningkatan kemampuan laboratorium.
Pengadaan laboratorium sentral sangat bermanfaat untuk pengendalian kualitas
(quality control) terhadap pemeriksaan sitologi.
Masalah lain dalam usaha skrining kanker
serviks ialah keengganan wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah
kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan
dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh
dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami.
Banyak masalah yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui
pendidikan terhadap pasien dan hubungan yang baik antara dokter/bidan. Di
samping itu, inovasi skrining kanker serviks dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dapat dilakukan bersamaan. Interval pemeriksaan sitologi (screening
interval) merupakan hal lain yang penting dalam metode skrining.
Metode
skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya:
1. Mudah,
praktis dan sangat mampu laksana.
2. Butuh
bahan dan alat yang sederhana dan murah
3. Sensivitas
dan spesifikasitas cukup tinggi
4. Dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan
oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua
tenaga medis terlatih
5. Alat-alat
yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
6. Metode
skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
Syarat
ikut IVA TEST :
1. Sudah
pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak
sedang datang bulan/haid
3. Tidak
sedang hamil
4. 24
jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Pelaksanaan
skrining IVA
Untuk
melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai
berikut:
1. Ruangan
tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat
tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
3. Terdapat
sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum
vagina
5. Asam
asetat (3-5%)
6. Swab-lidi
berkapas
7. Sarung
tangan
Teknik IVA
- Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan
mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan
kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
- Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
(berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).
- Vagina akan dilihat secara visual apakah ada
kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
- Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air
hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
- Bila terdapat banyak cairan di leher rahim,
dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
- Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam
asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu
menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Bila warna leher
rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat
kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat
penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi
berubah warna menjadi putih.
Kategori pemeriksaan IVA
1. IVA
negatif = Serviks normal.
2. IVA
radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
3. IVA
positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
4. IVA-
Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker
serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks
bila ditemukan masih pada stadium invasif dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar